Share

32

Karena lelah memangku Bian akhirnya Adrian pergi ke ruang santai–ruangan yang memang di khususkan untuk bersantai–ada sofa juga di sana, pun karpet tebal yang lebar di depan sofa–si tampan muka teplon ini memilih karpet. Mendudukkan Bian di atasnya dan dia berbaring di sebelah si gembul seraya mengerang. Pinggangnya sakit, punggung serta tangan pegal, belum lagi duduk terus. Akhirnya! Akhirnya dia bisa rebahan!

Si bayi memandang ayahnya yang meregangkan tubuh lamat-lamat lalu menggerakkan badan mendekat dan memanjat tubuh Adrian–membuat si bungsu Biman sedikit terkesiap dan melihat si bayi yang bersandar dan meletak kepala di atas perutnya. Bian memamerkan gusi merah muda yang belum ditumbuhi gigi. Tersenyum pada sang Ayah yang kelelahan.

“Sekarang kamu ketawa?” Adrian mencubit pipi gembil si bayi membuat suaranya seakan-akan marah, menekan tiap nada di kalimatnya. “Kamu ngejek, hm? Sejak pagi diam aja. Apa yang kamu ketawain?”

Bukannya takut, Bian malah makin senang. Bergerak-gerak d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status