“Aku mencintaimu, Jane.” ucap Bryan dengan berani, tapi Jane malah menaikkan alisnya, masih bingung, “Aku sudah bisa menjawab kebingunganku tentang perasaanku padamu. Saat ini aku sangat yakin untuk mengakui kalau aku mencintaimu.”Setelah beberapa kalimat pernyataan cinta dari Bryan tersebut, barulah Jane mengerti kalau saat ini pria yang disukainya itu menyatakan cinta dengan keyakinan penuh, “Jadi akhirnya kau mengakui?”Keduanya tersenyum tanpa mengalihkan pandangan satu sama lain.“Ya, aku mencintaimu. Mungkin sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah memiliki ketertarikan padamu, dan semua itu tumbuh menjadi perasaan yang lebih besar seiring banyaknya kejadian dan juga berjalannya waktu.”“Kali ini aku yakin, kalau aku benar-benar mencintaimu. Aku tidak akan membuatmu bingung lagi dengan sikapku. Aku ingin menjalin hubungan yang serius bersamamu.”“Tapi semuanya pasti butuh waktu, kan? Kau belum bercerai dengan pria itu dan pastinya kau masih sangat mencintainya. Menyukaiku saj
Semuanya berjalan dengan baik setelah Jane dan Bryan menyatakan perasaannya. Tidak membutuhkan waktu lama, Jane mengatur pertemuan Tuan Steven dengan Bryan.Tidak pernah Bryan bayangkan sebelumnya, ternyata pria hampir tua yang pernah ia tolong adalah ayahnya Jane.Tuan Steven yang sebelumnya juga menyelidiki dan mendapati masa lalu pria yang dicintai putrinya itu, semakin menaruh simpati besar pada Bryan setelah berbincang banyak dengan Bryan sebagai pria dewasa yang begitu peduli dengan masa depan Jane.Tidak karena cerita Jane yang membesar-besarkan Bryan pada ayahnya, Tuan Steven yang pernah melihat kebaikan Bryan secara langsung, tidak merasa perlu mendengarkan siapa pun untuk memutuskan kalau Bryan layak menjadi menantunya.Mengingat masa lalu Bryan yang seorang anggota kepolisian, Tuan Steven memberikan sebuah badan usaha kecil yang berhubungan dengan keamanan pada Bryan. Itupun juga karena Bryan sangat menolak diberikan privillage berlebihan dari calon mertuanya itu.Bryan dit
Baru setengah jam Jane terlelap dan memasuki nyamannya mimpi, suara pintu yang ditutup membangunkan Jane."Bryan, sedang apa kau di sini?" tanya Jane kaget saat melihat Bryan sudah ada di dalam kamarnya. Pasalnya, sejak awal Bryan memilih mengambil kamar berbeda.Perlu diketahui, sekalipun mereka hidup bersama dalam satu atap, tapi keduanya tidak tidur di kamar yang sama. Pendirian dan prinsip Bryan yang ‘kuno’ menegaskannya kalau tidak ada hubungan badan sebelum keduanya menikah nanti.Bryan menegaskan pada Jane kalau dirinya begitu menghargai Jane sebagai wanita sempurna dan berharga. Ia tidak ingin mengotori hubungan mereka dengan nafsu. Ayahnya Lizzie itu ingin menjalani hubungan yang berbeda dari sebelumnya bersama Shelly, dengan Jane saat ini. Jadi, sebisa mungkin Bryan menahan hasrat kelelakiannya pada Jane saat mereka berada di momentum mesra, sekalipun rasanya begitu sulit."Ada kesalahan dengan kamarku. Ternyata kamar yang kupesan sudah dibooking jauh hari oleh orang lain. J
Saking tenang dan nyamannya tidur di pangkuan Bryan, Jane merasa malam berganti dengan cepat. Hari sudah pagi saat matanya terbuka. Dan saat membuka mata, ia sudah disuguhkan wajah tampan Bryan yang tidur menghadapnya sambil menggenggam tangannya erat. Jane tidak menyangka, paginya akan seindah seperti ini. Sepanjang ia tertidur, tanganya selalu digenggam Bryan dengan erat tanpa terjadi hal yang tidak-tidak di bayangan Jane. "Kalau terus diperhatikan seperti ini, aku merasa ketampananku bertambah seratus kali lipat." ucap Bryan dengan mata tertutup namun senyumnya mengembang senang. "Kau sudah bangun? Ya ampun, kau mengerjaiku." omel Jane setelah tertangkap basah memandangi wajah Bryan. "Kau tidur sangat nyenyak sekali, aku tidak ingin mengusikmu. Lagi pula kalau kau sudah bangun, aku tidak bisa puas seperti ini memandangi wajah cantikmu yang sedang tidur." jawab Bryan tersenyum dan membuka mata. Bryan terlihat merogohkan tangan ke bawah bantalnya dan mengambil ponsel untuk ditu
Waktu memang tidak akan terasa ketika seseorang larut dalam pekerjaan. Begitu pula yang dialami Bryan sampai tanpa sadar ia melupakan Jane sesaat. Pria tampan dan gagah kini terlihat cemas karena tidak melihat Jane sama sekali di sekitar meja makan semula.Ia beranjak dan bergegas mencari Jane, tapi yang terlihat hanyalah Julia dan beberapa rekannya, "Nona Julia, apa kau tahu di mana Jane sekarang? Aku tidak melihatnya di mana pun.” tanya Bryan pada asisten sekaligus sahabat Jane itu.“Ya ampun, baru sebentar saja tidak melihat calon istrinya, dia sudah panik seperti itu, hihi.” celetuk rekan kerja Julia yang merasa sikap Bryan kali ini begitu lucu.“Diamlah, jangan mengejeknya lagi. Lihatlah itu, wajah calon bos baru kita sudah sangat pucat. Dia takut Bos Jane lari,” Julia menambah ejekannya, tapi Bryan tahu kalau itu hanyalah bercanda. Julia memang seperti itu sejak awal mereka bertemu.“Jadi, bisakah aku tahu di mana Jane?” Bryan mengulangi pertanyaannya.“Jane di bar hotel. Susul
"Cukup!" tegas Jane yang seketika melepaskan genggaman tangan Keddan darinya, "Aku serius dengan yang kukatakan padamu. Aku sudah memiliki pria hebat bersamaku dan kami akan menikah."“Apa yang kau katakan tadi? Aku tidak perlu melakukan apapun untuk mencari uang? Keddan, aku tidak membutuhkan uang. Sekarang aku adalah seorang presiden direktur AoS Fashion. Kua kira aku membutuhkan pria yang hanya untuk menghasilkan uang? Tidak sama sekali.”"Kami menikah bukan karena materi, tapi karena kami saling mencintai. Ya, aku tidak kekurangan materi dunia. Yang aku kan hanyalah cintanya. Cinta tulus dari pria sejati."“Bagaimana kau tahu kalau pria itu tulus mencintaimu dan bukan karena uangmu? Kau terdengar sangat naif, Jane. Aku yakin kau akan kecewa lagi nanti, sama seperti saat kau menerima Harry bajingan itu.” Keddan tampak tidak bisa menerima penolakan dan malah menyamakan Bryan dengan Harry."Dan teruskan saja anggapanmu, aku sama sekali tidak bermaksud menyangkal. Karena apapun yang k
Bryan dan Jane meninggalkan Jepang setelah Presiden Direktur AoS Fashion itu selesiai dengan misinya. Sepanjang jalan menuju bandara, Bryan terus tersenyum bahagia sembari menggenggam erat tangan wanita yang dicintainya itu."Bryan, tanganku terasa pegal karena kau terus menggenggam dengan kuat. Aku tidak akan lari ke manapun, huh." Jane mengeluh kesakitan pada tangannya. Serasa kebas sudah karena sejak menaiki taksi Bryan selalu mendekap tangannya.“Pegal? Baiklah, kemarikan agar aku bisa memijatnya. Tapi jangan pernah menyuruhku untuk melepaskan tanganmu, Jane.” jawab Bryan yang seakan menolak melepaskan tangannya.“Kau ini kenapa? Sejak pertemuanku dengan teman lama, kau bersikap lebih manja dari pada Lizzie. Kau tidak merasa kau adalah bayi besar yang manja?” sahut Jane sembari tersenyum.“Biarkan aku terus seperti ini, Sayang. Untuk saat ini, sebelum pernikahan, aku hanya bisa melakukan ini. Aku seperti termakan sumpahku sendiri yang tidak akan menyentuhmu sampai waktunya tiba.”
Waktu terasa singkat sekali, dua hari sibuk berlalu begitu saja. Sesuai tanggal yang ditetapkan Bryan dan Jane, pernikahan akhirnya akan segera terjadi. Rencana awal pernikahan yang hanya akan dilakukan di kantor catatan sipil, berganti dilakukan di gedung mewah sebuah hotel ternama.Dekorasi sederhana namun tetap megah mulai menghiasi setiap sudut ruangan. Tapi tentu saja, tidak ada yang sesederhana apapun untuk pengantin wanita yang notabene seorang Presiden Direktur brand fashion ternama di negara itu. Sudah pasti acara itu terlihat ‘wah’ di mata setiap orang.Penata rias yang bertugas merias Jane tengah memberikan sentuhan akhir di wajah Jane saat Tuan Steven masuk ke kamar rias pengantin itu.Beliau menangis saat melihat betapa cantik Jane-nya ini. Dan bayangan masa lalu kelam sang putri kembali terekam di benaknya.Tepukan lembut dirasakan Tuan Steven dari belakang. Itu asistennya—Paman Tim."Ketua, kalau anda terus menangis seperti ini, kapan acaranya akan dimulai?" ucap Paman
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa