Skuller telah berada di dalam ruang VIP dimana Ken dan Jani berada. Dia langsung duduk tanpa dipersilahkan dengan wajah tersenyum.
"Ini ruang pribadi, Skuller. Setidaknya ketuklah pintu dulu," sindir Ken.
"Hahaha, jangan mengharapkan sopan santun dari seorang penyihir. Tapi, kenapa kalian ada di sini?"
"Bukan urusanmu," jawab Ken ketus.
"Ayolah, ini semakin membuatku penasaran," desak Skuller. Matanya terlihat menatap Jani dengan penuh kekaguman walaupun pandangannya itu hanya terjadi beberapa saat.
"Kau mau minum sesuatu?" tanya Jani.
"Berikan yang terbaik," ucapnya.
Jani menekan tombol untuk memanggil pelayan. Tidak lama pelayan datang dengan menunduk.
"Ada yang bisa kami bantu?"
"Bawakan minuman terbaik," ucap Jani yang dianggukkan pelayan yang segera meninggalkan ruangan.
Ken masih memperlihatkan wajah tidak senang. Jani harus memegang tangannya hanya sekedar untuk menenangkan.
"Aku lihat kau sering ber
Ken dan Jani harus mengatur nafas setelah mendapatkan pelepasan dari percintaan kilat. Rasa sensasi yang mereka rasakan begitu menyenangkan walaupun harus melakukannya dengan cepat. Jani mengatur gaunnya yang sedikit robek di bagian paha setelah melingkarkan ke dua kakinya di pinggang Ken.Dengan cepat Ken mengancingkan kembali celana dan juga merapikan rambutnya yang menjadi berantakan karena ulah tangan istrinya. Mereka kembali mengintip dan terus melihat ke arah wanita yang masih terisak penuh air mata di bangku taman yang tidak jauh dari hotel.“Kenapa rasanya sakit sekali?” tanya wanita itu pada dirinya sendiri. Dia meremas dadanya sendiri yang terasa sesak. Kepalanya yang menunduk tiba-tiba harus terangkat karena bayangan seseorang mendekati. Bayangan itu terlihat jelas oleh lampu obor yang menyala di tiang yang sebelumnya menjadi tiang lampu penerangan taman.“Apa kau menangis karenaku?” tanya Skuller tiba-tiba.“Tu-an
Mel segera turun dan membiarkan motornya tergeletak di tanah. Dengan parang di tangannya, dia berjalan cepat hendak memasuki pondok tanpa menoleh ke arah Ken yang menyapanya.“Hei, Mel. Apa yang mau kau lakukan?” Ken segera berlari dan menarik tubuhnya.“Lepaskan aku, Ken. Biarkan aku membunuhnya,” teriak Mel denagn meronta. Tentu saja tenaga Mel tidak sebanding dengan tenaga super Ken. Dengan satu tangannya, Ken mengangkat tubuh Mel dan membawanya ke ruang tengah. Ken mengikatnya di kursi dengan tali hingga dia tidak bisa bergerak.“Kau sangat menyebalkan. Saat tali ini lepas, aku akan menghajarmu,” Mel kembali berteriak.“Lakukan apapun yang kau inginkan, tapi jangan bergerak saat ini. Teriakanmu itu berisik sekali,” ucap Ken dengan pelan. Dia duduk di depan Mel dan mengambil botol minumam di meja.“Kau mau minum, Mel?” tanya Ken menyodorkan minuman ke mulut Mel. Mel memalingkan wajahnya
Wajah sendu istri orang lain yang tidak lama menyatakan cinta kepadanya, teringat kembali. Entah mengapa rasa iba menyeruak di dalam hati Skuller. Berbagai mantra diucapkan untuk mengetahui apakah ucapannya bohong, namun tetap tidak berhasil.Bahkan rasa cintanya yang tulus tidak bisa ditembus oleh pengaruh sihir Skuller yang ingin membuatnya seperti wanita-wanitanya yang lain."Anita." Skuller kembali menyebut namanya. "Kau sangat bodoh mencintaiku. Tapi kenapa rasanya begitu hangat di hatiku?" batin Skuller sambil memegang keningnya.Dia masih berusaha menarik rantai yang kini setengah bersemangat. Entah mengapa Skuller enggan lepas dari tempat itu. Dia masih menatap kearah kedua pasangan yang saling mengesap bibir pasangannya dengan penuh cinta.Terbesit keinginan merasakan hubungan yang sesungguhnya. Yaitu hubungan berdasarkan perasaan cinta tanpa ada saling memanfaatkan."Baiklah, aku akan menunggu permainan apa yang kalian sedang mainkan." Sk
Jani masih menatap Istana Hitam dengan pandangan kaku. Dia merasakan sakit yang diderita para warga yang menjadi budak. Terlihat pengawal bersama beberapa mahkluk mengelilingi tempat itu untuk berjaga."Ania, biarkan aku masuk. Aku ingin memberikan penawaran untukmu," batin Jani mencoba menghubungi Ania lewat mata batinnya.Di balkon, angin seolah masuk ke telingan Ania dan mengabarkan apa yang diucap Jani dalam hatinya. Seketika Ania mendengar jelas suara musuhnya itu."Aku tidak melakukan tawar menawar. Lupakan saja," balas Ania dengan kekuatan batinnya."Sayang sekali kau tidak bisa menolak yang satu ini.""Kenapa kau tidak mengatakan langsung tanpa bertemu?""Tidak bisa. Tapi jika kau tidak mau, aku akan membatalkannya."Ucapan terakhir Jani semakin membuat Ania penasaran. Dia ingin menolak tapi rasa ingin tau itu mengalahkan egonya."Baiklah, temui aku di tengah lapangan."Saat Jani sedang berkomunikasi dengan Ania, M
Ania bergitu marah setelah tahu Skuller terlihat perduli dengan wanita lain. Dia merasa kecolongan dengan wanita itu. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui Skuller memiliki kekasih selain dirinya. Setidaknya itu yang Ania pikirkan sekarang, Skuller mencintai wanita lain.“Sial! Beraninya dia memberikan hatinya kepada wanita lain. Aku akan menghancurkanmu dan semua wanita yang pernah bersamamu,” teriak Ania dengan kencang.Matanya menguning penuh emosi. Dia berjalan menuju balkon dan mengarahkan tangannya. Kilatan halilintar menyambar di dekat pawa warga untuk memperingatkan.“Jika kalian tidak segera menyelesaikan patungku, aku akan memanggang kalian hidup-hidup.”Kata-kata Ania menggelegar membuat gemetar tubuh para budaknya. Mereka segera keluar dari tempat berlindung dan kembali bekerja dengan keras.Skuller masih memeluk tubuh Anita yang membiru. Kemarahannya terhadap Ania membuatnya merasakan dendam yang membara. Hatin
Anita masih mengingat-ingat apa yang terjadi padanya. Dia hanya tahu saat kota menjadi gelap dan para warga berteriak menyelamatkan diri, termasuk dirinya sendiri.Dia bahkan tidak ingat pernikahannya yang berlangsung meriah setelah penyerangan itu. Anita melihat luar jendela dan merasa terkejut melihat hutan gelap yang tidak pernah di kunjungi sebelumnya.“Untuk sementara, kau akan di sini sampai temanku menemukan tempat aman untukmu. Ini makanan dan minuman. Kami akan ke kamar. Jika kau butuh sesuatu katakan saja,” ucap Jani meletakkan botol minuman dan beberapa buah juga roti. Saat Jani telah melangkah keluar, dia berbalik memandang Anita.“Kita berada jauh dari kota. Jika kau keluar dari pondok dan mencoba pergi dari sini sendirian, aku yakin para serigala akan menyambutmu dengan taring mereka.” Jani tersenyum dan menutup pintu kamar meninggalkan Anita seorang diri.Ken segera menariknya dan membawa ke kamar. Dia menutup pintu
Skuller kembali ke kamarnya. Dia mengunci pintu karena tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Jas mahalnya dilempar ke sembarang tempat. Dia kembali membuka peti kayu besarnya dan mengeluarkan semua barang.Matanya merasa lega saat satu barang berhasil di temukannya. Sebuah cermin kecil berbentuk oval dengan gagang yang pas untuk pegangan. Gagang itu terdapat ukiran lambang segitiga yang menjadi lambang iblis.Skuller membawa cermin itu dan duduk di sisi pinggir ranjangnya. Dia menatap bayangan dirinya di cermin itu cukup lama. Pikirannya saling bertarung antara menikmati menjadi manusia yang memiliki hati atau kembali seperti sebelumnya kejam dan tanpa iba.Wajah Anita kembali muncul di pikirannya. Namun, wajah itu berubah menjadi wajah Ania yang tersenyum ."Sial, sial. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku harus bertemu dengan Anita?"Skuller meletakkan cermin itu di ranjang, lalu merebahkan diri di sampingnya. Dia mengambil belati hijau dan mele
Sebuah suara yang bergitu di kenal oleh Skuller terdengar di telinganya, dia menoleh dan mendapati kekasihnya yang terlihat cantik seperti biasa. Ania berjalan menuju arahnya. Dia mengangkat satu tangannya yang segera disambut oleh tangan Skuller. Mereka berdua berjalan bersamaan menuju kursi megah yang menjadi singgaasana Ratu penguasa.Ania duduk dengan tangan yang masih di pegang erat kekasihnya. Dia tersenyum ramah penuh kasih sayang. Matanya terus menatap mata Skuller seolah mencari sesuatu yang hilang di sana. Ania tersenyum tipis saat apa yang dia cari tidak ditemukannya.Skuller merasa gelisah. Dia merasa Ania masih menganggapnya sama. Skuller ingin memberitahu bahwa dia memutuskan untuk kembali, tapi bukti dari kedua matanya belum juga muncul. Ania adalah tipe yang tidak akan mudah percaya dengan siapapun jika tidak melihat buktinya sendiri.“Bagaimana rencanamu untuk menguasai kota sebelah?” tanya Skuller mengalihkan perhatian Ania ya
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah