Share

Bab 27 : Terperangkap

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-20 15:00:00

 “A—apa, Pak?” Suara Yasmin tercekat.

Matanya membelalak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jari-jarinya mencengkeram erat kotak obat di tangannya, siap melayangkan pukulan jika perlu. Namun, sebelum dia bertindak, Barra kembali berbicara dengan nada santai tetapi tegas.

“Bajumu jelek! Buka dan ganti.”

Jantung Yasmin seakan berhenti berdetak. Rasa terkejut bercampur dengan kemarahan yang sempat menggelegak di dada lenyap begitu saja. Napas wanita itu tersengal saat perlahan dia menunduk, menatap kaos dan rok plisket cokelat lusuh melekat di tubuhnya. Jemarinya mencengkeram ujung baju.

Benar. Pakaiannya memang sudah usang. Bahkan saat masih menjadi istri Bram, dia tidak pernah diberi kehidupan layak. Kini, di hadapan Barra yang selalu tampak rapi dan berkelas, Yasmin tampak seperti pengemis.

Dadanya terasa sesak. Hinaan itu menelusup jauh ke dalam hatinya, perih dan menyakitkan. Meskipun, tenggor

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 28 : Tolong … Pak

    “Biar tahu rasa itu si Yasmin,” desis Airin, matanya berkilat penuh kemenangan. Bibirnya menyeringai puas saat membayangkan wanita itu meringkuk ketakutan dalam kegelapan. Dengan santai, Airin memarkir mobilnya di garasi dengan kepuasan yang belum juga surut. “Mam, dari mana? Kenapa pergi mendadak?” Cindy langsung menghampiri, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. Namun, ada sedikit kegelisahan dalam intonasinya, seakan merasakan sesuatu yang jauh berbeda dari sang ibu. Airin menatap putrinya sejenak, lalu membelai pipinya dengan lembut dan mengecupnya. Cindy yang masih sangat muda ini harus segera mendapatkan tempatnya di sisi Barra. “Mami dari rumah, ambil baju. Kita bakal nginap lama di sini,” ucap Airin dengan senyum mengembang, berbanding terbalik dengan kekejaman yang baru saja dilakukan. Cindy mengangguk penuh antusias. Wajah cantiknya itu berbinar senang karena mendapat dukungan penuh dari sang ibu. Namun, seketika ekspresinya berubah, mengingat sesuatu yang lebih penting

    Last Updated : 2025-03-21
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 29 : Mungkinkah Percaya Padaku?

    Yasmin menoleh dan menatap Barra lekat-lekat, lantas bibirnya bergerak hendak mengatakan sesuatu. Bahkan genggaman tangannya tanpa sadar makin kuat mencengkeram lengan pria itu.“Orang itu—”Sial, ucapannya terputus ketika ponsel Barra berdering. Pria itu seketika mengempaskan tangan Yasmin tanpa ragu, seolah genggaman itu tidak berarti apa-apa baginya.Tanpa menoleh sedikit pun, Barra beranjak dari tempatnya dan melangkah ke luar kamar untuk menerima panggilan.Yasmin menatap nanar punggung Barra yang makin menjauh. Dingin. Acuh. Dadanya terasa sesak, nyeri menusuk hingga ke tulang. Kenapa rasanya seperti ini? Dan perasaan ditinggalkan ini begitu familiar baginya.Helaan napas berat lolos dari bibirnya. Tiba-tiba, rasa tidak nyaman menjalari raganya. Sudah berjam-jam dia tidak memompa ASI, dan kini tubuh mulai memberikan sinyal yang tidak bisa diabaikan. Namun, tiba-tiba, pintu kembali terbuka.“Pak Bar—”Ucapan Yasmin menggantung. Tatapannya seketika melemah. Ada kekecewaan yang suli

    Last Updated : 2025-03-21
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 30 : Di Bawah Intimidasi Pengacara Dingin

    Yasmin menegang, tubuhnya kaku saat suara langkah kaki mendekati kamarnya. Jantungnya berdebar cepat dan telinganya menajam menangkap siapa orang yang ada di luar kamar bayi. Napasnya tertahan ketika berpikir, apakah itu Airin? Atau Cindy?“Apa yang harus kulakukan?” gumamnya, mencoba berpikir jernih, tetapi sulit.Pintu bergerak pelan. Seketika hawa dingin menyelinap ke dalam ruangan, membuat tengkuk Yasmin meremang. Namun, detik berikutnya, aroma parfum maskulin yang familiar menguar di udara. Jantung wanita itu yang tadi melompat kini berusaha kembali ke ritme normalnya.“Pak Barra,” ucapnya pelan.Pria itu berdiri di ambang pintu, tubuhnya yang menjulang tinggi dengan sorot mata sulit diartikan.Yasmin menelan ludah. Dia tidak tahu kenapa Barra terus menatapnya, tetapi Yasmin merasakan ada seuatu dalam sorot mata pria itu yang membuatnya penasaran.“Kenapa belum tidur?” Suara berat Barra memecah kesuny

    Last Updated : 2025-03-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 31 : Ini Terlalu Dekat, Pak

    Pukul tiga pagi, Yasmin terbangun dengan kerongkongan yang terasa kering. Tangannya meraba meja kecil di samping tempat tidur, meraih botol air.“Yah, habis,” keluhnya.Dengan hati-hati agar tidak membangunkan para babysitter, dia beranjak turun dari ranjang.Akan tetapi, langkahnya menuju dapur terhenti ketika dia melihat siluet dua sosok melintas di lorong. Jantungnya seketika berdetak lebih cepat. Bayangan itu bergerak mendekati ruang kerja Barra. “Jangan-jangan mereka … maling?” Yasmin menyipitkan mata, berusaha memastikan siapa orang itu.Begitu cahaya lampu koridor sedikit menerangi, dia menahan napas. Itu Airin dan Cindy.Alih-alih melanjutkan perjalanannya ke dapur, Yasmin justru memilih bersembunyi di balik dinding dan mengintip.“Apa yang mereka lakukan di sana?” gumamnya.Rasa penasaran mengalahkan ketakutannya. Dengan langkah hati-hati, Yasmin membuntuti mereka, tetap berada dalam kegelapan agar tidak terlihat.Saat Airin merogoh sesuatu dari dalam tasnya dan mencoba me

    Last Updated : 2025-03-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 32 : Ingin Sesuatu Darimu

    “Barra, Mami mohon, jangan begini, Nak.” Ucapan Airin bergetar, tangan wanita itu meraih lengan Barra, mencengkeram dengan erat, seakan keputusasaannya bisa meluluhkan hati sang menantu.Mata Airin memerah, wajahnya tampak sendu, serta tubuh yang sedikit gemetar, membuat akting wanita itu terlihat sungguh meyakinkan.“Mami … hanya takut kalau dia menyakiti Boy dan Cleo.”Akan tetapi, Barra tetap berdiri tegak dengan tangan bersedekap, mata elangnya menatap dingin ke arah dua wanita di hadapannya. Rahang pria itu mengeras, jakunnya naik-turun, tanda bahwa dia menahan sesuatu yang ingin meledak dari dalam diri.“Kak Barra, tolong dengarkan Mami,” pinta Cindy, dengan putus asa.Barra mengangkat satu tangan, membuat mereka terdiam. Dia menatap kedua wanita itu dengan ekspresi tajam.“Mami dan Cindy hanya boleh bertamu ke rumah ini,” ucapnya dingin.Airin terperanjat, wajahnya seketika pucat, dan Cindy membelalak tidak percaya.“Mami ini mertuamu, Bar! Begini caramu membalasnya?” Suara Airi

    Last Updated : 2025-03-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 33 : Apa Maksudnya Ini ?

    Yasmin mereguk saliva mendengar pernyataan Barra. Debar di jantungnya benar-benar tidak terkendali, hormon adrenalin mengalir cepat di darahnya. Terlebih saat ini posisi mereka sangat dekat. Aroma parfum maskulin Barra merasuk dalam indera penciuman Yasmin.“S—seuatu apa, ya, Pak?” tanya Yasmin memberanikan diri.Sungguh, biasanya dia akan menunduk setiap kali berpandangan dengan Barra, tetapi kali ini tidak. Dia seolah terbuai dan tenggelam dalam sorot mata pria itu.Bahkan tubuhnya pun makin lama terasa lemas. Intimidasi Barra benar-benar kuat padanya.“Kamu tidak akan bisa menolaknya,” ucap pria itu dengan intonasi datar dan tegas.Pikiran Yasmin sudah melanglang ke segala arah, ponsel di tangannya pun hampir jatuh. Apa lagi maksud seorang pria memberikan ponsel semahal ini pada wanita? Tidak mungkin cuma-cuma, bukan?Saat ponsel itu hampir terjatuh, Barra dan Yasmin meraihnya. Hingga tangan keduanya tanpa sengaja bersentuhan.“Maaf,” ucap Yasmin, bibirnya bergetar. “Tapi kenapa sa

    Last Updated : 2025-03-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 34 : Pagi yang Menegangkan Bersama Barra

    “Mas Bram? Kasus penipuan apa?” gumam Yasmin. Semalaman ini dia tidak bisa tidur, bahkan setelah memompa ASI pun Yasmin hanya duduk melamun di pinggir tempat tidur. Lantas dia menggunakan ponsel barunya untuk mencari tahu tentang Bram. Yasmin pun menutup mulut saat membaca berita seputar Bram yang menipu artis baru untuk masuk agensinya. Uang itu sangat banyak, membuat Yasmin geleng-geleng. Lantas dia teringat beberapa bulan lalu, di mana Sarah banyak membeli tas branded, mobil baru, dan jalan-jalan ke luar negeri bersama geng sosialitanya. Akan tetapi, Yasmin memilih mengempaskan ingatan itu. Dia tidak mau terlibat lagi dengan orang-orang itu! Menjelang pagi barulah Yasmin bisa memejamkan mata, itu pun setelah dia menyusui Boy dan Cleo. Namun, saat Yasmin mengerjapkan mata, dia mendengar suara bising dari dapur. Yasmin bergegas ke dapur dan melihat Mbok Inah terpeleset. “Ya ampun, Mbok. Sini biar Yasmin bantu.” Dia berusaha membantu Mbok Inah duduk di kursi dan melihat kakinya. “

    Last Updated : 2025-03-24
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 35 : Tuduhan Memilukan

    Yasmin yang sedang menyusui Boy tersentak merasakan getaran ponsel di saku dress floral merah mudanya. Wanita itu mengintip sejenak dan tercekat melihat nama pengirim pesan. Bibirnya merengut.[Kirim foto Boy dan Cleo!]Ya, meskipun Barra sudah berangkat kerja, tetapi dominasi dan efek percakapan mereka tadi pagi masih membekas dalam pikirannya. Yasmin menatap Boy lekat-lekat, mengusap pipi mungil bayi itu dengan lembut."Semoga besar nanti, Boy jadi pria yang baik, ya, Nak," bisiknya pelan. Boy pun tersenyum kecil dan makin kuat menyedot ASI-nya.Yasmin memilih mengabaikan pesan itu. Lagipula, masih ada babysitter, kenapa harus dia yang mengirimkan foto si kembar? Namun, belum lama berselang, ponselnya kembali berdenting.[Sedang apa mereka?]Yasmin mendecak, merasa terganggu. Entah kenapa, dia justru berani melawan di belakang pria itu, tetapi di hadapan Barra, dia selalu kehilangan kata-kata.Setelah selesai menyusui Boy, barulah dia memotret kedua bayi itu dan mengirimkannya tanpa

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 102 : Percaya Padaku

    Yasmin tertegun mendengar ucapan itu. Matanya berkaca-kaca. Kata-kata Barra barusan merasuk dalam dadanya yang tengah sesak. Perasaannya kalut, layaknya dinding yang perlahan runtuh setelah selama ini dia tegakkan dengan susah payah. Bibir mungilnya terbuka sedikit, hendak mengucapkan sesuatu. Namun, tidak ada satu pun kata keluar. Yasmin memilih diam. Dia tahu, jika bertanya lebih tentang maksud ucapan Barra, mungkin akan membuka ruang bagi luka baru. Tanpa banyak kata, Barra menyerahkan sapu tangan sutra. Yasmin ingin meraihnya, tetapi tubuh wanita itu membeku saat tangan Barra lebih dulu menyeka air matanya dengan lembut. Sentuhan itu membuat pipinya merona, seolah darah yang tadi enggan mengalir, tiba-tiba memenuhi permukaan kulitnya. Ini terasa hangat. Bahkan terlalu panas hingga detak jantungnya jadi tidak karuan. "Umm … M—Mas?" gumam Yasmin dengan sangat pelan. Barra tidak menjawab. Pria itu hanya menatapnya dalam, lalu menangkup kedua pipi Yasmin dengan kedua tangannya. S

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 101 : Lebih Dari Sekadar Ibu Susu

    "Bagaimana bisa?!" bentak Barra tepat di depan pintu ruang rawat Yasmin yang tertutup rapat, tak menyisakan celah sedikit pun.Bahtiar dan tim lainnya menghela napas panjang. Mereka tidak menyangka, kepergian yang hanya sebentar untuk menemui dokter dan menebus obat serta membeli sarapan, bisa membawa dampak sebesar ini. Lagi pula, ini masih terlalu pagi. Bahkan ayam pun belum berkokok di luar sana."Mereka membawanya tanpa sepengetahuanku?!" Barra mengusap wajahnya dengan frustrasi.Saking kesalnya, pria itu langsung melangkah cepat mendahului timnya menuju Rubicon putih yang terdiam di area parkir rumah sakit.Sebelum masuk mobil, Barra menoleh ke arah Bahtiar. Tatapan tajam manik cokelatnya menusuk, rahangnya mengeras, dan jemarinya mengepal hingga urat-urat di tangannya terlihat jelas."Jangan hentikan pencarian barang bukti! Dan upayakan jaminan untuk membebaskan Yasmin sementara.""Baik, Pak. Timnya Bono tetap di sini. Saya yang akan urus jaminannya." Bahtiar membukakan pintu mob

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 100 : Jangan Pergi!

    “Cari sampai ketemu! Bila perlu tambah tim kita!” titah Barra dengan suara tegas kepada asistennya.Dia tidak tinggal diam di rumah sakit. Barra ingin memastikan barang bukti itu ditemukan hari ini juga. Dia tidak punya waktu untuk menunggu. Maka bersama timnya dan beberapa orang bayaran, mereka menyusuri tepi jurang, sungai, dan pesisir pantai.“Pak, jalan di sini licin, sebaiknya Bapak tunggu saja di pinggir jalan,” teriak Bahtiar yang sudah turun ke jurang dengan alat keamanan.“Mana bisa aku diam saja, Bahtiar? Nasib Yasmin bergantung pada barang itu,” geram Barra. Napasnya terengah saat menatap tebing curam di depannya.Dengan hati-hati, dia mulai menuruni lereng. Ini bukan pertama kalinya dia mencari barang bukti demi klien, tetapi kali ini hatinya terasa lebih sakit bagai tertusuk ribuan jarum. Ada wajah Yasmin dalam setiap langkahnya, bahkan ketika ranting pepohonan menyentuh kulitnya pun dia masih terbayang wanita itu.Yasmin tadi menceritakan segalanya. Termasuk pakaian Cindy

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 99 : Aku Percaya Kamu

    “Lebih cepat, Bahtiar!” titah Barra dengan napas memburu. Hatinya bagai disayat oleh kegelisahan yang tak kunjung reda. Sepanjang perjalanan, dia terus mengecek layar ponsel, mencari kabar apakah polisi sudah sampai lebih dulu, atau … masihkan Yasmin di sana? Perjalanan menuju lokasi memang tidak mudah. Jalanan berbatu, menanjak, dan penuh tikungan tajam. Daerah ini terpencil, jauh dari pusat kota, dan hanya bisa dilalui dengan kendaraan off-road. Bagi Barra tidak ada kata menyerah. Prinsipnya, waktu adalah segalanya. Dia harus menemukan Yasmin lebih dulu, sebelum semuanya terlambat. Setelah menempuh perjalanan panjang yang seolah tak berkesudahan, akhirnya Rubicon putih miliknya melaju di jalanan terjal menuju pesisir pantai. Barra langsung turun dari mobil, meskipun kakinya masih belum pulih benar. Bahkan setiap langkah yang dia ambil terasa menyakitkan. “Shit!” umpat Barra saat matanya menangkap garis polisi yang terbentang melingkari area kejadian. Pemandangan di depan, membu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 98 : Mencari Kamu

    “Ini ….” Barra hendak meraih benda itu dari tanah, tetapi dia segera mengeluarkan saputangannya dan membungkus benda kecil tersebut, lantas memasukkannya ke dalam saku jaket.“Kamu menemukan sesuatu?” tanya Barra pada pengacara magangnya yang sedang menyinari tanah dengan senter.“Jejak roda mobil,” jawab Bono pelan, “sepertinya orang itu sengaja melewati jalan yang jarang dilalui orang.”Barra mengangguk perlahan. Pandangannya menelusuri sekitar semak dan tanah lembap itu. Bau tanah yang basah bercampur dengan aroma busuk dari sampah dedaunan membuat dadanya terasa sesak."Mereka membuang tas Yasmin di sini. Tapi siapa?" gumam Barra sambil memijat pelipis. Berusaha menemukan orang yanga paling dia curigai.Hanya tiga nama yang langsung muncul dalam pikirannya—Airin, Cindy dan Bram. Dua orang itu memiliki cukup alasan untuk mencelakai Yasmin.“Kita harus kembali secepatnya, Pak. Tempat ini sangat tidak aman,” ucap pengacara magang itu sambil memutar senter ke segala arah. Bayangan poh

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 97 : Aku Gila Tanpa Kamu

    “Apa yang kamu lakukan, Bram?” tanya Cindy dengan nada penuh curiga, matanya memperhatikan pria itu yang terus melangkah makin dekat.Bram menatap Yasmin dengan sorot mata yang terasa asing, tajam dan dingin.Alih-alih menjawab, pria itu justru memindai seluruh lekuk tubuh Yasmin lekat-lekat. Sorot mata itu kosong, seakan di antara mereka tidak ada kenangan yang tersisa. Tangan pria itu terangkat dan menyentuh pipi Yasmin. Sentuhan ini dingin dan kasar, bukan kehangatan atau kasihan seorang mantan.“Mas ....” Suara Yasmin tercekat. “Tolong …,” lirihnya. Hanya secuil harapan yang masih dia pegang.Akan tetapi, Bram justru mencondongkan tubuh. Wajah pria itu nyaris menyentuh kulit pipi Yasmin. Embusan napas hangat yang familiar itu seakan berbisik dan menyatat perasaan Yasmin.“Kesaksianmu itu tidak berguna. Lebih baik aku dipenjara daripada mereka tahu kita pernah menikah. Jijik!”Seketik

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 96 : Menggantungkan Harapan Terakhir Padamu

    Melihat kursi di sampingnya kosong dan pandangannya langsung tertuju pada Bagas, membuat Barra diliputi gelisah. Pria itu memang tidak fokus sejak awal. Kini, matanya terus mengarah ke pintu auditorium, setiap kali terbuka, bukan Yasmin yang masuk.Barra menduga toilet sedang penuh, mengingat ini seminar terbuka. Dia menghubungi Yasmin. Tersambung, tetapi tidak diangkat."Yasmin … kenapa lama," desah Barra sambil menggoyangkan kaki dengan gelisah.Tepat pada menit ke-15, dia berdiri. Bagas mengikuti, dari tatapannya terlihat pria itu juga merasa ada sesuatu yang janggal. Barra tidak membantah, yang terpenting sekarang adalah Yasmin.Dengan langkah tertatih karena masih menggunakan tongkat, Barra menerobos kerumunan mahasiswa kedokteran yang sibuk bercanda, kontras dengan gundah dalam hatinya.Toilet memang penuh. Barra dan Bagas saling berpandangan."Kita tunggu saja sampai sepi," saran Bagas.Barra menggeleng dan sorot matanya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 95 : Di Antara Pengacara dan Jaksa

    “Dari siapa? Kenapa kamu kelihatan takut begitu?” tanya Barra. Raut wajahnya menyiratkan kecurigaan, tatapan manik cokelatnya tajam bagai menembus relung terdalam Yasmin dan membongkar apa yang disembunyikannya.Alih-alih menjawab, Yasmin malah melakukan sesuatu yang membuat alis tebal Barra mengernyit. Dia menjentikkan jari kelingking di depan wajah tampan sang pengacara.“Tapi, Mas janji dulu. Kalau aku kasih tahu, tidak marah, tidak ngomel. Setuju?” ucap Yasmin tegas, dengan sorot mata mengiba.Barra menghela napas panjang. Sekilas, dia tampak kesal dan juga heran. Wanita ini … bisa-bisanya membuat dirinya terjebak dalam permainan kekanakan.Barra berusaha merebut ponsel Yasmin, tetapi kalah cepat. Yasmin langsung menautkan jari kelingking mereka, selayaknya anak kecil.“Nah, sekarang Mas Barra sudah janji,” ucap ibu susu itu dengan wajah puas.Barra mendesah. Entah kenapa, selalu saja dia kalah ketika berhadapan dengan Yasmin.“Oke. Katakan, dari siapa pesan itu?”Yasmin menggigit

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 94 : Modus

    Untuk pertama kalinya, Yasmin ingin keluar dari kamar bayi. Sorot mata selembut itu dari Kezia membuatnya tidak nyaman. Terlalu hangat dan sangatlah familiar. Pandangan wanita paruh baya itu mengingatkannya pada mendiang sang ibu.“Yasmin …,” panggil Kezia pelan, suara yang begitu keibuan, bagai pelukan hangat yang tak kasatmata.Yasmin bergeming. Keinginan kuat untuk keluar dari ruangan itu berubah menjadi kebimbangan. Sebenarnya dia bukan ragu dengan pertanyaan Kezia. Dia sudah tahu jawabannya. Hanya saja bibirnya terasa terkunci dan lidahnya kelu, serta hatinya pun ciut.“Mami … Yasmin, umm … minta maaf,” bisiknya dengan suara tertahan. Kepala wanita itu tertunduk, tidak sanggup menahan tatapan teduh dari Kezia lebih lama lagi.Kezia hanya menggeleng pelan, lalu merangkul tubuh mungil Yasmin dan menyentuh pundaknya dengan usapan hangat. Gerakan kecil itu membuat Yasmin sedikit lebih tenang.“Tidak apa-apa. Belum dijawab sekarang juga bukan masalah. Kamu bisa jawab besok, lusa, atau

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status