Share

Cari Ibu Sendiri

Author: Apri April
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Darma Eiger Sanjaya tidak terlahir tanpa Ibu. Ia seperti selayaknya anak manusia lainnya yang terlahir dari rahim seorang perempuan. Jelas saja karena Eiger juga manusia.

Namun yang sedikit membedakannya dengan anak normal. Ia tak lagi memiliki Ibu di dekatnya. Memang di dunia ini dia tak sendiri yang tidak memiliki Ibu. Namun tetap saja, Eiger menganggap dirinya anak tak normal.

Sejak lahir bahkan hingga ia bisa mengucapkan kata Ayah. Ia tak pernah memanggil pasangan Ayahnya dengan sebutan Ibu. Ayahnya sejak itu tak memiliki pasangan. Sehingga harusnya Eiger bisa memanggil Ayah sekaligus Ibu, namun ia hanya memanggil Ayah karena hanya ada Ayahnya tak ada Ibunya.

Dan sejak itu, sejak Eiger mulai memahami bahwa ada Ayah harusnya ada Ibu. Dia mulai bertanya tentang keberadaan Ibunya yang tidak pernah ia lihat.

Dan dengan sorot mata yang tegar Ayahnya menjelaskan jika Ibunya telah meninggal saat dia dilahirkan. Bingung, Eiger saat itu tak begitu paham. Namun waktu semakin mengasah pengetahuannya dan menambah usianya. Dari situ Eiger paham ia tak akan bisa bertemu dengan Ibunya selamanya.

Sedih ketika melihat teman-teman sekolahnya sewaktu TK diantar dan dijemput oleh Ayah dan Ibunya. Bahkan saat itu Eiger terus mengeluh dengan Bik Nuri dan mengadu dengan Ayah, Mbak Yola, Kakek, Nenek, Tante dan Omnya.

Semua orang terdekatnya memberikan pemahaman dan kemudian perlahan Eiger mulai mengerti dan tak mengeluh lagi.

Ia sering melihat wajah Ibunya yang cantik di album foto usang yang ditunjukkan Ayah dan Bik Nuri. Ia juga kerap mendengar sikap Ibu dari Tantenya. Dari semua itu imajinasi Eiger terasah menggambarkan bagaimana Ibunya yang tak pernah ia lihat. Cantik, ramah, baik dan memiliki senyum menawan dengan lesung pipi seperti dirinya.

Imaji itu membuat Eiger kecil senang. Bahkan hingga sekarang ia dua kali setahun mengunjungi makan Ibunya bersama Ayah. Dan semakin usianya bertambah semakin Eiger merasa bahwa ia sebenarnya masih membutuhkan sosok Ibu.

"Tuan Alex?" Seketika suasana yang sempat membisu mulai pecah kala Mbak Yola berkata.

Sontak Bik Nuri dan Eiger ikut melihat seorang laki-laki dewasa yang kini menatap kearah mereka.

Tampilannya tak serapih tadi pagi. Dasi dan jasnya sudah terlepas entah kemana. Raut wajahnya bahkan sudah kusut tak enak dilihat.

"Kirain Eiger sudah tidur."

Perkataan itu menyadarkan Eiger untuk segera beranjak. Ekspresinya menahan kesal. "Ini mau tidur," katanya kemudian, lalu segera pergi mengabaikan tv nya yang masih menyala.

Alex mengernyitkan dahinya. Ia menatap kepergian anak semata wayangnya itu dengan bingung. Karena tak paham, ia pun menoleh pada Bik Nuri.

"Eiger kenapa Bik?"

"Katanya Den Eiger nggak kesal, tapi Bibik kira Den Eiger kesal sama Tuan."

"Saya? Emang saya kenapa?" tanya laki-laki dewasa usia tiga puluh satu tahun itu. Wajahnya tak menua, ia masih muda.

Usianya pun masih sangat muda dengan rekam jejak memiliki anak usia sepuluh tahun di usia tiga puluh satu tahun. Sepuluh atau sembilan tahun, Alex bahkan lupa. Ia hanya mengingat Eiger sudah kelas lima SD.

"Hari ini Den Eiger ulang tahun."

"Lho?" Sang pemilik rumah tampak kaget dan bingung. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Emang iya Bik?"

"Tuan Alex lupa?" tanya Yola menimpali. "Lagi ..." lanjutnya.

Alex tak menjawab, lantas ia berpamitan untuk naik ke atas menemui anaknya. Ia beneran lupa. Mungkin sedari pagi hingga malam ia sibuk bekerja. Atau memang Alex tak pernah mengingat hari ulang tahun.

Sejujurnya ia juga tak begitu gembira dengan hari kelahiran. Menurutnya biasa saja dan aktivitas berjalan seperti biasa. Dulu mungkin ia mendapatkan kejutan dari Sang Istri yang menganggap hari kelahiran itu spesial. Namun setelah peristiwa itu ia tak lagi mendapatkan ucapan selamat ulang tahun. Sebab Alex sendiri tak melebeli hari kelahiran dengan tanda spesial.

Tok ... Tok ... Tok ...

Suara derapan langkah kaki yang menggema berganti dengan suara ketukan pintu. Terdapat pahatan indah nama Darma Eiger Sanjaya. Pintunya bercorak coklat kayu. Namun di dalam serba abu-abu.

"Ayah buka pintunya ya?"

Tak ada jawaban. Lantas Alex menekan knop pintu dan membukanya perlahan. Di atas ranjang serba abu-abu itu Eiger terbaring memainkan action figurnya. Ia berjalan menghampiri, melewati lemari kaca dengan isian mainan anaknya.

Anak semata wayangnya itu memang sangat menyukai super Hero. Dia sudah mengoleksi banyak sekali super Hero di lemari maupun di rak. Selain itu anaknya juga terkadang membaca komik. Alih-alih membaca buku pelajaran, Eiger lebih memilih membaca komik. Jadi ada beberapa buku komik yang tergeletak di rak bukunya. Tidak begitu banyak, karena sesungguhnya Eiger tetap akan memilih menonton film atau bermain dibanding membaca.

"Maaf Ayah lupa, hari ini ulang tahun?"

Tak ada jawaban. Eiger tidak melihat ayahnya. Dia memilih tetap memainkan action figure nya mengabaikan sang ayah yang mulai duduk di pinggiran ranjang.

"Selamat ulang tahun ya, nak. Maaf Ayah belum bisa jadi ayah yang baik, weekend nanti kita ziarah ke tempat Ibu, mau kan?"

Laki-laki itu berkata lembut. Sejak memiliki Eiger, Alex yang dingin mulai berubah dengan sikap barunya. Ia kini lebih ramah. Saat di kantor pun Alex menjadi bos yang pengertian. Ia telah belajar dari istrinya yang begitu ramah dengan orang lain, bersikap lembut dan pengertian. Ia tak menampik bahwa Eiger sangat mirip dengannya ketika muda.

Cuek dan suka mengabaikan, sikap itu akan luluh dengan kelembutan. Bahkan Alex masih mengingat betul perlakuan lembut Istrinya saat dulu.

"Iya boleh ke tempat Ibu. Nanti aku izin cari Ibu lain, tapi nanti aku panggilnya Bunda kalau enggak Mamah, karena panggilan Ibu udah punya Ibu."

Alex mengernyitkan dahinya tak paham dengan ucapan anaknya. Kata Bik Nuri tadi Eiger sedang ngambek karena ia lupa dengan ulang tahunnya.

Namun ucapan Eiger tampak lain dari apa yang dimaksudkan Bik Nuri.

"Eiger bilang apa?"

"Mau cari Ibu."

Alex lantas berdehem. Ia sudah paham dengan maksud dari ucapan-ucapan anaknya itu. Sudah lama Eiger tak mengadu soal Ibu. Namun kali ini karena apa?

"Kenapa? Ada masalah di sekolah?" tanya laki-laki itu.

"Nggak ada apa-apa, tapi tadi aku ke rumah teman," jawab anak laki-laki itu berganti posisi menjadi duduk.

Eiger tidak begitu tertutup dengan keluarga terdekatnya. Ia mengamati ayahnya dari posisinya. Tampan, Mbak Yola sering bilang seperti itu. Kata Mbak Yola, dia dan ayahnya sama-sama tampan.

"Lalu ada masalah?" pertanyaan Ayah mengembalikan Eiger dari topik pembicaraan.

Anak itu lantas menggeleng. "Aku ketemu Bundanya Ardha." Eiger mulai bercerita. Ardha adalah temannya yang kebetulan rumahnya tak begitu jauh. "Tadi kan kerja kelompok."

"Terus?" tanya Alex.

"Di rumahnya Ardha nggak ada pembatu kayak Bik Nuri sama Mbak Yola, adanya Bundanya Ardha. Terus aku tanya sama Ardha, emang selain bisa makan masakan Bunda, apa lagi spesialnya ada Bunda. Kata Ardha Bunda bisa dipeluk, bisa bacain cerita sebelum tidur. Kata Ardha juga kalau ada Bunda dia bisa punya adik. Bundanya Ardha masih hamil yah, perutnya gede, katanya di dalam ada adiknya Ardha. Aku juga pingin punya adik makanya mau cari Ibu sendiri."

Dari rentetan perkataan Eiger, yang membuat Alex merasa pusing adalah kata terakhirnya. Adik? Memang benar jika ada Ibu kemungkinan Eiger mempunyai adik. Tapi Alex tak menyangka pemikiran anaknya itu makin logis dan lebih pintar. Ya wajar sebenarnya, karena Eiger sudah berusia sembilan tahun, atau sepuluh tahun.

"Emang mau cari Ibu dimana?"

"Nggak tau."

Alex lantas menghela nafas. Ia mengusap puncak kepala anaknya. "Weekend kita ziarah ke tempat Ibu. Nanti kamu bisa bilang sama Ibu."

"Tapi nggak papa kan kalau aku cari Bunda? Nanti aku panggilnya Bunda aja biar kayak Ardha."

Lagi, laki-laki dewasa itu menghela nafas. Ia sebenarnya tak begitu mementingkan pasangan meski kedua orang tuanya juga pernah mendesak.

Ia pikir ini sudah lama. Dia juga berpikir usianya makin tua, akankah ada seseorang yang mau menjadi pasangannya?

Namun melihat sorot mata jernih Eiger membuat Alex sedikit luluh. "Iya boleh," katanya kemudian tak melarang kemauan anaknya.

Related chapters

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Buka Hati Demi Eiger

    Seperti yang sudah disepakati, weekend Minggu ini Eiger dan Alex akan melakukan ziarah. Namun belum juga mereka berangkat, pagi-pagi seorang perempuan berusia dua puluh empat tahun sudah membuat kerusuhan.Kulitnya putih pucat, matanya sedikit sipit dengan hiasan kacamata ber frame bulat. Meski cantik ia tak begitu mirip dengan Alex Sanjaya.Ya, perempuan itu adalah Tante Eiger dan tak lain juga merupakan adik kandung seorang Alex Sanjaya.Alika Cantika Sanjaya adalah nama lengkapnya. Tante Alika begitu Eiger menyebutnya tengah menyetorkan hadiah action figure yang telah dijanjikan. Ia tak tau bahwa hari saat ia datang sudah direncanakan kakak dan keponakannya untuk berziarah."Kalau begitu Tante ikut ya? Sudah lama juga Tante nggak mengunjungi sahabat sendiri."Fakta yang sudah lama Eiger tau. Bahwa Tantenya dan almarhum ibunya berteman akrab. Tante Alika selalu menyebut almarhum Ibu Eiger dengan sebutan kak. Usia ibunya memang sama dengan usia ayahnya.Dan sebab mengapa bisa almarhu

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Caranya Nyari Bunda

    Berita mengenai Alex yang akan membuka hati telah sampai ditelinga keluarga besar. Alika adalah pelakunya. Ia menyampaikannya kepada Mamah dan Papah serta adiknya. Namun berita tersebut bukanlah berita buruk. Sang Nyonya menelpon segera anak sulungnya yang tengah bekerja dan mendukung apapun yang anaknya itu lakukan. Ia juga menanyakan perihal cucu kesayangannya yang tak lain adalah Eiger.Tentu saja Alex mengatakan yang sejujurnya. bahwa Eiger lah yang menginginkannya. Anaknya itu yang meminta izin untuk mencari Ibu baru."Mestinya kamu yang nyari, Lex. Tapi apapun itu karena sekarang kamu nggak sendirian jadi harus atas dasar kecocokan kamu dan Eiger. Namun saran Mamah yang bisa sayang Eiger dan Eiger juga nggak canggung sama calon ibunya.""Eiger yang nyari, Mah." Alex mengingatkan, bahwa bukan dirinya lah yang benar-benar menginginkan itu.Cuaca hari ini panas cerah terlihat di jendela kaca kantornya. Beruntung jadwal hari ini tak begitu padat. Alex masih bisa menerima telepon dar

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Mengawali Dengan Indriyana

    Tok ... Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu memecahkan kesunyian yang mendera. Seorang laki-laki yang tengah membaca isi dokumen di dalam map lantas menoleh kala pintu mulai terbuka.Sekretarisnya yang bernama Ressa Indra Wiyono masuk dengan membawa tabletnya. "Maaf Pak mengganggu waktunya, saya mau melaporkan soal kesepakatan pertemuan dengan Bu Indriyana.""Jadi gimana?" Alex bertanya. Ia menutup dokumen yang telah dia baca dan revisi. Kemudian melepas kacamata bacanya dan meletakkannya di samping komputer."Saya sudah menghubungi sekretarisnya Bu Indriyana, Pak. Untuk pertemuan yang bapak minta bisa dilakukan pada pukul empat sore satu jam sebelum jam pulang. Pada saat itu Bu Indriyana sudah tidak ada jadwal.""Oke, kamu bisa kabari kalau saya setuju bertemu pada pukul empat sore, Res.""Iya siap Pak, saya segera kabari pihak Bu Indriyana."Lantas laki-laki muda itu segera undur diri kembali ke tempat kerjanya. Namun sebelum Ressa benar-benar keluar, Alex memanggilnya."Kali ini ka

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Bantu Cari Bunda

    "Mbak Yola?" Suara Eiger memanggil. Anak usia sepuluh tahun itu tampak lebih tampan setelah mandi. Rambutnya masih basah. Menggunakan kaos hijau army dengan celana chinos selutut. Dia menghampiri Mbak Yola yang sedang membuat sesuatu di dapur.Sore memang sudah menjelang. Bahkan sebentar lagi akan petang. Setelah pulang dari tempat Ardha, Eiger langsung mandi. Wajahnya yang terlihat lelah sempat membuat Bik Nuri dan Mbak Yola heran. Namun mereka tak bisa menanyakan secara langsung, karena Eiger segera memasuki kamar dan mandi."Eh Den Eiger, udah ganteng aja," ucap Mbak Yola tersenyum lebar. Gadis itu seperti biasa menggunakan kaos oversize dan celana pendek selutut. Rambut lurus hitam legamnya terkuncir satu di belakang."Lagi buat apa?" Eiger lantas bertanya dan mengabaikan ucapan Yola tadi."Jus wortel, biar matanya makin jernih dong. Den Eiger mau?"Anak itu langsung menggeleng, ia kemudian membuka penutup kulkas di sudut dapur, mencari cemilan untuk di makan."Aduh Den, jangan ng

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Dua Laki-Laki Hebat

    Seperti halnya roda, waktu memang selalu berputar. Siang berjalan sore. Sore berjalan malam. Malam berjalan siang. Begitu seterusnya dengan setumpuk aktivitas yang dimiliki masing-masing orang. Namun ada bumbu yang memberikan rasa kenikmatan mejalani aktivitas yang dapat mempengaruhi mood. Senang, sedih atau segala macam campuran emosi yang tersaji kian menambah cerita hari yang di jalani.Kini siang hari, jam di dinding menunjuk pukul dua siang lewat beberapa puluh menit. Namun tidak seperti hari sebelumnya yang mana langit cerah. Hari ini langit gelap terselimut awan hitam dengan tetesan air yang kian deras.Alex berdiri menatap keluar jendela kaca yang tertempel bercak air hujan. Kedua tangannya ia masukkan ke saku celana. Sudah satu minggu berlalu ketika ia menandatangi kontrak dengan agensi entertainment milik teman semasa SMA nya, Indriyana Pratiwi. Gadis cantik dan pintar yang dulunya sering menjadi juara kelas.Indri begitu panggilan akrabnya tetap menyenangkan dengan obrolan

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Cari di Internet

    "Lex, makan siang bareng ya?" Suara itu mengalun menuju gendang telinga yang menempel dengan ponsel merk terkenal.Lantas laki-laki itu mengecek jam di layar laptopnya. Memang sebentar lagi jam makan siang."Boleh, share lokasinya aja," jawab Alex ramah."Bisa nggak jemput di kantor?" terdengar suara si penelpon yang tak enak. Indriyana Pratiwi nama kontak yang tertera di layar ponsel yang tak lain adalah si penelpon."Bukannya nggak bisa Ndri, saya malah takut kelamaan di jalan, kamu naik ojek nanti pulangnya saya antar, gimana?" Negoisasi Alex terdengar ramah. Indri si penelpon langsung menyetujui tanpa perasaan sakit hati yang menyelimuti akibat tertolak.Lantas keduanya menyudahi sambungan telepon. Dan Alex pun kembali menyelesaikan pekerjaan sembari menunggu jam dekat istirahat. Dia akan menuju ke lokasi yang telah dikirimkan Indriyana.***"Darma," suara itu mengalun terdengar samar.Sedangkan tanpa ia sadari suasana di dalam kelasnya berisik akibat seorang guru yang mendatangi

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Masih Belum Waktunya

    Kaget, begitu perasaan yang dirasakan Alex kala membaca pesan dari wali kelas anaknya. Laki-laki itu baru saja kembali dari mengantarkan Indriyana. Ia pikir istirahat sebentar sembari mengecek ponsel sebelum kembali melakukan pekerjaan. Namun siapa sangka Bu Atun, yang Alex kenal sebagai wali kelas anaknya itu melaporkan apa yang telah dilakukan Eiger di sekolah.Lantas jemari Alex lincah membalas dengan permohonan maaf dan juga menyanggupi pertemuan esok hari di sekolah.Kemudian laki-laki itu meletakkan kembali ponselnya setelah tak ada lagi urusan yang mendesak. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi kerja yang ia duduki.Sebenarnya Alex merasakan lelah. Mungkin banyak orang tua tunggal di luar sana yang lebih lelah dari dirinya. Namun Alex juga merasakan kelelahannya sendiri. Menjadi tulang punggung serta bertanggung jawab atas didikan anak sematang wayangnya. Menjadi ayah dan ibu sekaligus ternyata tak mudah.Bahkan dirinya masih merasa belum menjadi ibu untuk anaknya. Belum lagi i

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Bilang Bu Dewi Itu Cantik

    Ketika ada Andika, suasana rumah seakan seperti pasar yang ramai. Di ruang keluarga laki-laki itu membuat kehebohan dengan memberikan beberapa hadiah action figure kepada Eiger, seperti janji yang telah ia katakan.Bik Nuri dan Mbak Yola ikut nimbrung tak seperti asisten rumah tangga kebanyakan.Mereka juga terlibat obrolan yang seru dan random yang digawangi oleh Andika. Yola yang memang cerewet menyahut saja pertanyaan tak jelas yang dilayangkan si bungsu keluarga Sanjaya itu.Sedangkan si pemilik rumah, yaitu Alex baru saja menyelesaikan acara mandinya. Kali ini ia pulang tepat waktu setelah di seret Andika untuk pulang dengan segera. Ia lantas melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga masih dengan rambut yang basah.Alex jauh tampak muda dengan menggunakan kaos polos berwarna putih dengan celana chinos pendek selutut. Yola selalu jujur bahwa Alex dan Eiger itu tampan, keren dan hebat. Karena memang seperti itu adanya."Mandi dulu Dik, bau mu kemana-mana," ujar Alex yang mengambil

Latest chapter

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Maunya Bu Dewi

    Kali pertama ketika Eiger merengek atas waktu ayahnya yang selalu sedikit di rumah yaitu ketika anak itu masih duduk di sekolah taman kanak-kanak. Bahkan ketika itu Eiger mengancam tak mau sekolah karena terus-terusan ingin berangkat dan di jemput ayahnya. Saat itu pula Eiger mendapat wejangan panjang atas situasi keluarga yang berbeda. Alex menjelaskan bahwa tak bisa sering mengantarkan maupun menjemput anaknya akibat pekerjaan. Meski Eiger kian memahaminya, namun yang paling terlihat hingga kini yaitu kekesalan kala Alex pulang terlambat. Eiger memang tak pernah mengatakannya, namun ia melihat kekesalan pada anak itu. "Ada apa?" sudah berapa kali pertanyaan itu Alex layangkan, namun tak ada yang menjawab. Bahkan Yola yang biasanya tampak berani dan sangat cerewet kini hanya diam saja. Andika berbeda lagi. Adik bungsunya itu hanya sibuk dengan layar ponselnya tanpa ingin mencampuri permasalahan yang terjadi. Padahal itu akibat ulahnya. Dimana Eiger menjadi tak terima dengan perk

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Ada Apa?

    "Menurut kamu, Bu Dewi itu gimana?" Eiger kini bersama dengan kedua temannya, yaitu Ardha dan Tian sedang duduk di pinggir lapangan sehabis bermain lari-larian. Tiga anak usia sepuluh tahun itu juga sembari memakan jajanan somay yang tadi mereka beli di kantin. Baru kali ini menu kantin ada somay. Dan Eiger pikir ia menyukai somay. "Bu Dewi, guru BK ya?" tanya Tian. "Iya." "Lah kan kamu pernah diomelin, kan? Yang waktu tidur di kelas." "Bukan diomelin tapi dinasehatin," ujar Eiger tak terima dengan kosa kata yang diucapkan Tian. "Ya sama aja," balas Tian tak acuh. Mereka berdua ketimbang akur malah lebih seperti Tom and Jerry. Kadang akur, kadang juga tidak akur. "Emang kenapa?" balas Ardha menanggapi. Seperti biasa anak itu yang menjadi penengah untuk kedua temannya. "Ya tanya aja, Bu Dewi itu baik, kan?" Eiger kembali bertanya. "Ya baik lah." "Cantik juga." Tian menambahkan dengan cengiran khasnya. Anak itu lantas meminta air mineral di botol milik Eiger. Kebetulan dia s

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Suka Nggak?

    "Silahkan duduk Pak Alex," ucap wanita usia Bik Nuri mempersilahkan dengan ramah.Alex kini sudah berpakaian lengkap khas orang kantoran, memakai jas dan juga dasi, menambah kadar kewibawaannya. Memang selepas dari sekolah Eiger, rencananya dia akan langsung menuju kantornya.Laki-laki itu lantas mengambil duduk di kursi berhadapan dengan Bu Atun dengan senyum formal yang terukir di bibirnya. Ketika memasuki pekarangan sekolah, sepi melingkupi karena memang siswa-siswi sudah masuk ke dalam kelas masing-masing.Namun setelah mendapat arahan dari satpam, dirinya bisa menemukan ruangan Bu Atun yang terletak di deretan lorong ruangan khusus untuk guru-guru."Bagaimana kabarnya Pak Alex? Apa anda semakin sibuk?"Lantas Alex kembali mengulas senyum formalnya sebelum menjawab. "Saya baik bu. Yaa semua pekerja memang selalu sibuk, saya pikir Ibu juga sangat sibuk, apalagi ditambah dengan pekerjaan yang telah anak saya buat."Bu Atun menggelengkan kepalanya beranggapan tak setuju dengan ucapan

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Bilang Bu Dewi Itu Cantik

    Ketika ada Andika, suasana rumah seakan seperti pasar yang ramai. Di ruang keluarga laki-laki itu membuat kehebohan dengan memberikan beberapa hadiah action figure kepada Eiger, seperti janji yang telah ia katakan.Bik Nuri dan Mbak Yola ikut nimbrung tak seperti asisten rumah tangga kebanyakan.Mereka juga terlibat obrolan yang seru dan random yang digawangi oleh Andika. Yola yang memang cerewet menyahut saja pertanyaan tak jelas yang dilayangkan si bungsu keluarga Sanjaya itu.Sedangkan si pemilik rumah, yaitu Alex baru saja menyelesaikan acara mandinya. Kali ini ia pulang tepat waktu setelah di seret Andika untuk pulang dengan segera. Ia lantas melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga masih dengan rambut yang basah.Alex jauh tampak muda dengan menggunakan kaos polos berwarna putih dengan celana chinos pendek selutut. Yola selalu jujur bahwa Alex dan Eiger itu tampan, keren dan hebat. Karena memang seperti itu adanya."Mandi dulu Dik, bau mu kemana-mana," ujar Alex yang mengambil

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Masih Belum Waktunya

    Kaget, begitu perasaan yang dirasakan Alex kala membaca pesan dari wali kelas anaknya. Laki-laki itu baru saja kembali dari mengantarkan Indriyana. Ia pikir istirahat sebentar sembari mengecek ponsel sebelum kembali melakukan pekerjaan. Namun siapa sangka Bu Atun, yang Alex kenal sebagai wali kelas anaknya itu melaporkan apa yang telah dilakukan Eiger di sekolah.Lantas jemari Alex lincah membalas dengan permohonan maaf dan juga menyanggupi pertemuan esok hari di sekolah.Kemudian laki-laki itu meletakkan kembali ponselnya setelah tak ada lagi urusan yang mendesak. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi kerja yang ia duduki.Sebenarnya Alex merasakan lelah. Mungkin banyak orang tua tunggal di luar sana yang lebih lelah dari dirinya. Namun Alex juga merasakan kelelahannya sendiri. Menjadi tulang punggung serta bertanggung jawab atas didikan anak sematang wayangnya. Menjadi ayah dan ibu sekaligus ternyata tak mudah.Bahkan dirinya masih merasa belum menjadi ibu untuk anaknya. Belum lagi i

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Cari di Internet

    "Lex, makan siang bareng ya?" Suara itu mengalun menuju gendang telinga yang menempel dengan ponsel merk terkenal.Lantas laki-laki itu mengecek jam di layar laptopnya. Memang sebentar lagi jam makan siang."Boleh, share lokasinya aja," jawab Alex ramah."Bisa nggak jemput di kantor?" terdengar suara si penelpon yang tak enak. Indriyana Pratiwi nama kontak yang tertera di layar ponsel yang tak lain adalah si penelpon."Bukannya nggak bisa Ndri, saya malah takut kelamaan di jalan, kamu naik ojek nanti pulangnya saya antar, gimana?" Negoisasi Alex terdengar ramah. Indri si penelpon langsung menyetujui tanpa perasaan sakit hati yang menyelimuti akibat tertolak.Lantas keduanya menyudahi sambungan telepon. Dan Alex pun kembali menyelesaikan pekerjaan sembari menunggu jam dekat istirahat. Dia akan menuju ke lokasi yang telah dikirimkan Indriyana.***"Darma," suara itu mengalun terdengar samar.Sedangkan tanpa ia sadari suasana di dalam kelasnya berisik akibat seorang guru yang mendatangi

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Dua Laki-Laki Hebat

    Seperti halnya roda, waktu memang selalu berputar. Siang berjalan sore. Sore berjalan malam. Malam berjalan siang. Begitu seterusnya dengan setumpuk aktivitas yang dimiliki masing-masing orang. Namun ada bumbu yang memberikan rasa kenikmatan mejalani aktivitas yang dapat mempengaruhi mood. Senang, sedih atau segala macam campuran emosi yang tersaji kian menambah cerita hari yang di jalani.Kini siang hari, jam di dinding menunjuk pukul dua siang lewat beberapa puluh menit. Namun tidak seperti hari sebelumnya yang mana langit cerah. Hari ini langit gelap terselimut awan hitam dengan tetesan air yang kian deras.Alex berdiri menatap keluar jendela kaca yang tertempel bercak air hujan. Kedua tangannya ia masukkan ke saku celana. Sudah satu minggu berlalu ketika ia menandatangi kontrak dengan agensi entertainment milik teman semasa SMA nya, Indriyana Pratiwi. Gadis cantik dan pintar yang dulunya sering menjadi juara kelas.Indri begitu panggilan akrabnya tetap menyenangkan dengan obrolan

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Bantu Cari Bunda

    "Mbak Yola?" Suara Eiger memanggil. Anak usia sepuluh tahun itu tampak lebih tampan setelah mandi. Rambutnya masih basah. Menggunakan kaos hijau army dengan celana chinos selutut. Dia menghampiri Mbak Yola yang sedang membuat sesuatu di dapur.Sore memang sudah menjelang. Bahkan sebentar lagi akan petang. Setelah pulang dari tempat Ardha, Eiger langsung mandi. Wajahnya yang terlihat lelah sempat membuat Bik Nuri dan Mbak Yola heran. Namun mereka tak bisa menanyakan secara langsung, karena Eiger segera memasuki kamar dan mandi."Eh Den Eiger, udah ganteng aja," ucap Mbak Yola tersenyum lebar. Gadis itu seperti biasa menggunakan kaos oversize dan celana pendek selutut. Rambut lurus hitam legamnya terkuncir satu di belakang."Lagi buat apa?" Eiger lantas bertanya dan mengabaikan ucapan Yola tadi."Jus wortel, biar matanya makin jernih dong. Den Eiger mau?"Anak itu langsung menggeleng, ia kemudian membuka penutup kulkas di sudut dapur, mencari cemilan untuk di makan."Aduh Den, jangan ng

  • Ibu untuk Eiger, Istri untuk Ayah   Mengawali Dengan Indriyana

    Tok ... Tok ... Tok ...Suara ketukan pintu memecahkan kesunyian yang mendera. Seorang laki-laki yang tengah membaca isi dokumen di dalam map lantas menoleh kala pintu mulai terbuka.Sekretarisnya yang bernama Ressa Indra Wiyono masuk dengan membawa tabletnya. "Maaf Pak mengganggu waktunya, saya mau melaporkan soal kesepakatan pertemuan dengan Bu Indriyana.""Jadi gimana?" Alex bertanya. Ia menutup dokumen yang telah dia baca dan revisi. Kemudian melepas kacamata bacanya dan meletakkannya di samping komputer."Saya sudah menghubungi sekretarisnya Bu Indriyana, Pak. Untuk pertemuan yang bapak minta bisa dilakukan pada pukul empat sore satu jam sebelum jam pulang. Pada saat itu Bu Indriyana sudah tidak ada jadwal.""Oke, kamu bisa kabari kalau saya setuju bertemu pada pukul empat sore, Res.""Iya siap Pak, saya segera kabari pihak Bu Indriyana."Lantas laki-laki muda itu segera undur diri kembali ke tempat kerjanya. Namun sebelum Ressa benar-benar keluar, Alex memanggilnya."Kali ini ka

DMCA.com Protection Status