Sejak kota itu menjadi gelap dan terkurung di dalam pelindung para penyihir, warga kota menjadi kelaparan. Beberapa dari mereka terpaksa keluar dari persembunyian untuk mencari makanan dengan cara menjarah.
Sonya hanya duduk dan diam di dalam mobilnya melihat para pasukannya menyiksa warga yang berhasil mereka temui. Dia membisikkan kepada pengawalnya untuk menghentikan aksi mereka dan membiarkan para warga melakukan penjarahan dan berebut makanan.
“Mereka akan menjadi liar seperti binatang. Setelah itu tidak akan ada cara lain untuk tidak menjadi pengikut kami, hahaha,” ucapnya pelan dan kembali bersandar saat mobilnya berjalan menuju suatu tempat.
Di Istana Hitam, Ania berdiri di depan cermin sambil memandang wajahnya yang cantik. Tubuhnya dibalut gaun putih indah dengan permata yang menghiasinya.
“Bagaimana dengan Sonya? Apa dia melakukan tugasnya dengan sangat baik?” tanya Ania.
“Yah, dia bisa kita andalkan untuk s
Salah satu penyihir membawa gadis itu masuk ke sebuah kamar. Seorang wanita yang tinggal di Istana Hitam dan menjadi pelayan, segera membantunya bersiap. Gadis itu membuka bajunya dan masuk ke dalam bath up yang berisi air hangat dengan busa wangi.Dia tersenyum dengan semua fasilitas yang disediakan untuknya. Tubuhnya digosok dan disiram wewangian. Setelah selesai mandi, dia dibantu memakai gaun panjang yang sangat indah. Rambutnya di tata dengan rapi dan dipasangkan perhiasan yang mewah.“Kau sudah siap, Nona. Sebentar lagi Tuan Skuller akan menjemputmu,” ucap pelayan yang meninggalkan kamar.“Kenapa mereka mendandaniku dengan sangat cantik? Apa yang mereka inginkan dariku?” tanyanya pada diri sendiri.Tidak lama seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam. Skuller menatap gadis itu dengan pandangan licik.“Kau sangat cantik. Apa kau tahu jika keberadaanmu sangat berarti buat Ratuku?” tanya Skuller sambil membel
Iblis hitam tiba-tiba muncul di depan Jani dan membuat semua orang semakin ketakutan. Suaranya menggelegar dan memekakkan telinga. Jani sebenarnya sangat terkejut namun tidak diperlihatkan.Iblis itu mendekat dan menatap kearah Jani. Dia begitu terkejut melihat aura yang muncul dari seorang wanita muda yang menjadi lawannya.“Jadi kau memilih melawanku?” tanyanya.“Yah, aku akan melawanmu sampai kapanpun,” jawab Jani menantang.“Kalau begitu terima ini!” teriaknya melempar halilintar dari kekuatan Ania yang dipegangnya.Namun, tiba-tiba tubuh Jani terbungkus sinar putih yang menyilaukan. Sepasang mata menatap iblis itu dengan sangat tajam. Tidak ada wujudnya, hanya tatapan yang membuat iblis itu melangkah mundur. Halilintar masih berada di tangannya yang tidak jadi terlempar“Dia akan terkalahkan oleh pengikutku. Setelah itu kita akan kembali bertarung,” ucapnya kepada sepasang mata itu yang ke
“Tidak!”Teriak Jani yang tiba-tiba. Ken segera menutup mulutnya agar tidak kembali bersuara. Tangannya mengarah kearah luar untuk memberi tahu bahwa banyak orang berseliweran di depan raestoran tertutup yang mereka tempati.Mereka berdua terdiam sampai semua orang yang melewatinya. Terdengar suara yang mengatakan bahwa sebentar lagi mereka akan ikut menyerang kota sebelah. Ken menyimaknya dengan seksama.“Sepertinya mereka sudah mulai memperlebar daerah kekuasaannya. Tapi sampai sekarang Tuan Donovan belum juga memberitahu kita. Atau mungkin mereka belum mengetahuinya,” bisk Ken.“Bagaimana jika kita ikuti mereka agar kita bisa tahu lebis jelas?” tanya Jani.“Tidak perlu. Mereka hanya pengikut biasa. Aku yakin yang menyusup bukan orang biasa. Kita harus mencari tahu siapa yang mereka tugaskan untuk memimpin penyusupan ke sana.”Mereka berdua bersandar kembali ke meja bar. Jani mengusap wajahny
Skuller agak terkejut dengan keinginann Ania yang mengundang Jani untuk datang ke istana. Tapi Skuller sangat tahu bagaimana sifat kekasihnya yang tidak bisa dibantah jika menginginkan sesuatu."Kapan aku harus mengundangnya?" tanyanya."Sekarangjuga kau harus pergi mencarinya. Katakan aku menunggunya saat bulan mulai menampakkan wujudnya. Dan itu hanya beberapa waktu dari sekarang," jawab Ania yang langsung membuat Skuller menunduk dan segera keluar dari ruangan.Dia masuk kembali ke mobilnya dan mengendarai dengan kencang. Mobil itu telah menjadi kendaraan favoritnya setelah merasakan kenyamanan dibandingkan menaiki kuda seperti kesukaannya dulu."Aku harus mencari tempat yang tepat untuk memanggilnya. Aku harap Ken tidak ikut bersamanya. Sangat menyebalkan melihatnya bersama lelaki itu," gerutunya.Skuller menepikan mobilnya di pinggir jalan besar yang sepi. Dia keluar dan menutup pintu dengan sangat gagah. Tubuhnya yang kekar dibalut jas mahaln
Ania menarik kekuatan yang keluar dari tangannya. Perlahan dia duduk kembali di kursinya dengan mempersilahkan Jani untuk duduk di kursi yang berada di depannya."Silahkan duduk, Jani!" ucapnya tegas namun dengan senyuman."Aku senang kau datang walaupun terlambat.""Maaf, suasana gelap membuatku salah jalan," jawab Jani santai sambil duduk di kursinya.Ania mengkode pelayan untuk menyiapkan teh di meja. Segera pelayan melangkah maju dan menata cangkir-cangkir cantik dengan teko yang terisi teh panas. Selain itu terlihat aneka kue coklat dengan berbagai bentuk yang cantik tersaji di piring.Teko itu hendak diambil oleh pelayan yang akan menuangkannya. Namun, Ania mencegahnya. Dia mengkode agar semua meninggalkan mereka berdua di tempat itu.Dengan jarinya yang lentik, Ania mengambil teko itu dan menuangkannya ke cangkir Jani dan cangkirnya."Minumlah, Jani. Aku sudah memastikan teh ini tidak beracun," ucapnya dengan tersenyum.
Ania berdiri dengan mengambil selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Dia memberi kode kepada penyihir yang menyampaikan kabar kepadanya, untuk segera meninggalkan kamar sebelum dia berubah pikiran. Tapi sebelumnya di meminta penyihir itu melakukan sesuatu untuknya.“Panggil pelayan kemari, aku ingin bersiap!”“Baik, Ratu,” jawab penyihir itu dengan menunduk dan segera meninggalkan kamar.Skuller berdiri lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ania. Ratu itu berdiri dan melepas selimutnya. Dia begitu suka memandang tubuhnya yang sempurna di cermin. Skuller mengecup pelan pundaknya dengan hati-hati. Dia tidak ingin merubah mood kekasihnya yang sedang baik.Tidak lama beberapa pelayan datang dengan pandangan menunduk. Ania berpaling dari cermin dan segera memberi perintah.“Layani aku, aku ingin terlihat menawan saat ahli membuat patung datang,” ucapnya yang langsung dianggukkan semua pelayannya. Skuller memak
Puluhan warga yang kini menjadi tawanan Ania, berbaris di lapangan yang tidak jauh dari istana hitam. Kaki mereka di rantai dengan rantai besi yang besar hingga mereka harus menyeret saat berjalan.Para penyihir berjajar menjaga dengan padang mereka agar tidak ada yang kabur dari tempat itu. Seorang wanita paruh baya terjatuh saat tubuhnya tidak mampu lagi berdiri terlalu lama tanpa makanan dan minuman.“Bruk!”“Cepat berdiri atau aku belah tubuhmu dengan pedang ini!” ancam salah satu penyihir yang mengarahkan pedangnya.“Maafkan aku, aku tidak sanggup lagi. Biarkan aku istirahat sebentar,” pinta wanita itu dengan memohon.Saat penyihir hendak mengarahkan pedangnya, tiba-tiba Ania menghentikannya. Semua menunduk kearah ratu jahat itu. Para penyihir segera mengarahkan kekuatan kabut hitam kepada semua warga hingga mereka berlutut dengan kesakitan.Ania berjalan mendekati wanita yang terjatuh. Denga
Skuller telah berada di dalam ruang VIP dimana Ken dan Jani berada. Dia langsung duduk tanpa dipersilahkan dengan wajah tersenyum."Ini ruang pribadi, Skuller. Setidaknya ketuklah pintu dulu," sindir Ken."Hahaha, jangan mengharapkan sopan santun dari seorang penyihir. Tapi, kenapa kalian ada di sini?""Bukan urusanmu," jawab Ken ketus."Ayolah, ini semakin membuatku penasaran," desak Skuller. Matanya terlihat menatap Jani dengan penuh kekaguman walaupun pandangannya itu hanya terjadi beberapa saat."Kau mau minum sesuatu?" tanya Jani."Berikan yang terbaik," ucapnya.Jani menekan tombol untuk memanggil pelayan. Tidak lama pelayan datang dengan menunduk."Ada yang bisa kami bantu?""Bawakan minuman terbaik," ucap Jani yang dianggukkan pelayan yang segera meninggalkan ruangan.Ken masih memperlihatkan wajah tidak senang. Jani harus memegang tangannya hanya sekedar untuk menenangkan."Aku lihat kau sering ber
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah