Radit pulang dari acara pertunangan keponakannya. Radit masih memikirkan tentang pasangan untuknya. Tidak dipungkiri, dua tahun menduda Radit juga membutuhkan sosok yang dapat melayani dan memperhatikannya. Namun, menjadikan Maya, adik iparnya sebagai pengganti Naya, almarhumah istrinya adalah pilihan terakhir Radit.
Radit memikirkan Riana, sayang sekali menurutnya, Riana mendapatkan suami yang berselingkuh di belakang Riana. Radit ingin memberitahu Riana tapi apa haknya. Bagi Riana, Radit hanya orang asing dan hanya pelanggan di Butik tempat dia bekerja.Radit tidak bisa tidur, keinginannya untuk menikah lagi ada. Hanya saja Radit tidak mau terburu-buru dan salah pilih. Radit memutuskan untuk sholat sunat dua rakaat. Berdo'a Allah mengabulkan keinginan egoisnya untuk bersama Riana. Namun jika Riana bukan wanita baik untuknya maka Radit meminta agar menghilangkan Riana dari pikirannya.Setelah sholat, baru Radit bisa tertidur. Bangun subuh Radit mandi dan bersiap sholat subuh di mesjid. Kebiasaan Radit untuk setiap hari sholat berjamaah.Selesai sholat Radit berbincang dengan ustadz yang menjadi imam sholat subuh tadi."Maaf ustadz, apakah boleh saya bertanya?" ujar Radit saat ustadz beranjak dari duduknya setelah berdo'a."Silahkan pak Radit," jawab ustadz, dia kembali duduk. Ustadz memang mengenal Radit karena sering ikut dalam sholat dan kegiatan mesjid lainnya.Raditpun menjadi donatur tetap di mesjid perumahannya."Sebenarnya ... saya malu menceritakannya, pak Ustadz." Radit menjeda ucapannya."Tidak usah malu, Pak, jika saya bisa bantu, insha Allah, saya bantu," sahut Ustadz menenangkan Radit."Begini pak Ustadz, saya ada menyukai seorang wanita, berniat menikahinya," jelas Radit."Alhamdulillah, dilanjutkan saja pak, insha Allah, niat baik Bapak, bisa terlaksana," balas Ustadz."Hanya saja wanita tersebut telah memiliki suami pak Ustadz," beber Radit."Astaghfirullah," ucap Ustadz memotong pembicaraan Radit."Sebaiknya, pak Radit lupakan niat bapak tersebut," saran Ustadz lagi."Tapi suami wanita itu berselingkuh, Pak." Radit mencoba membela dirinya, agar Ustadz mendukungnya."Bagaimanapun rumah tangga mereka, sebaiknya pak Radit jangan menjadi orang ketiga." Nasehat Ustadz."Jadi apa yang harus saya lakukan pak Ustadz?" tanya Radit memelas."Jika keinginan untuk menikah, pak Radit, sudah sangat menggebu, sebaiknya minta dicarikan calon istri, mungkin bisa melalui keluarga atau teman, saya juga akan coba bantu mencarikan, mungkin kenalan saya memiliki calon yang sesuai kriteria pak Radit ... untuk sementara waktu berpuasalah, Pak dan banyak sholat sunat terutama sholat sunat istiqaroh, agar hajat pak Radit diberkahi Allah." Nasehat ustadz panjang."Terima kasih, Pak. Akan saya coba menjalankannya."Radit pamit kembali ke rumahnya."Nay, ayo bangun, sholat subuh dulu." Radit mengetuk kamar Nayla untuk membangunkannya."Bentar lagi, Pa, masih ngantuk," sahut Nayla dari dalam kamar."Nanti waktu subuh habis, Nak. Ayo bangun." Radit kembali membujuk putri semata wayangnya. Diam, Nayla tidak menjawab, apa anak itu tidur lagi, pikir Radit."Nayla, bangun, atau papa nggak ngantarin kamu ke Sekolah? Jalan kaki aja!" ancam Radit, mengetuk pintu kamar Nayla lebih kencang lagi."Iya ... iya ... Nay bangun nih!" sahut Nayla dari dalam. Dia melangkahkan kaki turun dari ranjang. Duduk sejenak, kemudian menuju kamar mandi.Radit ke dapur menyiapkan sarapan untuk mereka. Orang yang membantu Radit untuk bersih-bersih rumah datang jam 7 pagi. Dia hanya membersihkan rumah, untuk makan Radit beli, kecuali sarapan, memang selalu diusahakan Radit untuk memasaknya.Setiap hari Radit selalu menyempatkan diri untuk mengantar jemput Nayla. Nayla kelas sepuluh.Radit selesai memasak nasi goreng untuk sarapan mereka. Mengaturnya di meja makan yang seperti mini bar. Dia kemudian kembali ke kamar dan bersiap-siap ke kantor. Hari ini rencana Radit akan melihat proses pembangunan perumahan baru yang sebulan lalu telah mulai dikerjakan oleh timnya.Radit kembali ke dapur untuk sarapan. Nayla juga turun dan duduk di meja makan."Nasi goreng lagi? Nayla bosan, Pa, hampir tiap hari nasi goreng," sungut Nayla tidak semangat dengan sarapannya."Papa, cuma bisa buat itu, gantian dong, sesekali kamu yang masak," balas Radit."Nayla, nggak bisa masak, Pa," sewot Nayla, kenapa juga harus dia yang masak."Belajar dong, buka youtube buat belajar," usul Radit sambil memakan nasi gorengnya."Nggak mau, udah Papa, cepatan nikah aja, biar ada yang masak," kesal Nayla."Emang Papa nyari istri, cuma buat masak, kasihan banget yang jadi istri Papa," adu Radit sambil tertawa."Ya, pokoknya gimana gitu, supaya Nayla punya Mama,""Kamu mau tante Maya jadi mamamu?" pancing Radit."Jangan, jangan tante Maya deh Pa, Nayla kurang suka, apa lagi sama anak-anak tante Maya, Nay nggak cocok sama mereka, yang ada nanti kami bertengkar terus," rungut Nayla."Tapi, nenekmu, maunya tante Maya yang jadi istri Papa," beritahu Radit."Cari yang lain aja deh, Pa," tolak Nayla. Walaupun Maya selalu berbuat baik untuk Nayla, namun Nayla merasa itu hanya sandiwara."Emang kamu, nggak pa-pa? Jika Papa nikah lagi?" tanya Radit."Gak pa-pa sih, yang penting baik, jangan cuma mau sama Papa aja, sama Nayla enggak," sindir Nayla."Ya, kamu bantu do'a dong, biar kamu dapat mama baik dan Papa dapat istri baik, sesuai keinginan kita masing-masing," lanjut Radit."Iya, nanti Nay bantu do'a deh. Sebenarnya Nay cocok sih sama tante Riana yang kerja di butik, tapi sayang udah nikah," ucap Nayla lesu."Papa juga merasa cocok sih sama dia." Radit menarik nafas, begitupun Nayla."Ayo berangkat, nanti ke siangan, besok Papa nggak usah masak buat sarapan, kita makan di warung sarapan aja, tapi kamu bangun cepat," tutur Radit."Siap, Bos," balas Nayla. Sambil meletakan tangan di kening, seperti tanda hormat saat upacara.***Radit menuju kantornya. Dia memeriksa beberapa laporan sebelum meninjau proyek pembangunan perumahan baru yang sedang dikerjakannya."Ini pak, laporan yang bapak minta," ucap Randu, asistennya."Saya periksa dulu, untuk persiapan ke lokasi proyek udah Ran?" tanya Radit."Udah, Pak, tinggal berangkat saja kita," jawab Randu."Oke, kamu tunggu sebentar, saya periksa ini dulu." Radit kemudian memeriksanya. Setelah dirasa benar, Radit mengajak Randu untuk ke lokasi proyek.Sesampai di lokasi, Handoko telah menunggu di sana."Akhirnya pak Radit datang juga," ucap Handoko memulai pembicaraan."Sayakan sudah janji, Pak," jawab Radit.Handoko menunjukan site plan perumahan yang dia letakan di meja yang ada di lokasi tersebut. Alat-alat berat telah bekerja mendatarkan tanah sebagai tanah timbun, sebelum di bangun. Satu bulan ini mereka hanya sibuk menimbun dan mengukur lahan yang akan dijadikan perumahan. Handoko sebagai kontraktor yang ditunjuk Radit. Handoko telah membuatkan site plan dan design rumahnya.🍒🍒🍒Liana menyusun pakaian untuk dibawa ke kampung. Ibu memberitahu bahwa ayah sakit. Meminta Liana pulang dan mengabarkan saudara-saudaranya yang lain.Liana menyusun pakaian sambil berlinang air mata, entah kenapa perasaannya tidak enak. Dia takut ini kali terakhir bèrtemu dengan ayah. "Udah, Li, jangan nangis terus, aku yakin ayah nggak pa-pa," ujar Andro, suami Liana menenangkan Liana."Mudah-mudahan, Mas. Baru seminggu yang lalu kita video call dengan ayah dan ayah kelihatan baik-baik saja. Sekarang ibu menyuruh kita pulang karena ayah sakit." Liana masih sibuk merapikan pakaian dan memasukannya ke dalam koper."Mas, bantu siapin anak-anak." Liana minta tolong kepada Andro."Oke, tapi kamu jangan nangis lagi ya." Andro menuju kamar anak-anak dan menyuruh mereka mandi.Liana menyerahkan pakaian yang akan dipakai anak-anak."Kita mau ke mana, Pa?" tanya putri pertama Andro, Cinta."Kita mau ke rumah Opa dan Oma," jawab Andro."Asik, Cinta suka di rumah Opa dan Oma!" teriak Cinta denga
Riana menatap ke luar jendela trans metro. Dia baru kembali dari merantau. Ini kali pertama Riana kembali ke kota kelahirannya, setelah sekian lama merantau. Sebenarnya Riana tidak ingin kembali karena dia tidak ingin bertemu dengan seseorang. Seseorang yang menghancurkan masa depan Riana. Membuatnya minder, tidak percaya diri dan trauma.Kota kelahirannya telah banyak berubah sejak terakhir dia tinggalkan. Tanah-tanah kosong telah di bangun dengan gedung-gedung tinggi dan banyak pusat perbelanjaan. Bus melewati pusat perbelanjaan. Jarak Bandara ke rumah Riana sekitar empat puluh lima menit.Riana terpaksa kembali karena ayahnya sakit dan ingin bertemu dengannya. Sejak merantau setelah tamat SMA, Riana memang tidak pernah kembali selama dua puluh satu tahun. Bisa dikatakan Riana melarikan diri.Bayang-bayang masa lalu, masih menghampirinya jika dia kembali ke kota ini. Apa lagi kembali ke rumah besar. Sekalipun sekarang rumah besar tersebut tidak diisi empat keluarga lagi, hanya kelua
Riana diajak ke ruang makan, di sana telah ada adik-adik iparnya. Suami Liana dan Giana, istri Andri dan Andre serta anak-anak mereka. Liana memiliki dua anak, perempuan dan laki-laki, Giana baru memiliki anak laki-laki. Namun, dia tengah hamil enam bulan.Sedangkan Andri telah memiliki dua anak perempuan. Andre baru menikah dua bulan dan belum memiliki anak."Uni, kenalkan ini suami Li, Mas, ini kakak Li, Riana." Liana mewakilkan saudaranya memperkenalkan keluarga mereka."Andro, Ni," jawab Andro singkat. Pria itu mengenakan baju kaos hitam dan celana hitam selutut.Liana kemudian memperkenalkan suami Giana yang bernama Aldo, istri Andri yang bernama Aura dan istri Aldo bernama Aira. Kemudian memperkenalkan anak-anak."Bunda!" teriak anak-anak, mereka memeluk Riana dan mengoceh sehingga Riana kebingungan menjawab pertanyaan mereka. Riana memang telah sering video call dengan mereka sekalipun belum pernah bertemu. Riana juga sering mengirimkan oleh-oleh kepada mereka. "Sudah-sudah,
Miriam memutuskan untuk membawa Riana ke bidan, ditemani tante Riana, Wati. "Putri Ibu telah hamil lima bulan," beritahu bidan. Alangkah shock Miriam mendengar informasi dari bidan yang menyatakan bahwa Riana hamil lima bulan. Apa yang harus mereka lakukan? Miriam berharap bidan salah melakukan pemeriksaan.Bidan juga heran, apakah sebegitu parahnya pergaulan anak zaman sekarang? Sampai diusia muda telah hamil."Apa Ibu tidak salah?" Miriam memastikan lagi."Tidak, Bu, coba Ibu pegang perut Putri Ibu ini," jelas Bidan mengarahkan tangan Miriam ke perut Riana.Miriam tahu karena dia telah memiliki lima anak. Jadi tahu betul kondisi perut orang hamil."Apa bisa digugurkan aja, Bu?" usul Wati bertanya. Kondisi Riana tidak akan mungkin buat dia menjadi seorang ibu. Dia baru berusia lima belas tahun dan masih kelas tiga SMP. Dia masih harus melanjutkan pendidikannya. Terlepas mereka belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Riana.Riana sendiri hanya bisa pasrah. Terserah ibu dan
Perjuangan tante Wati tidak sia-sia, pihak Sekolah akhirnya mengizinkan Riana untuk mengikuti ujian kelulusan. Bersyukur Riana tetap belajar saat menunggu persalinannya karena masih berharap bisa menamatkan Sekolahnya."Ke mana saja kamu selama ini, Riana?" tanya salah satu tante tetangga yang melihat Riana pergi Sekolah."Dari luar kota, Tante," jawab Riana."Habis melahirkan kamukan?" tuduh tante itu lagi. Riana hanya diam."Mana anak harammu itu? Diumpetin di mana? Nggak malu kamu pergi Sekolah setelah buat malu di kampung ini? Makanya jangan jadi murahan, kecil-kecil hamil di luar nikah," hardik tante lainnya. Riana tidak bisa membela dirinya. Pandangan masyarakat pasti tetap wanita yang akan dipersalahkan, mau korban pemerkosaan atau bukan. Tetap wanita yang menanggung malu."Riana, pamit tante." Tanpa menjawab pertanyaan dari tante tersebut.Gunjingan tersebut terus Riana terima sampai dia lulus sekolah dan lanjut SMA. Gunjingan dari tetangga itu membuat Riana dan keluarganya mi
Masa sekarang"Apa Uni, akan memenuhi permintaan ayah?" tanya Liana hati-hati takut menyinggung perasaan Riana."Sebenarnya Uni belum siap." Riana menyapu air mata yang tiba-tiba mengalir di pipinya.Liana dan Giana memeluk Riana untuk menguatkannya. Kedua adiknya tidak tahu siapa orang yang telah memperkosa Riana saat dia SMP. Liana dan Giana memang mengetahui jika Riana memiliki anak dan diadopsi oleh paman dan tantenya di luar kota.Liana dan Giana juga mengetahui dari cerita Riana bahwa dia pernah dekat dengan seorang pria. Dan patah hati serta kekecewaan Riana karena tetangga mereka membeberkan aib Riana sebelum Riana jujur kepada si pria. Malahan Ami, tetangga itu telah menikah dengan mantan Riana. Mereka masih tinggal di kota B. Namun, tidak pernah bertemu lagi. Mereka menjalani hidup masing-masing."Kalian tahu, Uni telah pernah mencoba membuka hati dan menekan trauma, namun Allah belum mengizinkan, apakah ada pria yang mau menerima masa lalu Uni?" isak Riana, menyeka air mata
"Pak Raditya, ada?" tanya Rayhan, kakak ipar Radit. Dia sekarang di kantor Radit. Ingin membahas tentang perjodohan kakak ipar keponakannya dengan Radit secara serius. Keponakannya telah sering menanyakan kepada Rayhan. Reyhan merasa tidak enak, makanya dia ke kantor Radit untuk bertanya, jika memang Radit tidak bersedia. Rayhan akan langsung memberikan informasi kepada keponakannya."Ada, Pak, dengan Bapak siapa?" tanya gadis yang bekerja di kantor Radit."Saya Rayhan, kakak iparnya pak Radit," beritahu Rayhan."Sebentar ya, Pak, pak Raditnya masih ada tamu, silahkan tunggu saja dulu, Pak," ucap gadis itu lagi, sambil menunjuk kursi yang ada di kantor Radit yang memang di khususkan bagi tamu-tamu yang menunggu.Gadis tersebut meninggalkan Rayhan dan naik ke lantai dua. Kantor Radit hanya Ruko tiga pintu dengan tiga lantai. Lantai tiga tempat meeting. Ruangan Radit dan administrasi ada di lantai dua. Lantai satu bagian pelayanan. Radit juga memiliki bagian sales dan marketing yang aka
Jadwal operasi ayah akhirnya tiba. Adik laki-laki Riana yang nomor empat telah mengurus segala administrasinya. Riana dan ibu menunggui ayah. Ayah diminta puasa dari semalam. Jadwal operasinya jam sepuluh pagi."Ayah, siapkan?" tanya Riana, sebelum ayah masuk ruang operasi."Insha Allah, ayah siap, Ri. Ayah ingin sembuh, sehingga saat Ri menikah ayah masih bisa menikahkan, hanya Ri anak perempuan ayah yang belum ayah nikahkan," ungkap ayah."Kalau begitu, ayah harus sembuh ya. Calon dari tante Wati, insha Allah tiga hari lagi datang. Jadi nanti pas acara pertemuan, Ri nggak di rumah sakit nemani ayah," jelas Riana karena memang dia full menjaga ayah. Sedangkan ibu diminta Riana untuk istirahat karena selama ini beliau yang menjaga ayah."Dengar, Yah, Ayah harus sembuh, nanti keluar dari rumah sakit, yang terpenting jangan merokok lagi, Yah," bujuk Miriam mengingatkan suaminya."Iya, Bu. Semoga Allah memberi kesembuhan buat Ayah," ucap ayah lagi."Aamiin," sahut Riana dan Miriam.Peraw
Hari pernikahan Riana dan Radit akhirnya tiba. Riana baru mengetahui kabar tentang kejadian yang menimpa Lea dan Lisda. Lea saat ini masih belum mau bicara, sekalipun kondisinya secara fisik telah sembuh. Namun, traumanya belum hilang. Lea beraktifitas hanya melakukan yang wajib saja. Akan tetapi, dia tetap saja tidak bicara.Lilis berkali-kali datang dan meminta maaf kepada keluarga Riana. Bahkan dia berharap Riana mau menerima putranya kembali untuk melanjutkan rencana pernikahan. Lilis tidak tega melihat putranya yang sedikit frustasi. Namun, sayang Riana telah menikah meskipun secara siri. Lilis dan Leon pun diundang ke pesta pernikahan Riana.Rumah Riana telah di dekorasi oleh wedding organizer, sedangkan untuk jasa katering, Miriam lebih suka dibantu tetangga. Riana telah memberitahu Miriam agar memakai jasa katering saja karena tidak ingin Miriam dan keluarganya terlalu kecapekan. Miriam menolak karena lebih enak masakan mereka sendiri. Alasan lainnya adalah agar para tetangga
Sesuai rencana, Riana, Radit dan keluarga kembali ke kota Batam. Riana juga malahan telah menstransfer uang yang diserahkan Radit kepada Miriam.Radit mengantar Riana ke butik, untuk mengambil pakaiannya."Selamat datang!" teriak Wirda, dia pikir pelanggan yang datang."Kak Ri!" Tyas langsung berlari dan memeluk Riana, saat mengetahui bahwa yang datang adalah Riana.Wirda baru sadar jika yang datang adalah Riana, langsung berlari menghampiri Riana dan memeluknya juga."Kak Ri, liburnya lama banget, kami ikut sedih ya kak, atas meninggalnya ayah kak Ri," cecar Wirda masih memeluk Riana."Tidak apa-apa, semua sudah Allah atur," ucap Riana bijak."Oleh-oleh mana, kak?" tanya Tyas."Ada, sebentar." Radit dan Nayla masuk ke dalam butik membawa kantong oleh-oleh."Wah, ada Nayla dan papanya. Nayla mau nyari gamis ya?" terka Wirda."Enggak, kak, Nay, cuma nemanin Papa," jawab Nayla. Dia meletakan kantong oleh-oleh diatas meja kasir."Emang, papa Nayla, mau nyari gamis?" heran Wirda."Wah, P
Besoknya Riana dan Radit menikah secara siri. Teman Andri yang penghulu menikahkan mereka. Pernikahan dilakukan sehabis magrib menyesuaikan jadwal dengan teman Andri. Akhirnya mereka sah menjadi suami istri.Keluarga Riana tetap menjamu mereka, seperti syukuran atas pernikahan Radit dan Riana. Selesai makan penghulu dan saksi pulang. Tersisa di rumah tersebut keluarga kedua mempelai saja."Radit, mau tidur di sini?" tawar Wati."Nggak usah, Tante, saya di hotel saja " Radit ingin menyentuh Riana saat dia telah memberikan pernikahan yang layak kepada Riana."Sebaiknya, Riana yang ikut kamu. Sebagai istri dia harus mengikuti kemana kamu pergi," sela Miriam."Wat, suruh Riana siap-siap saja, biar ikut sama suaminya." Miriam memerintahkan Wati. Wati segera menuju kamar Riana. Riana telah mengganti kebayanya dengan gamis santai.Riana keluar bersama Wati dengan membawa tas kecil yang berisi pakaian ganti.***Radit membawa Riana masuk ke kamar hotelnya."Kamu mau mandi?" tanya Radit. Dia b
"Gimana kata ibu Riana, Ma?" cecar Radit tidak sabar."Mereka tidak menargetkan, maharnya apa? yang penting semampu kita ... kamu mau seperti apa?" Rosma mengembalikannya kepada Radit. "Maksud Mama?" Radit sedikit bingung, padahal ini bukan pernikahan pertamanya."Kamu mau menikahnya kapan dan di mana?" tanya Rosma."Sebaiknya pas acara lamaran saja kita tanyakan kembali. Sekarang kita fokus membawa hantaran saja," saran Rania."Ya, begitu lebih baik, besok jam sepuluh kita mencari persiapan untuk seserahan," putus Rosma.Mereka mengakhiri rapat kecil. Radit, Rania dan Rayhan kembali ke kamar masing-masing.***Keluarga Radit telah membeli hantaran untuk dibawa ke rumah Riana. Selesai sholat isya mereka bersiap-siap menuju ke rumah Riana.Keluarga Riana telah menunggu dan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan keluarga Radit.Proses acara lamaranpun di mulai. Mereka berunding segala persiapan untuk menikah."Untuk tanggal pernikahan dari keluarga mas Radit, ingin tan
Polisi datang dan mengamankan TKP. Ambulance juga datang dan membawa jenazah Doni. Lea juga dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Lea sepertinya mengalami trauma. Lisda dibawa polisi ke kantor polisi dan dijadikan tersangka pembunuh Doni.Leon menunggui Lea yang sedang diperiksa oleh dokter. "Bersyukur, Lea tidak diperkosa, hasil visum hanya mendapatkan kekerasan fisik. Sepertinya Lea melawan dengan sekuat tenaga, sehingga dia mendapat beberapa memar di pipi dan bekas cekikan." Dokter yang menangani Lea memberitahu Leon."Lalu kenapa dia hanya diam?" heran Leon."Sepertinya Lea mengalami goncangan hebat, membuat dia trauma," jelas dokter lagi."Lea!" teriak Lilis saat memasuki ruangan tempat Lea diperiksa. Lilis memang telah dikabari Leon bahwa telah terjadi sesuatu kepada Lea."Saya tinggal dulu, karena masih ada pasien yang lain." Dokter meninggalkan ruangan.Lilis memeluk Lea yang diam seperti patung. Papa Leon hanya terdiam, melihat Lea hanya diam dengan tatapan kosong."Jelaska
Lea memasuki rumah mamanya, dia telah memberitahu mama bahwa dia akan mengambil beberapa pakaian. Lea tidak mau lagi tinggal sesekali bersama mamanya. Melihat mamanya melalukan hal yang tak bermoral, membuat Lea muak. Papanya belum pernah melakukan hal seperti itu dengan seorang wanita.Lea ingat pesan Leon bahwa dia harus memastikan mamanya, siap menerima kedatangannya. Agar Lea tidak menyaksikan lagi kejadian seperti waktu itu.Lea membunyikan bel, jika biasanya dia selalu membuka sendiri tanpa membunyikan bel. Sekarang Lea tidak mau main masuk saja. Lea kaget karena yang membukakan pintu adalah pria yang dia lihat bersama mamanya, Doni.Lea ingin pergi dari sana. Namun,"Oh Lea, silahkan masuk ... mamamu berpesan, jika kamu datang. Kamu disuruh tunggu. Dia hanya ke warung depan sebentar," bujuk Doni.Lea tidak menyadari jika Doni berniat jahat kepadanya. Doni sengaja menyuruh Lisda untuk membelikannya makanan yang dia inginkan dan tempat membelinya jauh dari rumah. Doni tidak senga
Radit dan Nayla menunggu Riana untuk bersiap-siap rencananya mereka akan ke pantai yang ada di luar kota Padang. Sekitar tiga puluh menit perjalanan. Wati dan Miriam menemani Radit dan Nayla."Diminum tehnya, Radit, Nayla," tawar Miriam. Dia duduk di samping Wati."Iya, Bu," ucap Radit sungkan."Jadi besok, orang tua kamu ke sini?" tanya Miriam penasaran."Iya, Bu, insha Allah, hanya mama, kakak saya dan Rayhan, Omnya Andro." Radit mengambil teh dan meminumnya sedikit karena masih panas."Papa kamu?" Kali ini Wati yang bertanya."Papa, saya telah meninggal tiga tahun yang lalu." Radit meletakkan cankir tehnya."Maaf," ucap Wati merasa tidak enak."Tidak apa-apa, Tante, kejadiannya udah lama kok." Radit menenangkan Wati."Jadi, jam berapa mereka ke sini?" tanya Miriam lagi. Dia harus memastikan untuk menjamu tamu specialnya dengan baik. Agar mereka tidak hanya melihat Riana. Namun juga keluarganya yang Ramah. Siapa tahu hal itu menjadi pertimbangan keluarga Radit."Mereka dari kota Bat
"Bolehkah, saya tahu siapa pelakunya?" tanya Radit hati-hati."Pelakunya telah tiada, semoga Allah mengampuni dosanya ... dan sebaiknya kita tidak perlu mengungkitnya lagi ... saya memberitahu mas Radit, agar tidak merasa dibohongi di kemudian hari jika mengetahui masa lalu saya ... terus terang ta'aruf dengan orang sebelum mas Radit batal karena masa lalu saya, diawal saya tidak mengatakannya sehingga saat keluarganya mengetahui, mereka merasa dibohongi," terang Riana lagi."Saya tidak peduli dengan masa lalu kamu, bagi saya adalah masa depan ...." ucap Radit lagi."Apakah itu artinya, nak Radit bersedia menikahi Riana?" tanya Wati. Dia harus memastikan bahwa Radit memang serius ingin menikahi Riana."Benar, Bu, saya serius ingin menikahi Riana," jawab Radit mantap. "Terima kasih, mas Radit mau menikahi saya dan menerima masa lalu saya, ada satu lagi permintaan saya, sebaiknya mas Radit meminta restu dari orang tua mas Radit terutama ibunya mas Radit ... dan sebaiknya kita sama-sama
Riana telah menerima pesan dari Liana. Calon dari Andro akan ke kampung Riana untuk melihat Riana dalam waktu dua hari. Inilah harinya, Liana juga memberitahu bahwa pria ini duda dengan anak satu, istrinya telah meninggal dunia. Miriam telah menyiapkan hidangan untuk menyambut tamu ini. Dia berharap kali ini si pria menjadi jodoh Riana.Informasi yang mereka dapat pria ini seorang developer perumahan dan memiliki usaha lainnya. Berusia empat puluh dua tahun, bernama Radit. Riana tidak mengetahui data si pria, hanya Miriam dan Wati yang mengetahuinya.Sedang sibuk-sibuknya menyiapkan cemilan. "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," ucap seseorang sambil mengetuk pintu rumah Riana."Jangan-jangan ... dia telah datang?" tanya Miriam dia menoleh ke arah Wati yang sedang membuatkan minuman."Ri, kamu udah mandikan?" tanya Wati."Udahlah, Tan, ada-ada aja, Tante ini." Riana tahu, Wati bercanda agar dia tidak kaku."Ya, udah Tante bukain pintu dulu." Wati menuju ruang tamu. Dia membu