*** "Apa-apaan ini, ha? Kenapa wanita brengsek itu justru merekomendasikan Hotel A kepada perusahaan ITr!" ketus Arzenio murka, ketika mendengar laporan dari Nadia cucunya. "Sebenarnya apa salah kita? Masalah perusahaan Galaxy saja belum selesai, sekarang ditambah dengan masalah baru! Kalau seperti ini, perusahaan Galaxy benar-benar akan gulung tikar!" ujar Nadia cemas. "Bukankah keluarga Mauren memiliki saham 35% di FSM Group? Kenapa kita tidak gunakan kekuasaan itu untuk membantu perusahaan Galaxy?" Marthin memberi usul. "Apa kau gila? Dibandingkan dengan perusahaan RnB, Perusahaan Galaxy sama sekali bukanlah tandingannya. Yang ada FSM Group kena dampaknya juga, Brengsek! Apa kau benar-benar mau hidup di jalanan?" teriak Nadia emosi. Nadia tahu persis, jika saham keluarga Mauren di FSM Group sampai terekspos ke publik. Dia yakin hanya dalam hitungan jam, maka kondisi FSM Group tak akan ada bedanya dengan perusahaan Galaxy. "Kenapa perusahaan ITr tiba-tiba mau berurusan
*** "Ini hasil penyelidikannya, Ridel," ujar Alex sambil menyerahkan berkas ke tangan sang sahabat. Ridel tidak menjawab, dia membaca hasil penyelidikan itu dengan cermat. Dia menarik nafas panjang, kini dia paham kenapa keluarga Mauren sama sekali tak menyayangi istrinya tapi justru sebaliknya. Mereka ingin melenyapkannya. Ridel baru tahu kalau Vicenzo Mauren bukanlah ayah kandung istrinya. "Jadi ayah kandung Fania mengalami kecelakaan saat sedang menuju gedung pernikahan dan meninggal di tempat? Hingga membuat keluarga Tzu terpaksa mencari pengantin pengganti pria? Apa imbalan perusahan dan uang miliaran tidak cukup bagi keluarga Mauren? Bukankah dalam perjanjian sangat jelas mengatakan jika tidak adanya kecocokan maka mereka bisa berpisah secara damai?" geram Ridel. "Tidak semudah itu, Ridel." "Maksudnya?" "Karena pada kenyataannya, uang yang diberikan oleh keluarga Tzu disalahgunakan oleh keluarga Mauren. Begitupun dengan perusahaan yang diberikan oleh keluarga Tz
"Jangan sungkan, kau telah menyelamatkan usahaku. Tanpa kau, mungkin besok keluarga ku akan hidup di jalanan dan aku akan berakhir di penjara. Karena itulah aku memberikan dua persen saham sebagai bentuk terima kasihku," ujar pria itu tersenyum. "Kalau Anda ingin berterima kasih, maka berinvestasi lah pada Hotel A yang akan dikelola Fania Mauren lima hari lagi." Permintaan Ridel merupakan tamparan bagi pria itu. Dia tidak menyangka Ridel akan meminta hal yang mustahil untuk dilakukannya. "Kenapa Anda diam saja, Tuan? Apakah permintaan saya terlalu berat?" tanya Ridel paham kenapa pria itu ragu. "Maafkan saya, Tuan. Saya lebih memilih kehilangan dua persen saham bank Fuji, dari pada harus berurusan dengan keluarga Liu yang notabene merupakan raja bisnis. Walaupun keluarga Liu tidak melarang keluarga Mauren untuk mengoperasikan hotel A. Namun, pengumpulan secara terang-terangan itu sebagai bukti kalau keluarga Liu sedang memblokir usaha perhotelan keluarga Mauren." "Aku akan m
"Aku tahu betul, buku itu tak akan berguna kalau diberikan kepada orang yang salah. Sayangnya, kau memberikan itu kepadaku. Jadi hasilnya ... kemungkinan besar perusahaan RnB justru akan berada di bawah perusahaan ITr," ujar Adrian dari seberang. "Apa kau punya usaha lainnya yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan ITr?" "Ya, iyalah. Mana mungkin aku terus-terusan mengelola perusahaan yang bukan milikku? Kan lucu. Sepertinya sudah saatnya kau mengambil alih perusahaan ITr. Jadi aku bisa fokus dengan usaha ku sendiri." "Berinvestasi lah di hotel A, Adrian," ujar Ridel tanpa mempedulikan omongan Adrian sebelumnya. Terdengar suara tawa dari seberang, "Tanpa diminta pun, aku sudah berencana untuk berinvestasi. Dengan kemampuan Fania aku yakin hotel A akan berkembang. Lagipula itu hanya membawa keuntungan jangka pendek untuk perusahaan Galaxy." "Maksudnya?" tanya Ridel bingung. "Kau tahu kenapa Fania justru memilih Hotel A?" "Tidak." "Karena kalau dia berhasil mengoperasi
Nadia terdiam, karena semua yang dikatakan sang kakek benar-benar adanya. Tak bisa dipungkiri Fania jauh lebih unggul darinya dalam hal berbisnis, begitu pun dalam hal menyakinkan seseorang. Tidak! Apapun yang terjadi, kakakku tidak boleh berhasil mengoperasikan hotel A. Kalau tidak, perusahaan RnB akan tahu kakakku lah yang membawa perusahaan Galaxy bangkit dari keterpurukan. Ya! Demi mendapatkan keuntungan, maka keluarga Mauren mengatakan kalau Fania hanyalah CEO. Sedangkan yang berdiri dibalik layar adalah Nadia sang adik. Tanpa melacaknya, perusahaan RnB percaya begitu saja, ketika para pemegang saham membenarkan hal itu. Semua dilakukan para pemegang saham, agar perusahaan RnB tidak menarik diri dalam kerjasama. Termasuk Maruli. Karena saat itu perusahaan baru saja keluar dari ambang kehancuran. Bekerjasama dengan perusahaan RnB, merupakan keuntungan mutlak bagi perusahaan Galaxy. Banyak pengusaha memilih berinvestasi ke perusahaan Galaxy, karena percaya dengan p
"Masalah ini, sepertinya sepele buat adikmu, apalagi perusahaan ITr tak menarik diri dalam kerjasamanya. Dulu saja disaat perusahaan Galaxy berada diambang kehancuran dan tak ada satupun yang mau berinvestasi, bukankah Adikmu berhasil membawanya kembali bangkit?" ujar Bernard Liu santai. Fania mengerutkan keningnya, bingung ke mana arah pembicaraan sang raja bisnis. "Maksudnya?" "Walaupun dua tahun lalu, kaulah yang menjabat posisi CEO perusahaan Galaxy. Namun, pada kenyataannya semua dikerjakan adikmu Nadia Mauren. Demi kemajuan perusahaan Galaxy, dia akhirnya harus mengambil alih perusahaan sampai sekarang. Jadi aku mau tanya untuk terakhir kalinya, apa kau yakin bisa mengoperasikan Hotel A?" tanya Bernard Liu untuk memastikannya. Fania tercengang, kalimat sang raja bisnis seperti tamparan keras untuknya. Tamparan yang membuatnya sadar, sejak awal keluarga Mauren hanya memperalatnya. Aku yang bekerja keras, kenapa Nadia yang diakui? Se-tragis inikah hidup ku? "Kenapa di
*** Tak ada yang bisa dilakukan Fania, ketika keluarga Mauren memintanya menghadiri konferensi pers di gedung B kota Jakarta tepat pukul 19.00 WITA. Fania melirik jam tangannya, dia masih punya waktu hampir dua jam untuk menghadiri konferensi pers itu. Semua diatur oleh keluarga Mauren, dari gedung sampai makanan untuk para wartawan yang hadir. Fania tinggal terima bersih saja. "Apa kau sudah menemukan perusahaan yang mau berinvestasi di Hotel A?" tanya Ridel penasaran. "Untuk sekarang, aku menemukan tiga pengusaha yang bersedia melakukan investasi. Bukan itu saja, mereka bahkan mau menandatangani kontrak kerjasama denganku hari ini tepat didepan para wartawan," ujar Fania tersenyum. "Kontrak kerjasama di depan wartawan?" tanya Ridel tidak paham. "Iya, sebelumnya kontrak kerjasama akan ditandatangani sehari setelah pengoperasian Hotel A. Namun, kakek bersikeras agar penandatanganan kontrak kerjasama itu dilaksanakan didepan media, agar bisa menarik pengusaha lainnya. Sepertinya
Keputusan tiga pengusaha itu, sontak saja membuat suasana langsung ricuh seketika.Para wartawan yang selalu haus akan berita, seperti mendapatkan rejeki nomplok. Mereka langsung menghubungi bosnya masing-masing dan meminta melakukan siaran langsung. "Bukankah baru sehari yang lalu, Anda tertarik dengan proposal yang ku ajukan? Bukan itu saja, kalian bahkan menambah nominal dana yang ku ajukan," ujar Fania bingung. "Sepertinya sehari yang lalu, aku hanya mengatakan akan memikirkan kontrak kerjasama yang kau tawarkan. Kenapa jadinya kami diundang untuk menandatangani kontrak? Walaupun Anda bekerjasama dengan perusahaan ITr, tapi kami lebih takut dengan keluarga Liu," tegas pria yang menjabat CEO di perusahaan Darma Bakti. "Apa-apaan ini, Fania? Kenapa kami harus menandatangani kontrak kerjasama yang tidak kami putuskan?" sambung pengusaha satunya. "Anda jangan main-main, Fania! Sejak kapan aku menerima kontrak kerjasama ini? Apa kau pikir perusahaan kami mau mengambil resiko