Setelah mobil Bira semakin jauh dari pandangan, kedua bahu Yasmen langsung merosot gontai. Tubuhnya berputar 90 derajat, kemudian berjalan dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya. Sedikit menjauh dari Byakta, menuju mobil yang sebenarnya sudah berhenti di belakang mobil Bira sedari tadi.Tanpa menoleh lagi, Yasmen masuk ke dalam mobil yang pintunya baru saja dibuka oleh Kohar. “Makasih, Pak. Langsung pulang, ya. Tapi, jalannya pelan-pelan aja, biar tidurnya agak lamaan.”“Siap, Mbak.”Yasmen baru saja merangkak masuk dan hendak membaringkan tubuhnya, ketika suara Byakta begitu dekat terdengar di telinga. Lantas, Yasmen menoleh dan mendapati Byakta baru saja duduk tepat di sebelahnya lalu menutup pintu mobil.“Mas By! Ngapain di sini!”“Kamu nggak lihat aku lagi ngapain?” Byakta meletakkan tas kerjanya di kursi depan, lalu menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata“Iya tahu, tapi kenapa masuk mobilku?” Yasmen memutar tubuhnya untuk melihat Byakta. Rasa kantuk yang tadinya sudah mengga
“Hm, baru bangun.”Byakta berdecak saat melihat istrinya yang baru saja membuka mata. Sambil mengusap rambut basahnya, Byakta yang baru saja keluar dari kamar mandi itu segera menghampiri Yasmen. Ia berdiri di sisi ranjang dan masih sibuk menyapukan handuk kecil di kepala.Yasmen melirik datar pada Byakta. “Ayamku? Sama kentang?”Mengapa hal pertama yang ditanyakan Yasmen justru ayam dan kentangnya?“Berapa password hapemu?” Tidak ingin berbasa-basi dan terus merasa penasaran, Byakta segera mempertanyakan hal tersebut pada Yasmen.“Ayaaam!” Yasmen mendepak selimut yang membalut tubuhnya ke arah Byakta.“Password.”“Mas By!”“Yasmen.”“Maas!” Yasmen bangkit dan duduk dengan perasaan kesal. “Jangan bikin kesel! Ini sudah malam, aku mau makan, terus tidur!”“Yasmen.” Byakta menghela seraya menggantungkan handuk kecilnya di leher. “Kamu mau tidur lagi? Coba lihat ini jam berapa?”Yasmen mengerjap. Melirik pada pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah lima. Itu berarti, ia su
Byakta baru keluar dari ruangannya, saat ia melihat Yasmen berdiri kemudian berjalan sambil tersenyum menatap ponsel yang ada di genggaman. Gadis itu keluar dari ruang divisi HRD, dan terlihat terus melangkah menuju lift.Jam makan siang memang baru saja tiba. Jadi, mungkin saja Yasmen saat ini hendak pergi untuk makan siang. Namun, mengapa Yasmen tidak makan siang dengan teman satu divisinya. Gadis itu malah pergi seorang diri, dan tidak saling menunggu seperti staf yang lainnya.Byaka yang juga berniat pergi makan siang, akhirnya berdiri di samping Yasmen yang sudah berada di depan lift.“Bapak mau makan siang juga?” Sebenarnya, Yasmen sedikit terkejut ketika Byakta tahu-tahu ada di sampingnya. Namun, demi kata jual mahal yang terpaku di kepala, akhirnya Yasmen berusaha bersikap formal ketika mereka berada di kantor.Byakta berdecak karena kesal dengan ucapan Yasmen. Gadis itu seolah seperti bunglon. Sanggup bersikap formal dan terkesan dingin ketika di kantor, dan akan berubah 180
“Ya ampun, Princess! Jadi orang itu, jangan terlalu serius.”Apa semua keturunan Sagara memang tidak punya selera humor, pikir Endy. Dari Mai, Pras, dan sekarang Yasmen. Walaupun sifat Yasmen sungguh berbeda dengan May, tapi mereka sepertinya sama-sama tidak bisa diajak bercanda.“Nyante, Yas, nyante,” tambah Endy ikut berhenti, ketika langkah Yasmen berhenti lebih dulu.“Ihh!” Yasmen mendorong lengan Endy dengan kedua tangan. Ia menghentak kesal, kemudian berkata, “Aku baru aja nikah, masa’ sudah didoain jadi janda!”Endy terkekeh. Namun, tidak terlalu memikirkan apa yang diucapkan oleh gadis itu. Bagi Endy, semua yang dikatakannya di luar urusan pekerjaan, hanyalah bualan belaka.“Lagian, kamu baru nikah kenapa langsung masuk kerja, ha?” Endy tersenyum miring karena merasa ada yang salah dengan pernikahan Yasmen. “Nggak libur, atau pergi bulan madu?”“Issh!” Yasmen menendang kecil kursi yang baru saja ditarik oleh Endy untuknya. “Nggak usah tanya-tanya! Mending kita ngomongin kerjaa
“Nggak sopan!”Byakta bergeming dan tetap melajukan mobilnya dengan perlahan, untuk mencari tempat makan. Sedari tadi, mulut Yasmen itu tidak berhenti melempar protes untuk meluapkan kekesalannya.“Harusnya, Mas By ikut aja makan bertiga sama Mas Endy!” lanjut Yasmen. “Jangan tahu-tahu nyuruh aku pergi, terus pake ngancam telpon ayah sama enda. Gimana kalau aku telponin papi terus bilang kalau Mas By itu nggak profesional! Aku lagi bahas kerjaan sama Mas Endy, tapi disuruh pergi gitu aja! Harusnya, Mas By sudah bisa bedain antara urusan pribadi dan kerjaan.”“Dan harusnya, kamu juga sudah bisa bedain, mana yang boleh kamu lakukan di luar sana, dan mana yang nggak.” Akhirnya Byakta membuka mulut untuk berbicara. “Kamu juga harus bisa mikir, kalau pertemuan barusan nggak seharusnya terjadi. Apa yang harus dibahas? Kamu tinggal terima proposal, dan serahkan ke papi. Selesai.”“Cemburu, ya?” Yasmen memicing sambil mencondongkan tubuh pada Byakta. “Ayo tinggal bilang kalau Mas By cemburu!
“Duduk!”Sepasang pengantin baru itu, langsung berhadapan dengan Pras ketika baru memasuki ruang tamu. Pras yang tadinya hendak keluar dan melihat persiapan syukuran cucu pertamanya, akhirnya mengurungkan diri karena melihat Yasmen dan Byakta baru saja memasuki kediamannya.Pras langsung berbalik, dan mengajak mereka berdua memasuki ruang kerja yang sudah jarang digunakan olehnya sejak pensiun dari Casteel High. Ruang tersebut, saat ini lebih sering digunakan Qai untuk menyelesaikan pekerjaan yang tiada henti.“Kenapa kami berdua disuruh masuk ke sini?” lontar Yasmen ketika sudah duduk di samping Byakta. Untuk menunjukkan hubungan mereka baik-baik saja, Yasmen sedari tadi selalu memeluk lengan Byakta dengan mesra.Padahal kenyataannya, hubungan mereka masih belum menemukan arah dan tujuannya.“Masih mau cerai?”Pertanyaan menohok dan tanpa basa-basi itu, langsung dilemparkan Pras dengan telak.“Ce-rai?” Ada apa lagi sekarang? Apa Yasmen kembali mengadu yang tidak-tidak pada Pras?“Ya!
“Mai.”Pras memanggil, tapi tatapannya tertuju hanya pada satu sosok yang lumayan jauh dari jangkauan. Pras yakin tidak salah lihat, meskipun hanya beberapa kali berjumpa secara langsung dengan pria itu.Mai yang baru saja meletakkan putrinya di stroller, segera memasrahkan Rara pada Yasmen yang sedari tadi tidak mau jauh dari bayi mungil itu. Mai menghampiri Pras, kemudian berhenti di samping sang ayah yang berdiri di sudut teras depan rumah. “Kenapa?”“Kenapa ada Endy di sini?” tanya Pras datar dan tetap menatap tajam pada setiap pergerakan Endy yang berbaur dengan para undangan lainnya. “Siapa yang undang dia?”“Saya, Yah!” seru Raj yang baru saja keluar dari rumah dan mendengar pertanyaan Pras tersebut.Pras menoleh dan menatap tanya. Tidak perlu melontarkan lagi pun, Pras yakin Raj sudah tahu maksudnya.“Dia itu rekanan kantor,” jawab Raj berdiri di samping Mai sambil menatap Endy dan seorang bocah yang ada di samping pria itu. “Perusahaan dia, ada kerja sama dengan perusahaanku.
“Kamu tahu, By. Aku, satu-satunya orang yang menentang pernikahan kamu dan Yasmen.”Byakta terkesiap. Bergeming di tempat dan menelan ludah. Kenapa, pria itu tahu-tahu ada di sebelah Byakta, yang sudah menjauh, menyepi dari keramaian.“Ayah,” ucap Byakta menoleh pelan pada Pras.“Pertama, karena kamu itu pengecut,” ungkap Pras terus terang. “Kedua, kamu masih belum bisa move on dari Mai, dan aku tahu itu.”“Ayah, aku—”“Aku ingatkan kamu, By.” Pras memutar tubuh untuk menatap Byakta, setelah memandang putrinya dari kejauhan. “Ubah sikapmu, sebelum Yasmen tahu kalau yang menghantui pernikahannya bukan bayangan Raya, tapi Mai.”Byakta kembali menelan ludah. Tidak ada kalimat sanggahan yang bisa Byakta lontarkan pada Pras, karena pria itu berkata benar.“Ingat, By. Penyesalan selalu datang belakangan.” Tubuh Pras kembali berputar dan mengarahkan pandangannya kembali ke Mai. “Dan aku bisa jamin, kamu nggak akan pernah dapat perempuan yang tulus seperti Yasmen. Jadi sadarlah, sebelum semua
Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak Imperfect Love : ArPi Kim : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Mulya Purnama : 750 koin GN + pulsa 150 rb Elin land : 500 koin GN + pulsa 100 rb Miss Ziza Ziza S : 350 koin GN + pulsa 50 rb Ziza Ziz S : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari Minggu, 2 April 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari Senin ke pihak GN. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Bee and Hunny ~~ Kita ketemu lagi di GN, Insya Allah habis lebaran yaaa .... Kissseeess …..
Apa ini? Asisten nyonya besar keluarga Sagara tiba-tiba menelepon dan meminta Arista datang ke kediaman atasannya. Bukan di rumah jabatan yang ditempati saat ini, tetapi di rumah pribadi kediaman Sagara. Bahkan, Arista dijemput langsung oleh salah satu sopir keluarga tersebut. Arista seperti di sidang. Duduk seorang diri dan menghadapi empat orang yang mentapnya dalam diam. “Maaf, Bu Aida.” Daripada hanya didiamkan, Arista akhirnya membuka mulut. “Kenapa saya dipanggil ke sini? Apa ada masalah, atau butuh bantuan saya?” Tatapan Arista tertuju sekilas pada Bira yang duduk paling ujung, di samping Pras. Jangan-jangan, pertemuan kali ini adalah buntut dari pembicaraan Arista dan Bira malam itu. Jangan-jangan, semua ucapan yang dikatakan Bira saat itu bukan hanya gurauan belaka. Jangan-jangan … Semakin dipikirkan, Aristas semakin sakit kepala karena takut menebak-nebak jawabannya. “Saya minta maaf kalau harus minta kamu datang mendadak seperti sekarang.” Aida berujar dengan sikap ang
Arista mengerjap dengan mulut yang terbuka. Berdiri mematung pada celah pintu mobil yang sudah dibuka Vincent sebelumnya. Mendengar perkataan Bira dan wajah serius pria itu, Arista jadi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. “Becanda, Ris.” Bira spontan tertawa saat melihat Arista membeku dengan wajah tegang. Wanita itu mungkin syok akibat mendengar ucapan Bira barusan. “Buruan masuk, aku sudah lapar.” “Ahh …” Mulut Arista ikut melempar tawa, garing. Ia mengangguk, kemudian masuk ke dalam mobil dan menggeser bokongnya ke sisi pintu yang lain, karena Bira jelas akan duduk di sebelahnya. “Jangan terlalu tegang,” kata Bira setelah menutup pintu. “Kerja sama aku memang harus serius, tapi santai aja.” “Iya, Mas.” Arista kembali tertawa, terkesan dipaksakan. “Lagian, masa’ buaya dipercaya.” Bira tertawa. “Eh, tapi aku serius masalah yang tadi. Aku memang lagi nyari istri, soalnya lagi pusing disuruh nikah terus sama nyonya besar.” Arista berdecak. “Cewek-cewek di Casteel High, kan, banyak
“Kenapa belum pulang?” Bira menatap layar komputer yang dipandang Arista. Wanita itu memandang situs web yang berisikan berbagai video, yang bisa diunggah oleh penggunanya di berbagai belahan dunia manapun asal memiliki akses internet.“Hujan deras, Mas,” kata Arista sembari mengangkat wajah, menatap Bira yang berdiri di sampingnya. Dari pria itu datang ke kantor di pagi hari, sampai pulang di sore hari, atau malam sekali pun ketika mereka lembur, wangi parfum Bira tetap setia menempel di tubuh pria itu. Intensitas wanginya tidak berubah sedikit pun. “Saya nggak bawa jas hujan.”“Terus kenapa belum pulang?” ulang Bira kembali mempertanyakan hal yang sama. “Kita nggak lembur, dan kamu sebenarnya bisa pulang duluan.”“Hujan deras, Mas.” Arista juga mengulang jawaban yang sama, dan mulai menahan kekesalannya.“Aku tahu sekarang hujan deras, tapi kenapa kamu belum pulang?” tanya Bira sekali lagi. “Pesan taksi, kek! Gajimu di sini lebih besar dari Firma Sagara, masa’ bayar taksi buat pulan
Pagi itu, Bira berhenti di depan meja sekretarisnya sebelum memasuki ruang kerja. Perangkat komputer di meja Arista tampak belum menyala, pun dengan kursi kerja yang masih rapi menempel rapat dengan sisi meja.Bira mengeluarkan ponsel. Melihat notifikasi yang masuk di dalamnya. Tidak ada nama Arista di sana. Itu berarti, wanita itu tidak memberi info sama sekali tentang ketidakhadirannya, atau mungkin keterlambatannya. Kalau begitu, biarlah Bira menunggu kabar dari wanita itu sembari melakukan pekerjaannya.Saat Bira baru membuka pintu, hawa sejuk pendingin udara langsung menerpa wajahnya dengan suhu seperti biasa. Itu artinya, sudah ada seseorang yang menyalakan pendingin ruangannya lebih dulu, dan itu pasti Arista.“Mas Bira!”Bira terkejut mendengar seruan yang dilontarkan dengan nada kesal padanya. Namun, entah mengapa seruan tersebut juga terdengar sedikit manja. Sedikit mengusik indra pendengarannya.“Arista? Kamu kenapa?”“Mas Bira pasti tahu kalau pak Lex sudah nikah sama bu
Bira berhenti melangkah di depan meja sekretaris barunya. Ia bersedekap, lalu menghela saat melihat paras manis itu memanyunkan bibirnya.“Pagi, Mas Bira.” Arista tidak mengerti, mengapa ia harus dipindahkan dari Firma Sagara ke Casteel High seperti sekarang. Sejak awal menginjakkan kaki di dunia kerja, Arista sudah berada di firma hukum tersebut dan semua karyawan yang ada di sana sudah seperti keluarga baginya.Namun, perintah tiba-tiba dari Pras membuatnya tidak bisa mengajukan protes. Memangnya, karyawan mana yang berani membantah titah seorang Pras? Arista mungkin masih bisa bernegosiasi bila Lex yang memberinya perintah. Akan tetapi, sayangnya orang tersebut adalah Pras.Pria arogan yang selalu saja bertindak sesuka hati.“Pagi.” Bira berdecak, karena Pras benar-benar mengganti sekretaris lamanya dengan Arista. Apapun alasan yang ada di balik itu, Bira harus tetap menutup mulut dan tidak boleh membocorkannya pada siapapun. Jika Arista bertanya, maka Bira cukup mengatakan semua i
“Rajaaa.” Hari masih terbilang masih pagi, tapi Yasmen mulai mengeluarkan “tanduknya” karena baru saja menginjak sebuah lego yang membuat telapak kakinya nyeri seketika. Padahal, Yasmen sudah berulang kali memberitahu putranya, agar selalu membereskan semua mainannya ketika sudah selesai bermain. Namun, berapa kali pun Yasmen berujar dan memberi perintah, hasilnya tetap saja sama. Setelah bermain, bocah yang sudah berusia lima tahun itu, langsung meninggalkan semua mainannya begitu saja. Alhasil, Susilah yang akan membersihkan semuanya seperti biasa dan Yasmen hanya bisa mengelus dada. Anehnya, Raja akan selalu bersikap patuh bila sudah berada di rumah Pras. Mana berani bocah itu menghambur mainannya yang ada di sana. Seusai bermain, Raja akan selalu membereskan semua barangnya pada tempatnya, walaupun dalam keadaan yang tidak sempurna. Ternyata, merawat dan mendidik anak tidak semudah bayangan Yasmen. Keinginan untuk memiliki banyak anak pun Yasmen urungkan seketika, karena itu sem
Ternyata, semua tidak seperti yang ada di bayangan Yasmen. Setelah sebulan tinggal di rumah Bira, akhirnya Yasmen mengerti bagaimana perasaan Byakta. Mungkin hampir sama seperti yang dirasakan Yasmen saat ini, ketika memutuskan tinggal di rumah Mario.Bukan … kedua mertua Yasmen bukanlah sosok mertua kebanyakan, yang ada di sinetron maupun novel-novel online yang bertebaran di jagat maya. Justru sebaliknya. Mario dan Miskah bahkan terlalu baik, hingga membuat Yasmen semakin merasa tidak nyaman berada di rumah tersebut. Ditambah, tidak adanya asisten rumah tangga di rumah Mario, membuat Yasmen yang terbiasa memerintah jadi semakin segan berada di rumah mertuanya.Tidak mungkin, kan, Yasmen menyuruh mertuanya untuk membuatkannya ini dan itu? Belum lagi, Yasmen mau tidak mau harus tahu menempatkan diri. Ia harus berusaha bangun lebih pagi, walaupun, semalam hanya tidur beberapa jam karena putranya yang terus meminta ASI. Dan masih banyak hal lain yang membuat Yasmen semakin tidak enak ha
Akhirnya, Yasmen bisa pulang dari rumah sakit dan langsung menuju ke rumah orang tuanya. Yasmen sudah menetapkan hati, untuk tidak menambah anak lagi. Ditambah dengan proses menyusui yang penuh dengan drama, semakin membuat Yasmen enggan untuk hamil, dan melahirkan di masa mendatang. “Apa itu, Bu?” Yasmen melihat Susi membawa sebuah nampan ketika memasuki kamarnya. “Sayur bening, tapi pake daun katuk,” jawab Susi meletakkan satu mangkok sayur di nakas. Setelahnya, ada sebuah piring yang sudah berisi nasi dan ayam goreng bagian dada dengan potongan besar di atasnya. Susi juga meletakkan segelas air putih, dan segelas susu. “Di suruh makan sama ibu. Pelan-pelan aja, yang penting dihabisin.” “Tapi aku sudah makan tadi di rumah sakit, Bu.” Yasmen melihat boks bayi yang letaknya tidak sampai satu meter dari tempat tidurnya. “Mbak Yasmen sekarang menyusui, jadi makannya harus banyak dan bergizi biar ASInya juga lancar,” terang Susi kemudian bergeser ke samping boks bayi untuk melihat bay