Saat ini, Ryan sedang naik pitam karena konferensi pers tadi pagi. Dia sangat kesal dengan campur tangan Danzel.Ketika sedang duduk di vilanya sambil memikirkan cara menghadapi masalah ini, ponselnya berdering karena pesan dari Avril.Ryan mengerutkan dahinya seraya membuka pesan tersebut dengan ragu. Begitu melihat foto mesra itu, dia langsung menggertakkan giginya.Ryan menggertakkan gigi sambil melirik gelas di mejanya. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil, lalu sontak menghancurkannya menjadi berkeping-keping.Mata Ryan tampak sangat merah. Setelah berusaha keras mengendalikan emosinya, dia menelepon Avril. "Sebaiknya kamu menjelaskannya kepadaku sekarang juga.""Aku mencari Meghan karena ada urusan. Begitu turun dari mobil, aku langsung melihat adegan ini," sahut Avril yang duduk di mobil sambil menyilangkan kakinya dan tersenyum mengejek. Berhubung dirinya kesal, dia pun ingin Ryan merasakan hal yang sama."Kak Ryan, sebenarnya hal ini nggak begitu sulit untuk diterima, 'kan?
"Kamu ...."Jangankan Meghan, bahkan Danzel juga tercengang. Dia mengedipkan mata dan bahkan tidak berani menggerakkan jari sedikit pun. Justru karena suka dan peduli, dia tidak berani memperlakukan Meghan dengan sembrono.Ryan yang mendengar suara di ujung telepon sana, hatinya merasa gelisah, sehingga dia mengubah panggilan teleponnya menjadi mode video. Namun, Saat melihat gambar yang muncul membuat Ryan hampir sesak napas."Kalian!"Setelah mendengar perkataan itu, Danzel baru menyadari ada orang yang tidak diinginkan di seberang telepon. Tanpa bertanya kepada Meghan, dia langsung memutuskan panggilan telepon dan kebisingan segera menghilang. Saat ini, keduanya merasa lega. Namun setelah beberapa saat, Meghan baru menyadari apa yang terjadi dan segera melepaskan diri dari pelukan Danzel. Pipi Meghan memerah."Danzel! Tutup matamu!"Danzel tidak berani melawan dan segera menutup mata, tetapi dia tidak bisa menahan dirinya dan tersenyum.Bukannya Meghan tidak melihat tindakan Danzel,
Tiba-tiba terdengar ponsel berdering di dalam mobil polisi yang hening, membuat petugas polisi dan Leona terkejut. "Aku boleh menerima teleponnya?"Saat ini, wajah Leona pucat pasi karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini. Melihat situasinya, petugas polisi itu tersenyum. Orang yang biasanya sombong, sekarang menjadi begitu menyedihkan saat menghadapi situasi seperti ini. Namun, ini juga bukan tindakan kriminal yang serius, Leona masih memiliki hak untuk menjawab telepon.Setelah melihat petugas polisi menganggukkan kepala, Leona segera merasa lega. Hanya saja nomor telepon yang muncul di layar adalah nomor asing, membuatnya merasa curiga."Nona Leona?"Setelah menerima telepon itu, terdengar suara seorang pria di seberang sana dan Leona yakin dia tidak mengenal suara itu."Ya."Saat mengatakan itu, Leona tanpa sadar bersandar ke jendela dan tangannya menutupi telepon itu."Kalau aku tidak salah menebak, sekarang Nona Leona seharusnya ada di dalam mobil polisi. Situasinya sud
Meghan mendesah melihat Ryan yang keras kepala. Meghan sudah berulang kali melontarkan ucapan ini selama bertahun-tahun. Jika benar-benar berguna, kondisinya juga tidak akan menjadi seperti sekarang ini.Sesuai dugaan, Ryan hanya tertegun sejenak setelah mendengar kata-kata Meghan. Kemudian, dia berujar dengan acuh tak acuh, "Meghan, kalau mengendalikan keinginan kita untuk berhenti mencintai seseorang begitu mudah, nggak ada lagi orang-orang yang dikecewakan oleh cinta."Meghan tidak tahu caranya menanggapi perkataan Ryan. Memang benar, masalah percintaan tidak bisa diubah sesuai kehendak diri sendiri. Saat ingin melupakannya, ingatanmu akan makin mendalam. Saat ingin menjauh, perasaan cinta itu tiba-tiba muncul.Kala ini, suasana di ruangan kantor menjadi hening. Tak lama kemudian, Ryan berbalik dan pergi. Sebelum meninggalkan ruangan, Ryan menoleh lagi, tetapi Meghan tidak mampu bertatapan dengan Ryan.Ketika masalah ini belum sepenuhnya selesai, muncul masalah lagi di Grup Oswald.
"Apa maksudmu?" tanya Leona. Dia tidak menyangka sikap Meghan begitu sombong saat menghadiri rapat dewan direksi. Leona mulai merasa gelisah.Meghan sudah menduga Leona akan bereaksi seperti ini. Dia tertawa dan berujar, "Maksudku, setidaknya kamu harus mengabariku dulu sebelum menghadiri rapat dewan direksi. Kalau tidak, bisa saja kamu diusir karena dianggap sebagai pengacau."Leona berucap, "Kamu ...."Meghan tidak memberi Leona kesempatan untuk berdebat. Dia melambaikan tangan kepada Wesley untuk memulai rapat. Para dewan direksi yang melihat situasi ini merasa agak kaget.Meghan berbicara, "Seperti yang kalian semua ketahui, saat ini ada beberapa pabrik Grup Oswald yang belum beroperasi. Nanti, pabrik-pabrik ini sudah boleh dioperasikan."Alasan Meghan menyetujui Avril sebelumnya adalah untuk memulai proyek dan mengurangi biaya. Namun, begitu Meghan selesai bicara, Leona langsung menentang, "Aku nggak setuju."Meghan yakin Leona sama sekali tidak memedulikan proyek ini. Leona hanya
Mungkin karena merasa enggan atau lainnya, Leona menegakkan badannya sambil berkata dengan lirih, "Meghan, kamu sendiri yang mencari masalah. Tenang saja, aku akan membuat Efendy kembali menjabat sebagai Presdir Grup Oswald."Selesai mengatakan itu, Leona langsung berbalik dan pergi. Kecepatannya terlihat seperti orang yang sedang melarikan diri."Bos, kamu baik-baik saja? Gimana kalau aku menyelidiki identitas orang itu?" Wesley yang berdiri di samping akhirnya bisa berbicara. Ekspresinya bahkan terlihat lebih masam daripada ekspresi Meghan.Mendengar ini, Meghan melirik Wesley sekilas, lalu tersenyum dan menimpali, "Tidak perlu, dia tidak akan bisa bertahan terlalu lama di situasi seperti ini. Aku yakin, kita sudah bisa menemukan petunjuk hanya dalam beberapa hari."Selesai berbicara, keduanya sama-sama menuju ke ruang kantor. Setelah membuka pintu, mereka pun melihat Danzel yang telah menunggu di dalam. Kedatangannya ini cukup mengejutkan."Kenapa kamu di sini?" tanya Meghan."Tidak
"Siapa kamu?" tanya Meghan. Suasana tiba-tiba menjadi tegang sehingga tangannya mengencang saat memegang ponsel. Dia benar-benar membenci ketidaktahuan atau emosinya dikendalikan oleh orang lain."Sudah kubilang ada yang ingin kusampaikan padamu. Besok jam 9 pagi, aku akan menunggu di kafe seberang stasiun," sahut orang itu."Kalau kamu tidak memberitahuku identitasmu, aku tidak akan ...." Sebelum Meghan selesai bicara, orang itu sudah mengakhiri panggilannya. Saking geramnya, Meghan sampai menggertakkan giginya."Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Danzel dengan khawatir saat melihat perubahan ekspresi Meghan. Dia bahkan mencondongkan tubuhnya ke depan.Setelah melirik Danzel, Meghan menghela napas dan menjawab dengan lirih, "Orang tadi bilang dia adalah anggota keluarga ibuku, katanya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.""Tapi, kamu yakin dia hanya menipumu?" tanya Danzel sembari menuangkan teh untuk Meghan lagi. Dia tidak ingin melihat Meghan merasa begitu tertekan."Ya, karena i
Meghan benar-benar tidak tahu cara menghadapi pria unik seperti Danzel ini. Jika berbicara serius, Meghan tidak tahu harus mengatakan apa. Begitu menggodanya, Meghan malah kewalahan.Pada akhirnya, Meghan hanya bisa mengalah dan menghela napas. Melihat ini, Danzel pun meliriknya sesaat, lalu berbalik dan pergi.Keesokan paginya, Meghan telah mengatur jam untuk berangkat. Sementara itu, Danzel sudah tidak berada di vila. Biasanya, Danzel baru selesai makan sarapan di jam seperti ini.Jelas, pria ini tidak ingin membiarkan Meghan pergi, tetapi tidak memiliki cara lain. Meghan tak kuasa tersenyum sambil menggeleng saat teringat Danzel yang tampak merajuk saat makan kemarin malam. Bagaimanapun, karakter asli orang baru bisa terlihat setelah berhubungan lama.Meghan menunduk melihat ponselnya, lalu langsung keluar tanpa rasa ragu sedikit pun. Kemudian, dia merasakan ada 2 orang yang membuntutinya saat berjalan keluar. Meghan tentu tahu bahwa itu adalah pengawalnya Danzel.Meghan mengemudika