Sebuah mobil mewah berhenti di depan halaman rumah yang terlihat biasa—jauh dari kata mewah. Dua orang wanita di dalam mobil memperhatikan keadaan sekitar dengan seksama.“Bos, kau yakin ingin tinggal di sini untuk sementara waktu? Tidakkah lebih baik kau tinggal bersamaku di apartemenku? Aku tidak bisa membayangkanmu tidur di dalamnya, Bos.” Dengan mata yang masih berkeliaran dan tubuh yang masih bergidik memandangi rumah Bryan, Julia menginterupsi keputusan bosnya itu.Sebelumnya, Jane bertanya dan meminta izin tinggal bersama Bryan sementara waktu. Dan ayahnya Lizzie menerima permintaan itu setelah berpikir beberapa saat. Di sinilah akhirnya mereka.“Kalau aku tinggal di tempatmu, tentu saja suamimu akan tidak nyaman. Pria itu juga pasti akan mendatangi rumahmu dan membuat keributan untuk menyeretku pulang. Aku tidak ingin menimbulkan masalah untukmu, Julia.” Jane menjawab tenang.“Kalau begitu aku akan mencarikan apartemen lain untukmu, Bos. Jangan di sini. Tempat ini begitu menye
"Ada keperluan apa kau di sini?” Mia menambahkan pertanyaannya.Wanita itu tersenyum, “Aku ingin melihat dan membawa putriku dari sini.” jawabnya dengan senyuman yang semakin lebar.“Putrimu? Anak yang mana?” tanya Mia. Seingatnya, ia mengenal para ibu yang anaknya dititipkan di Daycare, hanya ibunya Lizzie saja yang ia tidak tahu.Tidak mungkin dia ibunya Lizzie, kan?Mia mengatakan itu dalam hatinya. Tapi nyatanya ia harus terperangah lagi dengan jawaban wanita di hadapannya itu.“Aku Shelly, ibu bayi yang kau peluk sekarang.” Wanita bernama Shelly itu mengulurkan tangannya ke Mia, “Aku ibunya Lizzie, Nona.” sambungnya sambil tersenyum lebar.Mata Mia terbuka lebar, ‘D-dia ibunya Lizzie? Itu artinya dia adalah mantan istri Bryan? Jadi, dia yang tadi malam membuat Bryan pergi dariku?’ tanya Mia dalam hati. Matanya terasa panas, pertanda akan menangis.“Halo, Nona? Apa kau mendengarku?” Shelly memanggil Mia yang langsung mematung–melamun.“Ah, ya?”“Ya… apa kau mendengarku tadi? Aku i
“Silakan masuk, ruangannya sudah lebih baik dari sebelumnya.” Bryan mempersilahkan Jane masuk, “Kau juga boleh masuk, Nyonya Julia. Tapi jika kau berkenan,” sambungnya ramah pada Julia yang di belakang Jane.“Terima kasih, tapi sepertinya aku tidak bisa, Tuan Bryan. Bos memberiku banyak tugas untuk diselesaikan segera.” Julia menjawab sungkan pada Bryan sebelum memanggil Jane yang sudah lebih dulu melangkah masuk, “Bos, aku pergi sekarang. Nanti aku akan mengabarimu.” sambungnya pada Jane.Jane mengangguk pelan, “Hmm, hati-hati di jalan, Julia.” ucapnya dan membuat Julia langsung pergi dari hadapan mereka.“Aku akan mengantarkan Nyonya Julia sampai depan.” Bryan berucap singkat sebelum langsung beranjak dari Jane. Ada Jane di rumahnya membuat Bryan sangat canggung. Dia bingung harus melakukan apa, jadi sebisa mungkin ia harus mencari alasan.Di halaman depan, Julia sudah tidak ada beserta mobilnya, tapi Bryan sebenarnya belum ingin masuk, “Apa yang harus kulakukan? Situasi ini membuat
Canggung tapi juga hendak tertawa melihat kepanikan Jane yang begitu takut pada seekor kecoa yang ukurannya beribu kali lebih kecil darinya. Wanita itu bahkan mengabaikan tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun, menempel tanpa pembatas pada dada Bryan.Tapi dari kesemuanya itu, yang jelas kini Bryan harus menahan hasrat kelelakiannya yang otomatis muncul karena tingkah Jane.“Jane, sudah. Tenanglah… Kecoanya sudah tidak ada.” Bryan mencoba memanggil Jane yang terus bergelinjang ketakutan memeluk Bryan, “Jane, kau tidak mendengarku? Buka matamu dan lihat dulu.” panggilnya lagi saat mengira Jane tidak mendengarkannya. Setelah itu barulah Jane tersadar, “Sudah pergi?” tanya Jane yang masih dengan ragu menoleh pada sekitar.“Ya, sudah terbang jauh.” Bryan menyahut, “Dan… bisakah kau turun dan memakai handuknya Lizzie dulu. Sepertinya ini… agak—”Jane memekik seketika saat menyadari kalau posisinya dengan Bryan saat ini sangatlah tidak pantas. Ia langsung melepaskan tangannya dari leher Bry
“Apa kau sadar apa yang sudah kau katakan, Jane? Apapun itu, kalimatmu membuatku semakin kacau.” Bryan menanggapi. Kali ini ekspresinya sangat serius.“Seperti apa itu? Aku tidak tahu di mana salahku sampai bisa membuatmu kacau. Apa karena aku sangat merepotkan untukmu? Aku yang selalu menjadi bebanmu? Katakan bagian mana yang membuatmu kacau. Aku ingin tahu.” Jane mendesak ingin tahu apa yang Bryan rasakan padanya.“Aku mencintaimu, Jane!” Bryan menjawab tegas dan menghentikan desakan Jane, “Tapi sayangnya, wanita yang kucintai ini adalah istri pria lain. Itu yang membuatku kacau. Dan parahnya, wanita yang kucintai ini tetap diam sekalipun berulang kali dihancurkan suaminya!” sambungan kalimat Bryan jelas berisi kekesalan. Jane semakin menunduk.Suasana hening. Baik Jane ataupun Bryan tidak mengatakan apapun, bahkan suara getaran ponsel Bryan malah lebih mendominasi dan menarik perhatian keduanya.“Aku akan mengangkat panggilan dulu.” ucapnya sambil lmenoleh pada layar ponselnya, “In
"Hati-hati, Nak!" ucap si pria korban perampokan yang ada di jarak beberapa langkah di belakang Bryan.Bryan yang lengah dan sempat menoleh ke panggilan pria tadi, terkena sabetan pisau di lengan atas tangan kanannya.Bryan tersentak dan mundur seketika. Ia memeriksa kain baju di lengannya yang robek dan mengeluarkan darah. Bryan menjadi geram dan menolehkan perhatiannya lagi ke arah pria pencuri itu."Aku sudah memperingatkanmu, kan?” Bryan membentak pria tersebut."Kenapa? Kau ingin menangis di ketiak ibumu? Ayo, lawan aku sekarang!" balas pria pencuri tanpa rasa bersalah.Bryan semakin marah dengan tanggapan pria tersebut. Tanpa banyak membuang waktu dan merasa pencuri itu tidak dapat diberitahu dengan baik, Bryan tidak berkompromi lagi.Ia berjalan tegas mendekati si pencuri yang terlihat tertawa meremehkannya. Dengan sangat hati-hati menghindari sabetan pisau di tangan pria tersebut, Bryan berhasil mencari celah, yaitu daerah lutut pria itu.Bryan menendang kaki pria itu dari sam
‘Bryan, aku minta maaf. Bisakah Lizzie tidak diantar dulu ke DayCare? Aku sedang tidak bisa membuka tempat bibiku itu. Aku harus menghadiri pertemuan calon bidan yang diadakan di luar kota,’‘Aku juga sudah menghubungi orang tua anak-anak lainnya pagi-pagi sekali tadi.’‘Maafkan aku, Bryan. Aku juga baru menerima kabar dadakan ini. Aku akan mentraktirmu makan di rumah setelah aku kembali dari luar kota.’‘Dan, jangan nakal, ya! Aku mencintaimu…’Sudut senyuman melengkung terlihat di wajah Bryan setelah membaca beberapa balon pesan dari Mia, terlebih di kalimat terakhir. Itu membuat hati Bryan terasa diremas rasa bersalah.“Da-da!” Bryan menoleh ke arah suara indah yang menjadi favoritnya. Itu panggilan spesial dari Lizzie untuk ayahnya.Sang ayah hebat segera menoleh pada Lizzie yang saat ini tengah digendong Jane.“Kenapa melamun? Ada apa?” Jane bertanya tentang ekspresi Bryan yang tersenyum aneh.“Bukan apa-apa. Ini dari pengasuh Lizzie di DayCare. Dia bilang untuk beberapa waktu a
‘Aku akan menunggumu datang ke Riverside Cafe saat makan siang. Kalau kau tidak datang, aku yang akan menjemput ke rumah. Aku tahu kau ada di sana bersama bayi kita, Bryan-ku sayang…’Beberapa kalimat sudah diketik dan dikirimkan langsung ke nomor Bryan. Tidak lupa, ia juga membubuhi emoticon ‘kiss love’ di balon chat selanjutnya. Shelly memasukkan ponselnya ke dalam tas, lalu menurunkan–mengenakan kaca mata hitam yang semula bertengger sebagai bando rambutnya. Ia menatap sekilas suasana DayCare yang sunyi. Padahal seminggu yang lalu dirinya mendapatkan penghinaan dari Mia, pengasuh putrinya.Padahal dulu kau seorang pria yang bukan apa-apa kalau aku tidak menjadi kekasihmu, Bryan. Kau berkulit gelap dan dekil, terlebih miskin. Hanya tubuhmu yang tegap dan senjatamu yang luar biasa yang membuatku mengajakmu berkencan dulu. Tapi sekarang kau memiliki hubungan dengan wanita muda yang bahkan tidak memberiku kesempatan melihat bayiku. Aku perlu membuat perhitungan denganmu, Bryan…Denga
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa