kegiatan pada hari ketiga perkemahan.
Setelah pembagian dan juga arahan dari pak Roni selaku penanggung jawab dalam perkemahan ini, baik aturan dan peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap siswa dan siswi. Mereka diberikan arahan dengan hanya mengikuti tanda yang ada yang telah di berikan dan di buat di lokasi yang dituju sebagai lokasi dari pencarian benda yang akan mereka kumpulkan, bagi kelompok yang memiliki benda yang dibutuhkan berarti . mereka juga berhasil dalam memecahkan sandi yang disediakan sebelum mengambil benda yang mereka cari, karena sandi itu merupakan sebuah klu dimana benda itu disembunyikan memang tidak jauh dari letak sandi yang harus mereka pecahkan.
“Oh, syukurlah akhirnya pak Roni mengatakan nya juga”
“Iya benar sekali. Atau apa kita juga harus memberitahu pak Roni juga mengenai lokasi itu Tom!?”
“Menurutku kita beri tahu saja.
Rasa Sayang Seorang Ayah.Bagi seorang ayah pasti memiliki tugas yang berat. Terutama bagi keluarga kecilnya, dan juga keluarga besarnya. Setiap ayah juga pasti memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan masalah yang sedang melanda rumah tangga mereka.Memang tidak semua ayah, akan mengambil keputusan itu semua. Juga tentunya didukung oleh istrinya juga dalam mengambil keputusan-keputusan yang akan di ambil.Mungkin begitulah cara seseorang ayah untuk membuat kehidupan keluarga yang dia miliki bahagia. Begitupun dengan Alex yang merupakan kepala keluarga dari keluarga kecilnya yang merupakan keturunan Paxly.Dia memutuskan mengambil keputusan untuk anaknya yang dai sayangi yaitu Andrew. Yang merupakan anak sulungnya. Melihat kejadian yang menimpa anaknya itu dia tidak tahan lagi. Belum lagi ditambah dengan istrinya Emma yang baru-baru ini dirawat di rumah sakit karena mendapat luka temba
Hantu-hantu kecil yang malangKarena Aya sudah mengatakan semuanya isi hatinya kepadaku. Dan juga hari ini aku akan pulang bersamanya.Aku dan ayah hanya menunggu dokter datang saja. Untuk pemeriksaan terakhir dari luka yang ku derita. Sekaligus paman yang kata ayah sedang menuju ke sini membawa kursi roda untukku.Seketika para hantu-hantu kecil itu mendekat lagi dan lebih dekat. Akhirnya aku mengatakan kepada ayah kalau aku memiliki teman disini."Ayah,""Iya nak,""Sebenarnya dari tadi aku ingin mengatakan kalau di sini ada hantu-hantu kecil. Mereka sering bermain bersamaku di sini. Ketika kalian pergi meninggalkan aku sendirian di sini.""Apa meraka masih di sini nak?" Ayah menanyakan keberadaan hantu-hantu kecil itu kepadaku."Iya ayah, mereka ada di dekat ayah ""Benarkah? Berarti mereka mendengar pembicaraan kita dari tadi."
Untung saja ayah mengambil langkah dan meminta paman untuk tinggal serumah dengan kami. Meskipun sesekali paman masih pulang kerumahnya hanya untuk melihat kondisi rumahnya.Ayah juga membeli tanah di belakang rumah, karena kebetulan ada orang yang menjual tanahnya kepada ayah. Makanya ayah membeli tanah itu. Sekalian untuk meluangkan waktu untuk berkebun.Meskipun ayah punya kekayaan, dia tidak pernah lupa dengan leluhur keluarga Paxly yang suka berkebun dan bercocok tanam. Ayah sangat hobi dan senang dalam bercocok tanam. Memang begitulah sifat dan kebiasaan awal dari leluhur selalu turun temurun kepada generasi berikutnya.Jika kalian ingat dengan kitab yang dikatakan paman Paul kepadaku, kalau dia menyimpan kitab yang asli bersamanya. Paman telah memberikannya kepadaku. Meskipun paman merasa kalau waktunya belum tepat, untuk memberikan kitab itu aku pelajari. Tapi karena paman juga tidak mungkin sel
Dia sangat antusias ingin segera menemui Parker. Mungkin inilah yang dinamakan dengan ikatan darah. Entah bagaimana Parker bisa menahan dirinya untuk tidak bertemu dengan keponakanku ini.Semoga dengan pertemuannya ini dia bisa mengembalikan rasa rindunya. Ini semua memang terjadi karena peristiwa yang di akibatkan keluarga Morgan yang selalu menginginkan kekuasaan dan juga kekuatan dengan memeras orang lain. Sehingga banyak orang yang menderita.Sampai sekarang juga, kekuasaan keluarga Morgan selalu menjadi kendala bagi marga yang lainnya.Jika di kisah kan semuanya tidak cukup naskah untuk menampungnya.-------Karena umur ku yang sudah menginjak usia kepala empat. Aku merasa lelah sekali. Tapi sayangnya keponakan ku selalu menolak saat ku minta dia untuk berhenti sejenak untuk beristirahat.Sampai yang terakhir kalinya aku mengajak
. Hampir Saja KetahuanSetelah ayah tiri ku dan yang lainnya pulang ke rumah. Mereka semua menyambut kedatangan Pak Peter yang aku gunakan sebagai nama samaran ayahku, dengan sangat antusias. Mereka berterima kasih kepada dia karena sudah mau menolong kamPadahal yang benar adalah bukan sekedar menolong tapi, sudah menjelaskan siapa diriku sebenarnya. Dan juga siapa ayah kandungku yang sebenarnya, yang selama ini telah tersembunyi rahasianya dari kupingku"Bang, dia siapa sebenarnya?" Tanya adikku Jack padaku, berbicara secara empat mata. Karena, dia sepertinya mencurigai kalau dia bukan hanya sekedar orang biasa bagikuTerlihat kalau perhatianku lebih padanya"Kan abang sudah bilang kalau dia orang yang menolong Abang sama paman waktu di sana."Iya disana mana bang?""Ini, di hutan."Kenapa di hutan? Bukannya paman bilang kalau kalian pergi ke kota sebelah?"Iya, k
Pertemuan PertamaSelama dua bulan telah aku lalui bersama dengan ayah kandungku sendiri di rumah yang sama, kini peran dan penyamaran kami sangat terlatih. Tidak ada yang tau kalau aku dan Peter ada hubungan khusus. Hanya paman saja yang tau dengan kejadian ini semua.Luka di kaki ku juga sudah sembuh. Aku sudah bisa melaksanakan aktivitas seperti biasanya.Hari-hari yang aku lalui semakin dekat dengan ayah. Peter telah menunjukkan sikapnya sebagai seorang ayah, dia telah menunjukkan sebagian besar dari apa yang harapkan dari dirinya.Begitu banyak canda dan tawa yang kami buat bersama.Hari ini aku dan Peter berencana membeli sesuatu ke pusat perbelanjaan di pusat kota.Bukan hanya sekedar membeli sesuatu barang saja, melainkan sekaligus menghabiskan waktu bersama."Pak, ayo kita berangkat." Aku mengajak Peter yang
Mencari Layla, dan Masalah BaruSetelah aku, Peter dan paman, mengumpulkan cukup petunjuk dari perempuan bernama Layla. Besok hari kami akan mencoba mencari perempuan itu.Kini saatnya aku beristirahat. Mengumpulkan tenaga untuk pencarian besok hari.Sebelum aku bisa memejamkan mataku, aku teringat kalau Peter bisa meramal dan melihat seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya.Aku segera bangun lagi. Dan menyalakan lampu tidur. Untungnya aku ada sekamar dengan Peter.Kulihat dia sudah berbaring mengarah ke samping kiri. Seperti biasanya Peter pasti mengarah ke kiri saat akan tidur.Kuberanikan diri membangunkan dia. Memang ini sudah jam sebelas malam lewat.Aku mendekatkan wajahku dan membisikkan ke telinganya, "ayah. Apa sudah tidur?""Hem, belum
Pencarian Hari pertama Nihil"Jack sudah berapa lama kau mengetahui kalau aku dan Peter ada hubungan darah?" Tanyaku pada Jack di tengah-tengah pencarian kami yang melelahkan, untuk yang kedua kalinya. Aku hanya ingin memastikan kalau dia sudah sejak kapan mengetahui penyamaran kami ini."Semenjak kau, kurang memberikan sosialisasi dengan ku dan juga yang lainnya." Jawabnya dengan sedikit singkat."Tunggu, benarkah?" Lanjut ku."Ya, benar sekali bang. Sudah hampir tiga minggu. Aku selalu menyempatkan dan juga memata-matai kalian berdua. Yang kelihatan menyembunyikan sesuatu kebenaran dari kami semua."Dalam pikiranku, berarti selama ini aku dengan sandiwara ini, membuat penyamaran kami terbongkar. Tidak seperti yang aku bayangkan kalau penyamaran kami berjalan dengan mulus."Kenapa kau terdiam bang?""Ah, tidak apa-apa. Aku ha
Paman Paul ikut membantu melepaskan Jack dari penculikan.Mereka berenam mulai menyusun rencana bagaimana agar bisa meloloskan Jack dari tahanan para penculik sialan itu.Mereka memikirkan bagaimana caranya agar tidak memberikan kitab itu kepada para penjahat tersebut. Karena Andrew mengingat apa yang dikatakan oleh pamannya Paul agar dia menjaga kitab tersebut dengan hati-hati dan jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah. Apalagi penjahat yang coba-coba untuk meneror ketenangan keluarga mereka."Aku punya ide, bagaimana sebaiknya aku mengabari paman Paul saja?" Seru Andrew memberikan pendapatnya kepada mereka semua."Paman Paul? Aku belum pernah mendengar itu sebelumnya Andrew? Kenapa kau tidak pernah menceritakan tentang paman Paul kalau kau punya seorang paman.""Maafkan aku soal itu"Seorang penjaga yang bernama Clark yang mengenal tentang paman ya Andrew mengatakan, "Tuan Paul, sudah lama ak
"Aku lupa menanyakan dia mengenai tanda lahir yang dia miliki.""Tidak apa-apa, masih ada lain kesempatan untuk menanyakannya," Peter menepuk pundakku."Tapi bagaimana jika dia tidak bisa datang karena, orang tuanya...""Sudah jangan terlalu khawatir, biarkan terjadi secara alami nak.""Alami apanya, itu akan mengulur waktu saja ayah.""Tenang. Jangan berlebihan nak."***POV AuthorDisisi lain Layla mengahadapi masalah baru.Dia dicurigai oleh ayahnya."Dari mana saja? Ayah cari kamu kemana-mana tapi tidak kelihatan.""A... aku baru dari luar ayah," jawab Layla dengan kepalanya menunduk."Ikut ayah.""Baik ayah," mereka menuju sebuah ruangan khusus."Kemana kau seharian ini?"
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..
Karena Layla belum juga pulang, ibu menyuruh aku untuk mengajak Layla menghabiskan waktu berdua.Aku membawa dia kesamping rumah, karena suasananya disana cocok untuk mengobrol empat mata dengannya. Juga disamping rumah ada taman kecil dan juga ayunan dan kolam ikan punya paman Paul."Wah ini tempat yang bagus. Boleh kita duduk disana saja?" dia menunjuk kearah ayunan."Oke baiklah kalau kau mau duduk disana," jawabku. Aku membawanya kesana. Dia duduk dengan tersenyum. Mungkin dia teringat dengan masa kecilnya."Jadi apa tujuanmu sebenarnya ke sini?" tanyaku pada Layla,"Sebenarnya aku kesini ingin bertemu denganmu.""Kenapa?""Hemm, aku hanya ingin memastikan saja ini alamat rumahmu yang sebenarnya atau tidak.""Memangnya kamu tidak percaya dengan alamat yang aku berikan?"
"Permisi!"Tuk... tuk... tuk..."Permisi!"Suara perempuan memanggil dari luar."Tunggu sebentar!"Teriakku dari dalam.Tumben ada suara perempuan yang mengetuk rumah. Biasanya tamu selalu membunyikan bel. Mungkin dia tidak melihat tombol bel di sana.Saat aku membuka pintu ternyata yang datang adalah Layla."Hey, kenapa kamu datang ke sini?""Kebetulan aku lewat dari sebelah sini," dia mengibaskan rambutnya."Oh, kalau begitu ayo masuk," aku mengajak dia masuk kedalam rumahku."Tunggu sebentar ya," dia melepaskan sepatunya."Ti... tidak usah dibuka...""Udah nggak apa-apa""Siapa nak?" tanya ibu."Tamu bu," Jawabku."Ibu dengar sepert
"Oh iya kalau alamat kamu?""Alamat aku ya?" Jawabku dengan ragu-ragu."Kenapa ragu begitu?""Kau tau kan?""Tau apa?""Kalau keluarga Morgan, selalu membenci kami," jawabku."Oh, masalah itu. Tenang saja aku tidak akan memberitahukan hal ini kepada keluargaku""Baiklah," kemudian aku menuliskan alamat lengkap rumahku. "Ini.""Memangnya keluargamu pernah disakiti keluarga Morgan?""Sebenarnya...""Tidak apa-apa. Aku tidak bermaksud begitu," Layla menyentuh tanganku.Sedangkan aku hanya bisa merasakan tangan lembutnya sekali lagi. Dan ada sesuatu yang terasa aneh dengan diriku saat tangan Layla menyentuhku.Tiba-tiba aku merasa tenang sekali, yang biasanya aku seakan-akan menggebu-gebu dengan kekuatan yang aku miliki. Tapi ini berbeda, pe
Berhari-hari apa yang dikatakan keluarga maupun orang-orang yang ada di acara pesta pernikahan paman dan bibi, masih terngiang-ngiang di kepalaku.Pertanyaan yang menghujani aku sama saja. "Kamu sudah punya pacar?"Kepalaku terasa penuh dengan kata-kata mereka.Hanya paman Paul, Peter dan Jack yang tidak menanyakan hal tersebut. Bagaimanapun cara yang aku lakukan untuk menghindar, disitu juga ada orang dengan pasangannya masing-masing. Malah membuat aku merasa kesal dengan sendirinya. Benar-benar kena mental aku dibuat kata-kata mereka.Hari ini kebetulan aku dan paman, akan menemui perempuan yang bernama Layla.Aku masih bingung apa yang harus aku katakan kepada Layla. Pasti rasanya akan canggung dan akan terasa susah untuk mengungkapkan sepatah katapun kepada dia.Tidak terasa ternyata aku dan paman sudah setengah perjalanan me
Seminggu sudah sejak peristiwa dengan hantu jahat. Dan kini sekarang aku harus menghadapi sebuah kenyataan, mengetahui kalau Amalia benar-benar sudah lenyap.Hari ini adalah pesta pernikahan anak paman dan bibiku.Aku memakai setelan jas hitam, dengan daleman menggunakan baju berwarna putih.Aku terlihat sedikit iri dengan yang lainnya. Hampir semua anak muda memiliki pasangan masing-masing. Lain halnya denganku. Aku masih kosong melompong, tidak ada seorangpun yang aku jadikan pasangan.Kebetulan aku duduk menyendiri, tanpa ada seseorangpun yang menemani aku. Aku hanya menghindari kebanjiran pertanyaan-pertanyaan dari keluargaku."Hey bro. Kamu sudah punya pacar belum?" Tanya seorang yang sejak dari tadi berada di meja tepat dibelakangku."Belum bro hahah" jawabku dengan terkekeh.&