Bryan kembali masuk ke dalam mobil dan meletakkan ponsel Jane dalam sikap diam tanpa sepata katapun. Ia menarik napas panjang sebelum mulai menghidupi mesin mobilnya.Namun, mesin mobil yang menyala tak lantas membuat mobil melaju karena Bryan terkesiap saat Jane berucap hal yang mengejutkannya."Harus sekali keluar dari mobil dan memberhentikan mobil mendadak seperti itu saat mendengar suara wanita lain, ya?""Spesial sekali, ya, wanita itu sampai kau nyaris membahayakan istri dan anakmu sendiri?"Jane menggerutu tanpa menoleh pada Bryan sedikitpun. Dan Bryan dapat melihat Jane yang geram dengan tangan yang terkepal kuat."Jane, maafkan aku. Aku tidak sengaja melakukan itu." jawab Bryan terbata-bata.Dalam diam Jane terus mengingat kejadian di hari terakhir Bryan yang meninggalkannya tanpa kabar dalam seminggu lalu.Jane ingat sebelum mendapati Bryan yang digandeng seorang wanita saat mereka keluar dari Kantor Pencatatan Sipil, ia dan Harry mendatangi sebuah rumah yang Harry ceritaka
Bryan masih terdiam dengan fakta kalau Jane mengetahui semuanya.'Jane sudah tahu? Dan apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus diam dan bohong lagi? Atau aku akui semuanya saja sama Jane?'Batin Bryan beradu anggapan. Ia dituntut harus memilih antara terus berbohong dan semuanya mungkin akan baik-baik saja seperti sebelumnya.Atau memilih bicara jujur dengan konsekuensi menerima kemarahan Jane yang mungkin saja akan membawa rumah tangganya ke arah perceraian. Dan pilihan kedua begitu membuatnya takut.Tapi apa boleh buat? Jane saat ini sudah tahu semuanya. Dan ia tidak dapat bertahan dengan semua kebohongannya lagi."Kenapa kau diam saja? Tolong jawab apa yang kutanyakan padamu. Kau sudah menikah dengan wanita bernama Megumi itu, kan?!" Jane kembali mendesaknya dengan pertanyaan yang sama."Maaf..." Hanya satu kata yang dapat Bryan keluarkan dari bibir dan lidahnya yang bergetar.Tapi satu kata itu sudah cukup membuat Jane yakin kalau apa yang dituduhkannya pada Bryan adala
Bryan terdiam seakan mengerti apa yang diterimanya saat ini adalah balasan yang masih jauh dari kata setimpal.Tanpa berucap apapun lagi, Jane menjauh dari Bryan dan berjalan keluar dari kamarnya dengan wajah berderai air mata."Kenapa hanya menamparku sekali, Jane? Aku bahkan pantas menerima pukulanmu beratus kali setelah apa yang sudah aku buat padamu," gumam Bryan yang memandangi sosok istrinya yang menghilang di balik pintu.Di tempat lain, London.Di tengah malam yang dingin, Harry masih duduk di pinggiran kolam renang di halaman belakang rumah Milan. Ia baru sehari kembali dari Jepang.Baru saja ia menerima panggilan telepon dari informannya yang memberitahukan semua bukti yang memberatkan Milan dan Megumi saat yang sudah hampir terkumpul seluruhnya.Ada senyum merekah di wajah Harry yang mulai membayangkan bagaimana jika ia berkumpul kembali dengan Jane nanti. Pasti akan sangat bahagia rasanya hingga perpisahan mereka selama berbulan-bulan ini akan terbayar.Saat Harry masih as
"Ayah tahu kalian ada masala, semenjak kau pulang sendirian dan Bryan yang tidak pulang-pulang. Walau kau sudah menjelaskan pada ayah kalau Bryan bekerja ke Korea Selatan, tapi wajahmu terus kau tekuk, Jane. Kau juga jarang tertawa lagi. Ayah juga tidak melihatmu menerima telepon dari Bryan,""Tapi sebagai orang tua, Ayah coba mengerti dan menghormati keputusanmu yang mungkin akan menyelesaikan masalah kalian sendiri. Ayah menghargai itu,""Tapi Bryan sudah pulang sekarang, dan masalah kalian sepertinya semakin parah. Kau tidak tidur di kamar yang sama, dan Bryan malah tidur di kamar Lizzie,"Tuan Steven mengeluarkan isi hatinya tentang kerisauannya melihat perilaku anak dan menantunya itu.Hatinya sebagai seorang Ayah terdetak nyeri saat melihat wajah murung Jane semingguan ini. Tapi beliau sangat tahu posisinya. Tuan Steven memang Ayah Jane, tapi ia tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga anaknya.Namun, saat sang Ayah melihat putri semata wayangnya terus bersedih, ia tidak dapat
"Apa kau tidak memikirkan perasaan ayah mertuamu sendiri, hah?!" "Astaga, Bryan... Aku tidak menyangka kau pria sejahat itu, kau sesampah itu!”Cacian yang menjadi bumbu amarah sang paman diterima Bryan dalam diam. Walau terasa nyeri dan perih didengar, tapi memang kenyataan pahit itu yang Bryan berikan untuk Jane. Kenyataan kejam itu yang ia lemparkan ke wajah orang tuanya sendiri. Nyatanya, Bryan telah membuat hati Jane dan orang tuanya hancur menjadi berkeping keping. Tubuh ramping yang sudah tidak muda lagi itu terkulai lemas di sofa yang berada di ruang tamunya. Paman Tim terduduk gamang, sementara Bibi Anna yang sejak awal hanya diam mendengarkan, kini menangis menyesali perbuatan yang dilakukan Bryan. Pasangan orang tua yang sudah menganggap Jane sebagai anak mereka sendiri itu menyesali kenapa Bryan bisa melakukan hal itu. Apa alasannya melakukan hal itu, sementara mereka tahu hubungan rumah tangga Bryan dan Jane baik-baik saja. Hampir setengah jam lamanya Paman Tim diam
Sampai di titik ini Bryan berhasil membuat mamanya percaya.“Jadi jika seperti itu ceritanya, bagaimana kau bisa menikahi wanita itu?” tanya Paman Tim lagi. “Dia datang dan mengatakan kalau dia sedang mengandung anakku. Dia meminta hak untuk anaknya.“ jawab Bryan sembari menghapus air matanya."Jadi, apa keputusanmu?" tanya Paman Tim lagi.“Awalnya aku memberi ide untuk Megumi. Aku menyarankan padanya untuk menyerahkan bayinya ketika sudah lahir nanti padaku dan Jane. Aku yakin Jane bersedia mengurus anak itu. Aku tahu Jane akan menyayangi anak itu walaupun itu bukan anaknya sendiri.”“Aku juga mengatakan pada Megumi kalau anak itu akan diakui di keluarga kami. Dia berhak mendapat kasih sayang dan harta dari keluarga kami nantinya. Tapi wanita itu menolak mentah-mentah.”“Dia marah dan menganggapku egois karena ingin memisahkannya dari bayinya sendiri. Tapi aku memang tidak bisa memberi dan melakukan apa yang dia mau. Dia memintaku untuk menikahinya, itu sudah terjadi. Tapi untuk hal
Jane yang dapat mendengar dan menerima setiap ucapan dari pamannya itu, mulai menjauhkan tubuhnya yang awalnya memeluk Bibi Anna. Ia mengusap air matanya dan menyisakan isakan tangis.Jane kemudian menoleh pada Bryan yang terlihat menangis juga dengan kepala tertunduk.“Kenapa kau tidak jujur saja padaku? Masalah ini berawal saat kau tidak pulang pada malam itu, kan?” ucapan Jane membuat Bryan mengangkat wajahnya lalu mengangguk lemah, “Ya Tuhan, kenapa kau tidak bicara saja padaku? Kenapa kejadiannya sampai berlarut-larut seperti ini? Kau tega sekali, Bryan!” sambung Jane berucap.“Aku benar-benar takut kau pergi meninggalkanku, Jane. Aku takut kau pergi karena aku tahu kau tidak akan memaafkan aku dengan perselingkuhan ini. Maaf, Jane…maaf.” Terus saja Bryan mengulangi jawaban dengan alasan dan maaf yang sama. Dan itu karena memang isi pikiran Bryan saat ini merasa takut dengan rasa bersalahnya.“Tapi aku sudah bertanya padamu sebelumnya, kan, dan kau tetap menyembunyikan masalah in
“Aku tahu rasanya, Jane. Aku tahu sekali sesakit apa yang kau rasakan. Aku juga sakit. Demi Tuhan, aku tidak ikhlas menikahi wanita itu. Demi apapun yang ada di bumi ini, aku menikahinya hanya karena anak yang ada di kandungannya.”“Kau tidak tahu, Sayang, hatiku sakit setelah mengetahui kebodohanku itu. Aku hancur saat menandatangani kertas perjanjian pernikahan dengannya.”“Hatiku, cintaku, dan semua yang ada pada diriku hanya untukmu. Kau tahu itu, kan?”Bryan terus mengungkapkan apa yang ia rasakan saat itu. Cintanya begitu besar dan tulus untuk Jane dan tidak mungkin ia rela membagi dengan wanita seperti Megumi jika tidak sangat terpaksa.“Aku tahu semua itu, tapi semuanya sudah terlambat. Kau boleh menyesali perbuatanmu tapi saat ini sebaiknya kau memperbaiki masalah ini. Sebisa mungkin, jangan ada yang kau sakiti lagi. Cukup aku istri yang kau sakiti, Brian." jawab Jane.“Jane… jadi kau benar-benar ingin berpisah denganku dan ingin meninggalkanku? Apa kau ingin melihat aku hanc
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa