Di sebuah gedung yang menjulang, Nyonya Sonya menunggu dengan gelisah.
"Jika dia tidak datang lima menit lagi, cari dia dan penggal kepalanya!" ucapnya dengan tegas.
Gil melajukan mobilnya dengan kencang dan memarkirkannya dengan sembarang saat tiba di depan gedung milik Sonya.
Dia berlari dan menaiki lift khusus dengan kartu yang dipegang pengawal Sonya yang menunggunya.
"Jangan katakan jika dia sangat marah," ucapnya yang tidak mendapatkan jawaban dari pengawal.
Setelah pintu lift terbuka, Gil kembali berlari dan mengetuk pintu.
Seseorang membukanya. Sambil mengatur nafas, Gil berjalan mendekati Sonya yang menatapnya.
"Pegangin dia!" perintah wanita itu.
Kedua pengawal memeganginya. Sonya mengambil pedang dan mengarahkan ke kepala Gil.
“Maafkan aku, sayang. Kau boleh membunuhku jika itu membuatmu merasa lega. Tapi asal kau tahu, aku hampir gila berada jauh darimu,” ucap Gil pasrah.
"Sret!"
Jani masih terus mendapakan penglihatan yang membuatnya terkejut."Jadi kau ingin membangkitkan Ratu Ania dengan darahku? Tidak akan kubiarkan! Prak!" teriaknya sambil menghancurkan botol pemberian Skuller."Jadi kau menolak? Baiklah, kau akan melihat konsekuensinya." jawab Skuller dengan santai.Jani mengeluarkan kekuatannya. Angin bertiup kencang di sekitar tubuhnya. Matanya semakin memerah dengan cahaya yang menyilaukan."Hiya!" Dia mengarahkan kekuatannya ke arah Skuller yang hanya berdiri."Duar!"Terjadi ledakan besar di depan matanya. Jani terdiam dan menatap hingga ledakan itu berhenti dan memperlihatkan apa yang terjadi di depannya."Kenapa bisa begini?" ucapnya terkejut.Ledakan itu tidak bisa mengenai tubuh Skuller yang terhalang pelindung yang mengelilingi istana hitam itu."Kekuatanku bahkan tidak bisa menembusnya," batin Jani."Hahaha, kau tidak akan bisa menghancurkan pelindung ini. Tapi ka
Skuller mengangkat kedua tangannya dan mengeluarkan kilat yang menyambar semua pria yang menyerangnya."Hiya!"Tubuh mereka menghitam dan mengering sama seperti para petugas polisi yang dihabisinya di jalan."Argh!" Semua berlari menuju pintu keluar, namun pintu itu menutup sendiri dan mengunci.Skuller mengucapkan mantra dan keluar kabut hitam yang masuk ke tubuh semua yang ada di sana kecuali para wanita yang dipilihnya dan orang yang tidak melawannya. Dia, pun membiarkan pria yang memerintah untuk menyerangnya tetap hidup. Kabut itu menyerap orang-orang itu dan masuk ke dalam mulutnya. Tubuh mereka perlahan mengkerut dan mengering.“Hah,” ucapnya yang terlihat segar.Skuller mendekati pria yang menyerangnya dan mengarahkan jarinya."Tuan, siapapun namamu, jangan bunuh aku. Aku akan melakukan apapun untukmu. Aku sangat berkuasa dan banyak uang," ucapnya dengan ketakutan."Dan itu semua akan menjadi milikku.
Ken dan Skuller bertarung dengan kekuatan yang seimbang. Walaupun Ken tidak memiliki ilmu sihir, namun kekuatan fisiknya tidak kalah dengan lawannya.“Tang, ting, tang!” Suara pedang saling mengadu. Keduanya tidak mau kalah hingga mengabaikan Jani yang tidak ada di dekat mereka.Para pembasmi penyihir berdatangan dengan senjata canggih mereka dan segera melawan para makhluk. Mereka menembaki makhluk-makhluk itu dan menyerang dengan pedang. Jani mencari keberadaan gadis kecil yang di temuinya di pasar ikan.Di menemukan gadis itu sedang bermain bonekanya di kamar. Gadis itu tidak tahu jika orang tuanya telah mati terserang makhluk yang terus menatapnya tanpa melukainya. Jani tiba-tiba berada di kamar gadis itu.“Hei, Ania. Kemarilah,” ucapnya yang mengejutkan gadis itu.“Kau tahu rumahku? Ibuku pasti senang melihatmu. Ayo, aku kenalkan padanya,” ajak gadis itu.“Jangan. Nanti saja. Ibumu past
"Ken," ucapnya pelan. Jani menoleh ke arah sumber suara. Dia hanya melihat ruangan kosong."Aku yakin mendengar suara Ken memanggilku," batinnya.Di kamarnya, Ken tersenyum dalam meditasinya melihat Jani yang mendengar suaranya. Namun tiba-tiba, dia seperti tertarik menjauh hingga kembali ke tubuhnya lagi."Hah, kenapa denganku? Seperti ada yang menghalangiku mendekatinya." Ken segera keluar dari kamarnya untuk menemui Tuan Donovan."Dom, kemana semua orang? Aku tidak bisa menemukan Tuan Donovan," ucapnya. Ken bertemu Dom yang sibuk membawa banyak senjata. Ken mengambil sebagian senjata yang dibawa Dom dan berjalan mengikutinya."Dia ada di permukaan," jawab Dom.Ken hanya diam mengikutinya hingga ke permukaan. Di lapangan yang luas, berjajar kesatria Tuan Donovan atau yang biasa disebut pembasmi penyihir dengan senjata lengkap mereka.Ken meletakkan senapan yang dibawanya dan berlari mendekati Tuan Donovan yang berjalan."Tuan
Ken menatap pasien dengan luka tusukan besi di perutnya. Besi itu masih menancap dan harus segera dikeluarkan dari tubuhnya. Perawat yang berada bersamanya terdiam menunggu reaksinya."Dokter, anda boleh memulai sekarang," ucap salah satu perawat yang membuyarkan lamunannya."Gawat, apa yang harus aku lakukan? Jika aku tidak melakukannya, mereka akan tahu aku bukan dokter," batin Ken yang menatap alat-alat tajam didepannya.Saat tangannya mengambil salah satu pisau operasi, tiba-tiba masuk dokter lain yang mengagetkan semua."Maaf, kami ambil alih operasinya. Kalian bisa meninggalkan ruangan," ucap dokter itu diikuti para perawat di belakangnya. Dia membawa surat perintah dari direktur rumah sakit.Ken segera keluar dari ruangan diikuti perawat sebelumnya.Namun, saat hendak menutup pintu, Ken melihat ada yang aneh dengan mereka.Dia melihat dari pantulan kaca jendela, bahwa dokter dan para perawatnya mengeluarkan sinar kuning di bo
Jani tersadar dari tidurnya. Dia melihat sekeliling dan memegang detak jantungnya yang seakan melompat-lompat."Apa yang terjadi padaku. Kekuatanku ini benar-benar membuatku lupa diri. Ken, aku melakukannya lagi kepadanya." Jani tersenyum sendiri membayangkan Ken yang telah menyadarkanya."Kau pria yang sangat baik. Aku beruntung memilikimu." Jani turun dari ranjangnya. Dia membuka pintu kamar dan melihat sekitar yang kosong. Jani berjalan menyusuri istana hitam. Dia menemukan ruangan yang cukup besar. Di dalam terlihat temaram tanpa benda apapun."Ruangan apa ini?" Jani berjalan menuju tengah ruangan. Saat kakinya hanya satu langkah sampai ke tengah.Tiba-tiba muncul kilatan petir yang kecil, kemudian lama kelamaan menjadi besar membentuk lingkaran dengan kilatan yang masih menyambar. Sepasang mata nampak di dalam kilatan itu. Menatapnya dengan tajam."Jadi kau Ratu Ania. Menyedihkan sekali," ucap Jani dengan sinis."Hem, tidak kusa
"Brak! Dor!"Sonya menembak anak buahnya yang mengabarkan bahwa para pasien yang akan diambil organnya telah menghilang, dan semua yang ada di rumah sakit tersembunyi yang berada di bawah perlindungannya telah mati.Ini tidak mungkin. Siapa yang berani mengambil para pasien itu? Mereka yang ada di sana adalah pengikut kegelapan yang kuat," teriaknya dengan kencang.Semua pengawalnya tidak ada yang berani berbicara. Mereka memilih menunduk dari pada harus menjadi sasaran emosi wanita itu.Sonya mengerutkan keningnya. Dia berpikir bagaimana bisa tempat itu diketahui setelah berhasil disembunyikan selama puluhan tahun."Pasti seseorang diam-diam mencuri informasi dariku."Pandangannya kearah kamar pribadinya yang bersebelahan dengan kantornya.Di dalam kamar, Gil sedang berendam di jacuzzi.Dia mengenakan headset mendengarkan musik sambil menggoyangkan kepalanya.Tiba-tiba sesuatu menyentuh kepalanya dengan bunyi yang
Gil merasa lemas dengan pandangannya yang kabur setelah suntikan yang masuk ke dalam tubuhnya.Dengan perintah Sonya, salah satu anak buahnya menekan tombol hingga membuat kabel-kabel yang menempel di tubuhnya mengeluarkan aliran listrik yang menyakitkan."Argh!" teriaknya kesakitan."Sekarang katakan dengan jujur, siapa kau sebenarnya dan apakah kau memata-mataiku?"ucap Sonya yang menatap tajam dengan duduk tenang di kursinya."Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Aku pria biasa yang terjebak permainan cinta denganmu. Apa lagi yang kau inginkan?""Apa kau mengetahui sesuatu tentangku?""Tentu saja. Kau wanita berkuasa dan sangat kejam. Entah kenapa aku tidak ingin pergi darimu. Walaupun aku tahu setiap hari adalah resiko besar buatku untuk tidak kau bunuh," ucap Gil dengan kesakitan."Apa kau memberikan dosis suntikan yang sesuai?" tanya Sonya ke pengawalnya yang menyuntik Gil."Lebih dari takaran yang seharusnya, Son
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah