Seseorang mengetuk pintu kamar hotel. Ken membukanya dan menerima kotak yang berisi setelan jas. Dia segera memakainya saat Jani berada di kamar mandi mengganti pakaiannya.
Pintu kamar mandi terbuka, Jani keluar dengan gaun selututnya yang nampak anggun."Siapa kau? Kau pasti penyihir. Dimana kau sembunyikan Ken?" tanyanya tiba-tiba.
"Aku Ken," jawab Ken santai.
"Tidak mungkin. Dia itu sangat berantakan. Tidak mungkin rapi seperti dirimu. Cepat katakan di mana dia!" tanya Jani yang menggoda Ken.
"Jadi kau tidak percaya aku Ken? Baiklah akan aku tunjukkan bekas gigitanmu semalam." Ken membuka kancing bajunya dengan matanya yang memicing.
"Tidak, tidak. Kancing kembali bajumu. Hehe, aku hanya bercanda. Kenapa penampilanmu tiba-tiba berubah?Membuatku kaget saja," gerutu Jani.
"Semua karena ini." Ken menunjukkan kartu tanpa limitnya ke Jani.
"Tuan Donovan meminjamkannya." Dia sengaja tidak mengatakan jika sebenarnya juga memiliki war
Pagi-pagi, Gil telah kembali ke apartemennya setelah semalam bermain panas bersama wanita yang ditemuinya dengan singkat di kasino.Dia segera memberitahu markas telah diundang oleh Sonya untuk menghadiri pesta yang diadakan untuk kalangan atas dan juga rekan sesama mengikut kekuatan gelap.Gil sengaja menemui pengawal Sonya yang berada di mobil di seberang jalan dari apartemennya."Hei, Nyonya Sonya telah mengundangku semalam. Katakan padanya aku ingin undangan resmi atau aku tidak akan datang," ucapnya yang segera masuk kembali ke gedung apartemennya.Ken dan Jani akan ikut hadir di pesta itu."Pesta seperti apa nanti malam?" tanya Jani yang berbicara dengan Ken di salah satu apartemen yang telah disiapkan oleh Tuan Donovan. Jani datang pagi-pagi karena merasa canggung jika tinggal satu apartemen dengan Ken."Pesta topeng yang sangat elegan dan dihadiri banyak kalangan atas. Kita butuh pakaian yang mewah.""Aku akan memi
Pagi-pagi Ken sudah pindah kembali ke Sofanya. Dia tidak ingin membangunkan Jani yang akhirnya tertidur dengan pulas setelah semalaman terus menggigau."Andaikan aku bisa mengambil sedikit bebanmu, akan aku lakukan. Kau akhir-akhir ini tidak pernah tidur pulas. Aku sangat mengkhawatikanmu." batin Ken.Dia segera keluar dari kamar Jani menuju kamarnya. Ken bersiap karena harus menuju markas. Jani terbangun. Dia melihat sekitar mencari Ken."Kemana dia?" Jani pun langsung bersiap. Setelah beberapa saat, dia keluar dari kamar dan melihat Ken menyiapkan sarapan untuknya."Selamat pagi, putri tidur. Sarapan telah siap." Ken segera menarikkan kursi untuknya."Hem, baunya sangat lezat. Kau membuat pancake?""Ya, dan aku sangat ahli membuatnya." Ken meletakkan beberapa di piring Jani. "Ini sangat enak, Ken," ucap Jani menuangkan madu diatas pancakenya."Kita harus segera ke markas. Ada sesuatu yang penting dari temuan kita semalam."
Tuan Donovan menekan tombol dan muncul gambar pesawat yang sangat canggih."Pesawat apa itu?" tanya Ken."Sebaiknya kalian lihat saja sendiri." Tuan Donovan berjalan diikuti Ken dan Jani. Mereka menuju sebuah ruangan yang sangat besar namun kosong."Jadi di mana pesawatnya?" Ken memandang ke segala arah."Tepat ada di depanmu." Tuan Donovan menekan tombol lalu secara perlahan sebuah pesawat berwarna hitam muncul di tengah ruangan."Jadi pesawat itu bisa menghilang?" tanya Jani."Dan tidak akan terlacak oleh radar apapun," jawab Tuan Donovan dengan tersenyum."Kalian segera bersiap. Kita akan berangkat satu jam lagi."Jani dan Ken berjalan cepat menuju ruang senjata. Mereka mengambil pistol dengan peluru emas dan juga senjata tajam lainnya. Gil, Dom dan Dave bersama mereka dengan senjata yang tidak kalah canggih.Mereka segera menuju pesawat siluman yang telah lengkap dengan pilotnya."Pasang sabuk pengaman kalian.
Ken dan Jani menghilang dari langit. Ken merasa berputar-putar dan jantungnya berdetak dengan kencang. Dia memeluk tubuh Jani dengan erat.“Buk!” Mereka terjatuh di sebuah matras yang lumayan empuk.“Dimana kita?” tanya Ken yang memandang sekitar dan melihat Tuan Donovan, Bi Inah dan Fred menatap mereka. Jani berada dibawah Ken yang menindihnya.“Jangan bergerak,Ken! Aku tidak memakai baju.” Jani masih memeluk Ken agar tidak ada yang melihat tubuh polosnya. Bi Inah segera mendekat dan membawakan dua mantel untuk mereka.“Bibi senang kalian berhasil menembus portal,” ucapnya sambil membantu Jani memakai mantelnya. Ken memandang tubuh polos Jani dan langsung berpaling saat Jani melotot ke arahnya.“Selamat datang kembali, Ken dan Jani. Selamat kalian lolos latihan awal. Aku selalu yakin kau bisa melakukannya, Jani,” ucap Tuan Donovan.“Apan maksud ini semua? Kenapa tiba
Nadi Jani tidak terdengar. Ken mengangkatnya menuju ruang medis. Para petugas medis berusaha menghidupkannya kembali. Ken berteriak histeris di pegangi Gil, Dom dan juga Dave karena berusaha mendekati Jani yang berada di dalam ruangan. Mereka kuwalahan karena Ken semakin kuat.“Jani, jangan tinggalkan aku! Aku akan gila,” teriaknya.Tuan Donovan terpaksa menyuntikkan obat penenang dan membuat Ken tidak sadar. Semalam berjam-jam petugas medis berada di ruangan Jani. Akhirnya mereka keluar dengan wajah sedih.“Bagaimana dengannya?” tanya Tuan Donovan.“Dia kembali bernafas tapi mengalami koma. Kami tidak tahu sampai kapan dia akan sadar,” jawab seorang dokter pribadi yang tinggal di markas.Jani terbaring ditemani Bi Inah yang terus menangis. Ken berada di ruangan terkunci. Dia cepat sadar dan menghancurkan pintu dengan kekuatannya. Ken segera berlari menuju tempat Jani. Dia melemah saat melihat Jani penuh dengan selang ditubuhnya untuk membuatnya tetap h
Ken menatap sebelah kirinya lalu diam. Pandangannya kembali ke arah Jani yang terbaring."Aku pasti bermimpi mendengar suaramu." Ken mengecup kening Jani dan menata selimutnya.Roh Jani masih berada di ruangan itu. Dia mencoba berkonsentrasi untuk membuat roh nya masuk kembali ke tubuhnya."Kenapa aku tidak bisa masuk ke tubuhku. Ada sesuatu yang menahanku," ucapnya.Tiba-tiba roh Jani tertarik masuk ke alam lain. Dia berada di tempat yang sangat indah. Berbagai kupu-kupu berwarna-warni mengelilinginya. Jani berlari dan berputar-putar dengan tertawa lepas."Hahaha, ini sangat indah. Aku merasa sangat bebas. " Jani terengah dan duduk di rerumputan."Jani, kau lelah?" tanya seseorang dengan lembut. Dia segera menoleh ke segala arah dan melihat seorang wanita yang tidak asing baginya."Queen Jenifer Donovan. Ini kau?" tanyanya."Panggil saja aku Jen. Itu akan membuat kita semakin akrab," jawab Jen."Ibu Jen, aku senang bisa
“Jani, menikahlah denganku.” Ucap Ken yang membuat Jani terdiam lama. Ken mengerutkan keningnya menunggu jawaban Jani yang tidak kunjung terucap.“Apa kau yakin?” tanya Jani.“Tentu saja aku yakin. Apa kau yang tidak yakin?”“Ken, bisakah kau memberiku waktu untuk menjawabnya?”“Jadi kau masih ragu denganku?” Ken menatap Jani dengan sendu.“Bukan itu. Aku sangat yakin kau adalah bagian dari hidupku. Hanya saja kita masih mempunyai banyak tugas untuk diselesaikan. Kita harus mencari tahu siapa pria yang membuatku koma. Pria yang ada dalam latihan kita,” ucap Jani mengingatkan Ken tentang pria yang menyerang mereka dengan petir hingga Jani koma.“Kau benar. Aku pikir dia hanya bagian dari latihan, ternyata latihan kita adalah nyata.”“Kita harus segera mengatakan kepada Tuan Donovan,” ucap Jani yang berdiri.“Tunggu! Kita bisa me
Ketua penyihir menyerahkan baju tempur jaman dulu yang menjadi kebanggaan Skuller. Baju itu terdapat ukiran tengkorak di tengahnya.Skuller adalah panglima tempur kerajaan Ratu Ania sekaligus kekasihnya. Dia dikenal sangat kejam dan memiliki hasrat yang tinggi hingga setiap hari selalu ada gadis-gadis yang harus melayani hasratnya.Itu adalah syarat baginya hingga mencapai kekuatan yang mematikan."Jaman apa ini?" tanyanya."Jaman ini sudah sangat modern, Tuan," jawab Ketua Penyihir."Di mana semua orang yang menyembahku dan di mana kerajaan megahku?""Maaf, Tuan. Untuk sementara keberadaan kita belum diketahui banyak manusia. Kami bersembunyi di sini selama ber abad-abad. Namun kita harus segera pindah karena keberadaan kita sudah diketahui musuh kita.""Aku ingin melihat jaman modern. Siapkan kuda dan juga pengawal untukku!" perintahnya."Di jaman ini ada yang lebih kencang dari kuda, Tuan. Mari, saya tunjukkan." Ketua penyih
Sebuah rumah sakit yang serba putih, terlihat banyak perawat pria dan wanita menjaga sebuah ruangan di mana banyak orang-orang yang kehilangan akalnya. Rumah sakit jiwa yang terletak di kota terpencil sangat jauh dengan kota yang kini terbebas dari Ratu Jahat. Sonya duduk di salah satu kursi dengan pakaian putih yang mengikat tubuhnya. “Aku adalah wanita penguasa. Tapi … siapa aku? Hahaha ,” ucapnya lirih yang kemudian tertawa dengan kencang dan meronta. Dua perawat laki-laki segera memberinya suntikan penenang lalu membawanya ke sebuah ruangan kecil yang menjadi kamarnya. Di dinding ruangan itu tertulis sebuah nama dengan menggunakan kuku. Matanya hampir terpejam akibat obat penenang. Tapi sebelumnya wanita itu sempat mengucapkan nama yang dia tulis. “Gil.” ** Dom telah memiliki rumah yang lumayan besar. Namun, dia tidak menempati rumah itu sendirian bersama istri dan anaknya. Melainkan bersama para anak-anak yang orang tuanya tewas akibat kekejaman
Perlahan Sonya membuka mata. Dia sangat terkejut dan mencoba berdiri. Namun kakinya lemah tidak mampu menahan tubuhnya. “Kenapa dengan kakiku? Kenapa aku tidak bisa merasakannya?” Sonya berkali-kali mencoba berdiri dan tidak bisa. Dia menatap ke semua orang dan berteriak. “Siapa kalian? Aku wanita berkuasa dan aku …” Sonya tidak melanjutkan ucapannya karena tidak mengetahui jati dirinya. “Siapa aku? Argh!” Sonya meronta-ronta dan segera di bawa oleh petugas medis. Gil hanya melihat dengan sinis. “Kau mendapatkan apa yang kau taman, Sonya,” ucapnya pelan. Saat Gil berjalan menelusuri tempat itu, pemuda yang diselamatkannya berlari menemuinya. “Tuan Gil, terima kasih atas segalanya. Aku berkumpul kembali dengan adik dan ibuku,” ucapnya menunjuk ke arah adik dan ibunya yang tersenyum. “Kau juga telah menyelamatkanku di medan perang. Ngomong-ngomong siapa namamu?” “Aku Andy. Dan aku ingin menjadi sepertimu, Pembasmi Penyihir,” ucap
Terlihat kulit wajah Ania melepuh. Dia menggunakan kekuatan untuk menyembuhkan lukanya. Namun, yang terjadi wajahnya menghitam bagai terpanggang. Serbuk itu telah dimantrai olehnya dengan mantra yang sangat kuat sehingga tidak bisa di sembuhkan. Senjata makan tuan, istilah yang tepat untuknya.“Sudah cukup. Kini saatnya kau mati, Jani,” teriaknya dengan kesal. Ania membuat duri-duri di tubuhnya seakan hidup. Duri itu berubah menjadi ruh hitam dengan wajah-wajah manusia yang berteriak seakan kesakitan. Jani terkejut saat dirinya dikelilingi ruh-ruh itu.“Hahaha, sebentar lagi kau akan menjadi seperti mereka,” ucap Ania.“Siapa mereka, Ania?” teriak Jani merasakan hawa panas setiap ruh-ruh itu menembusnya.“Itu adalah jiwa para manusia yang menyembahku dan yang aku bunuh untuk kujadikan tumbal. Selamanya jiwa mereka akan terikat padaku dan menjadi budak Iblis Hitam, hahaha. Kini jiwa-jiwa ini akan membuatmu ma
Bayangan hitam yang sangat besar terlihat begitu mengerikan. Iblis Hitam menampakkan diri di tengah medan perang. Jani membuka telapak tangannya yang bersinar. Dia melirik ke arah Ken yang tidak terlalu jauh darinya. Pedang belati emas yang bersinar merah, tiba-tiba berubah putih persis seperti sinar di tangan Jani. Sinar itu semakin besar mengelilingi lembah.Jani dan Ken menggunakan sinar itu untuk melindungi pasukan mereka yang berada di balik bebatuan untk berlindung.Bayangan iblis hitam pelahan menghilang di barengi dengan kemunculan wujudnya. Iblis itu berdiri di depan Ania.“Hem. Jadi kau yang di tunjuk Ratu Putih untuk mengalahkanku? Hahaha, sungguh mengecewakan.”Tangan iblis itu mengarah ke depan mengeluarkan api yang menyerang Jani dan Ken. Secepatnya Ken berlari melindungi Jani dengan menahan api itu menggunakan pedang belati emas. Jani mengambil kesempatan saat Iblis Hitam teralihkan perhatiannya menghadapi Ken dengan menyerang A
Di medan pertempuran, masih terjadi saling bunuh antara mahkluk perjaga dengan pasukan di pihak Jani. Terlihat badut-badut lucu melompat-lompat membuat pembasmi penyihir merasa mudah menghabisinya tanpa rasa takut. Kaca mata canggih itu benar-benar menghabisi mahkluk tak bermata kesayangan Ania. Elang-elang raksasa mencengkeram mereka dengan cakar-cakar tajam lalu membawanya ke udara yang tinggi dan menjatuhkan para mahkluk hingga hancur di tanah.Di dalam lingkaran serbuk emas, Fred kembali berdiri lebih dekat di depan Ania. Mulutnya masih mengucap mantra. Ania turun dari kereta berjalan beberapa langkah mendekati Fred. “Kau tidak bisa mengelabuhiku. Kau pikir sebuk emasmu bisa menghalangiku?” Ania menepuk kedua tangannya yang mengeluarkan kabut hitam dan langsung menyelimuti serbuk emas.Seketika serbuk emas itu meleleh dan memudar. Mantra di mulut Fred berhenti. Serbuk-serbuk itu tidak lagi kembali kepadanya. Namun, ada yang aneh dengan pemandangan di de
Portal meledak membuatnya tertutup. Ania segera menoleh dengan wajah terkejut. Tidak ada lagi jalan masuk instan dari istana ke medan perang. Dave, Mel dan Dua secepatnya bersembunyi di tempat gelap menunggu situasi aman untuk menuju teman-teman mereka di sisi berlawanan.“Sial, siapa yang melakukannya?” teriak Ania memandang sekitarnya.Dave dan Mel bersembunyi di balik tubuh mahkluk penjaga yang besar sehingga terhindar dari pandangan Ania. Dua bersembunyi di bawah keretanya dengan menahan nafas. Ania kembali menatap pertempuran dan memerintah mahkluk penjaga untuk bersiap maju.Di tengah medan pertempuran, terlihat pasukan penyihir baru dengan mudah di kalahkan oleh pasukan pertama pimpinan Ken. Gil terlihat dengan brutal mencari keberadaan Ken. Suami Jani itu menggenggam belati hijau menuju temannya.Para penyihir baru berdiri di depannya untuk menghalangi jalannya.Mata mereka menguning dengan erangan. Ken menggenggam belati hijau dan berl
Mahkluk tak bermata keluar dari sinar yang terpencar di kegelapan. Mereka bersujud di depan Ania dengan mengerang. Mahkluk yang lain terlihat menyambut kedatangan mereka dan menyahut erangan itu dengan erangan khas masing-masing. Ania terlihat sangat puas dan bahagia. Tangannya mengarah ke atas mengeluarkan kilatan yang menjadi satu dengan awan hitam yang kini menjadi merah menyala.Pemuda yang telah di ubah oleh Gil, memakai jubah yang sama dengan para penyihir baru. Perlahan dia masuk ke dalam barisan. Berjalan maju selangkah demi selangkah mencari ibu dan adiknya yang masih menjadi penyihir.“Ibu, aku menemukanmu.” Pemuda itu melihat wajah ibunya di balik tudung yang berubah buruk rupa. Perlahan dia menarik ibunya yang masih di bawah pengaruh sihir dengan terdiam dalam barisan. Hingga sampai di belakang, pemuda itu melihat ke segala arah memastikan aman. Diam-diam dia membawa ibunya ke balik tembok dan menyandarkannya di sana dengan posisi duduk. Dia men
Suara itu samar,namun sangat jelas. Jani dan Ken langsung menoleh ke belakang mencari sumber suara. Hanya ada kegelapan yang di temani suara burung hantu. “Kau dengar itu, Ken?” tanya Jani memandang sekitar.“Aku mendengarnya. Tapi, siapa yang memanggilmu?” Ken melangkah ke depan mengawasi ke seluruh tempat itu dengan mata supernya. Tetap dia tidak melihat apapun. Ken kembali mundur dan mengajak Jani menuju mobil. Saat mereka hendak masuk ke dalam mobil, suara memanggil itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya.“Jani.”Seketika mereka berdua menoleh ke belakang dan terkejut melihat ruh Ibu Jani dengan bersinar terang tersenyum ke arah mereka.“Ibu!” teriak Jani segera berlari ke arah ibunya. Tangannya menyentuh tangan ibunya yang tembus. Terlihat kerlipan sinar terpancar di seluruh tubuh wanita yang telah melahirkannya. Jani tidak kuasa menahan air mata yang akhirnya tumpah membasahi pi
Langit bergemuruh disertai kilatan petir yang dasyat. Tanah membelah mengeluarkan semburan api yang mengucur ke atas. “Bangkitlah, para mahklukku!” teriakan Ania membuat suara gemuruh dan langit menjadi merah menyala.Munculah sosok-sosok aneh setelah semburan api menghilang. Wajah babi dengan tubuh manusia yang tinggi dan besarnya dua kali ukuran manusia biasa. Ada pula yang mendesis seperti binatang melata tetap dengan tubuh manusia namun wajahnya menyerupai kadal dengan ekor yang panjang. Semua berjalan mendekati Ania dan tunduk di hadapannya.Jani menatap langit merah di atas istana hitam yang nampak dari kejauhan. Dia menggunakan kekuatan matanya untuk melihat apa yang terjadi di istana itu. Jani berbalik menatap Ken dan juga Tuan Donovan yang berada di belakangnya. “Kalian tidak akan suka dengan apa yang aku lihat. Mahkluk yang baru muncul lebih mengerikan dari yang sebelumnya tapi sangat lambat,” ucap Jani.“Dari mana kau tah