Bryan mengepalkan tangannya kuat di kemudi. Ia sangat berusaha menutup telinganya dari suara-suara menjijikkan Harry di sela permintaan melepaskan dari Jane. Ia mulai melajukan mobil.“Harry, kumohon... Ini memalukan. Kau tidak bisa melakukan ini padaku sekalipun aku istrimu. Ini pemerkosaan namanya!” Jane kembali melawan sekuat, tapi usahanya masih percuma.“Kenapa? Apa kau benar-benar takut kalau pria simpananmu melihatmu mendesah karena berhubungan dengan suamimu sendiri? Ayolah, Jane. Ini menyenangkan melihat wajahnya memerah karena malu melihatmu, hahaha.” Harry menjawab dengan ejekan, “Atau... dia malah menikmati dan segera berfantasi liar di pikiran kotornya itu?” sambungnya.“Harry!” Jane membentak dan langsung menampar suaminya itu. Seketika suasana hening. Telinga Harry pun berdenging. Tidak hanya Harry, Bryan pun membelalakkan matanya dan sontak melihat apa yang terjadi di belakang dengan melirik spion depan.“Wanita murahan! Kau berani memukul suami sendiri di depan pria s
“Ini adalah permintaan maafku yang tulus, mohon maafkan aku. Saat itu aku memang benar-benar ketakutan. Hujan besar membuat suara apapun tidak terdengar. Dan saat aku mengecek kembali kamar bayi, aku melihatmu.”“Pandangan awal tentangmu dariku memang buruk. Di desa tempatku berasal, pria bertubuh besar sepertimu banyak menjadi preman dan kasar. Tidak ada pernah kutemui pria besar sepertimu menyayangi anak kecil, jadi aku tidak percaya denganmu, walaupun bibiku sudah menjelaskan sebaik dan sesopan apa anda, Tuan Bryan.”“Kedatanganmu kemarin semakin membuatku yakin dengan pemikiran kau hanya memakai kedok sebagai ayahnya Lizzie dengan maksud akan menculik bayi lain di sini untuk dijual. Tapi yang terjadi malah sebaiknya, kau bahkan tidak membalas memukulku meskipun aku berulang kali memukulmu.”“Sekali lagi maafkan aku. Tolong maafkan aku. Dan terima kasih karena tidak mempermasalahkanku pada Bibi Katty.”Mia menyambung maksud permintaan maafnya dengan jelas dan tulus, membuat Bryan m
Ucapan yang dikeluarkan jin seketika petir menyambar di telinga Nyonya beti. Menantu perempuan yang selalu menerima apapun yang ia katakan meskipun harus diawali dengan argumentasi, kini terlihat berbeda. Jane berdiri dari duduknya dan kembali ke meja kerjanya, “Aku memiliki banyak sekali pekerjaan mah jadi aku tidak bisa membahas hal omong kosong yang Mama bawa ke sini.” Setelah merapikan beberapa berkas di atas meja dan berjalan menuju ke arah pintu, tapi ia tetap menoleh pada ibu mertuanya sebelum bicara, “Kalau Mama masih ingin di sini, tinggallah lebih lama dan nikmati waktu santai Mama. Aku akan menghadiri rapat dulu. Mungkin Harry juga akan ada di sana. Aku akan mengatakan kalau Mama di ruanganku.” Setelah berucap tenang seperti tadi, Jane pergi dan menghilang di balik pintu yang kembali tertutup rapat. Nyonya Betty yang sempat berdiri mendengar ucapan menantunya, setelah Jane tidak di sana lagi, tubuhnya berangsur lemas. Tubuhnya ia jatuhkan ke sofa di tempatnya duduk sebel
10 tahun yang lalu, di mana saat itu Jane masih sebagai salah satu mahasiswa fakultas jurusan Fashion Design, jauh sebelum adanya Aos Fashion dan orang tuanya hanya memiliki sebuah butik pakaian hasil kreasi sang ibu–Nyonya Rose Folk. Bersama Tuan Hyde suaminya sebagai pengatur operasional toko, keduanya mengolah butik mereka hingga memiliki banyak langganan tetap.Seiring berjalannya waktu, butik mereka berkembang. Mereka mulai membuka toko cabang di mall-mall besar di ibu kota. Keluarga Tuan Hyde nyaris di puncak jaya. Namun, malang tidak berbau. Di puncak jayanya, Nyonya Rose jatuh sakit karena kelelahan, dan malangnya wanita penyayang itu meninggal. Baik Tuan Hyde dan Jane begitu terpukul. Tuan Hyde bahkan sampai seperti kehilangan keinginan hidup. Tidak ingin makan, minum, atau apapun, beliau hanya ingin diam. Ditinggalkan istri tercintanya membuat hidupnya terasa mati.Jane juga begitu hancur. Ibunya meninggal, ayahnya kehilangan nafsu hidup, dan bisnis yang dibangun susah paya
Di malam yang sama tapi di tempat yang berbeda, tepatnya di DayCare milik Nyonya Katty…“Selamat makan!” Mia bersorak senang sebelum membuka mangkuk-mangkuk berisi makanan yang sudah ia siapkan untuk Bryan. Sup jamur, ayam panggang, dan juga kepiting saus tiram terlihat begitu menggiurkan di hadapan Bryan.“Kau yang memasak semua ini, Mia?” tanya Bryan yang begitu takjub. Air liurnya bahkan hampir menetes membayangkan betapa lezatnya makanan yang tersaji untuknya itu, “Apa benar gadis manja ini bisa memasak semua makanan ini? Ah, aku curiga Nyonya Katty yang memasaknya.” guraunya.Mia mengangguk sambil tersenyum, “Aku tidak berbohong, semua ini aku yang memasak. Setelah ayahku meninggal, di rumah kami bukan ibuku yang memasak, tapi aku. Tangannya kanannya mengalami stroke ringan dan sulit melakukan banyak kegiatan. Jadi ibuku mengajari aku cara memasak yang benar sebelum kami berpisah. Aku ke kota dan ibu tinggal dengan nenekku di desa tetangga.”“Dan tiga makanan ini adalah makanan k
Mendengar suara Jane meminta tolong singkat sebelum tidak terdengar suara apapun lagi dari sana, membuat Bryan mematung seketika. Ia mematikan ponselnya dan bergegas mendatangi Mia.“Mia, maafkan aku. Aku harus pergi. Ini urusan mendesak.” ucapnya pada Mia. Bryan melewati Mia dan menyambar–memakai jaket kulitnya, “Aku akan menghubungimu nanti.” sambungnya cepat sebelum berlalu meninggalkan wanita yang baru saja menyatakan perasaannya itu.Melihat Bryan yang tergesa tanpa menanggapi pernyataan cintanya sebelum pergi membuat Mia kecewa. Air matanya tidak terbendung karena perasaannya sedang bingung. Sesaat tadi–saat berciuman–Bryan seperti menerima perasaannya. Namun, melihatnya mengubah ekspresi setelah menyebutkan nama wanita lainnya membuat Mia sedih.‘Sepenting itukah wanita yang menelepon Bryan daripada aku yang baru saja menyatakan perasaanku?’ lirihnya bergumam dalam hati.Mia kini berjalan lemas menuju box bayi di mana Lizzie tidur. Ia tersenyum getir sambil memandangi wajah pol
Beberapa jam sudah berlalu, mengantarkan malam berganti pagi. Suara 'beeb' yang beraturan, aroma khas yang menusuk hidung, ditambah dengan ruangan yang serba putih di penglihatannya yang mulai terbuka. Jane meyakini ia ada di rumah sakit.Jane kembali mengingat kejadian sebelumnya. Ia menyadari keadaan yang menyebabkannya bisa sampai terbaring di ranjang pasien rumah sakit. Tapi ia belum tahu siapa yang membawanya sampai ke sana saat ini. Siapapun orangnya, yang pasti bukanlah Harry. Memikirkan itu membuatnya melelehkan air mata.Jane menangis terisak tanpa menyadari ada seseorang yang ikut patah hati melihatnya sehancur itu.Bryan berjalan perlahan, mendekat ke ranjang Jane dan mulai mengulurkan tangan—menyentuh tangan Jane, “Kau sudah bangun?” tanyanya pelan.Jane menoleh ke samping. Air matanya semakin deras mengalir saat mengetahui kalau Bryan-lah yang duduk di sampingnya saat ini, “Kau yang menolongku dan membawaku ke sini?” tanya Jane yang segera mendapatkan anggukan pelan Bryan
Sebuah mobil mewah berhenti di depan halaman rumah yang terlihat biasa—jauh dari kata mewah. Dua orang wanita di dalam mobil memperhatikan keadaan sekitar dengan seksama.“Bos, kau yakin ingin tinggal di sini untuk sementara waktu? Tidakkah lebih baik kau tinggal bersamaku di apartemenku? Aku tidak bisa membayangkanmu tidur di dalamnya, Bos.” Dengan mata yang masih berkeliaran dan tubuh yang masih bergidik memandangi rumah Bryan, Julia menginterupsi keputusan bosnya itu.Sebelumnya, Jane bertanya dan meminta izin tinggal bersama Bryan sementara waktu. Dan ayahnya Lizzie menerima permintaan itu setelah berpikir beberapa saat. Di sinilah akhirnya mereka.“Kalau aku tinggal di tempatmu, tentu saja suamimu akan tidak nyaman. Pria itu juga pasti akan mendatangi rumahmu dan membuat keributan untuk menyeretku pulang. Aku tidak ingin menimbulkan masalah untukmu, Julia.” Jane menjawab tenang.“Kalau begitu aku akan mencarikan apartemen lain untukmu, Bos. Jangan di sini. Tempat ini begitu menye
Di sebuah tempat bernama Taman Eden, Bryan sedang merekam keceriaan sambil mengawasi Sunny dan Shine yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di padang rumput indah di sana. Para pria kecil tampan itu kini genap berusia dua tahun.Sunny dengan rambut hitam sedikit ikal khas ayahnya, berlari mengejar kupu-kupu yang sempat hinggap di ujung rambut coklat adiknya–Shine. Mereka kembar identik dengan semua kemiripan yang nyaris sama. Hanya warna rambut mereka yang membedakan keduanya. Sunny berwarna rambut si ayah, sedangkan Shine memiliki tipe dan warna rambut ibu mereka.Lalu, di mana Jane saat ini?Jane masih di kawasan yang sama. Ia ditemani Lizzie yang saat ini berdandan cantik seperti sang mama. Si cantik Lizzie menaruh seikat bunga mawar putih di atas sebuah pusara yang terdapat foto wanita yang kecantikannya mirip Jane.“Ibu, aku datang. Maaf karena lama sekali aku tidak mengunjungi Ibu.” ucap Jane sambil memandangi foto ibunya lalu ke arah Lizzie, “Tapi kali ini ak
“Hi, welcome back to my channel! Super Dad kembali menyapa kalian, haha! Bagaimana kabar kalian semua, huh?” Dengan headphone menutupi telinga, Bryan duduk di depan layar komputernya, menyapa para penonton dunia maya yang saat ini sedang berinteraksi dengannya. Ya, setelah dua bulan lamanya hiatus, Bryan baru kembali membuka live-nya lagi. Itu juga karena bujukan Jane setelah Mia merengek padanya agar Bryan mau melakukan Live lagi. Mia dan Miquel kelimpungan menanggapi para klien yang produknya harus segera direview secara live oleh Bryan.Alasan Bryan menolak tidak melakukan live karena ia sedang menikmati masa indahnya mengurus si kembar. Ia tidak ingin diganggu saat memerankan tokoh ayah hebat bagi Lizzie, Sunny, dan Shine.‘Akh, Papa Lizzie! I miss U so much!’‘Woah, papa superku akhirnya kembali!’‘Bryan sayang, kenapa kau baru muncul?’‘Seratus penonton pertama hadir!’‘Bla… bla… bla…’Bryan tersenyum membaca satu-persatu komentar di kolom chat yang membanjiri live-nya saat in
Berkat usaha Bryan yang terus menghujani Jane dengan cintanya sepanjang malam saat itu, Jane akhirnya mengandung bahkan dua sekaligus. Hari ini si kembar pun telah dilahirkan dengan sehat dan selamat, berikut sang ibu yang sudah merasa lebih baik.Ternyata, perpisahan itu tidak selamanya menjadi duka. Buktinya, kepergian Bryan saat itu masih meninggalkan kebahagiaan di rahim Jane sehingga membuatnya masih bisa bertahan dalam kesepian.Harry juga meninggal, menambah duka besar untuk Jane. Tapi itu adalah takdir yang memang harus berjalan.Umur Harry sudah ditakdirkan berakhir, dan bersamaan dengan itu datang kebahagiaan baru bagi Jane. Bryan kembali dan bayi kembar mereka lahir ke dunia, menggantikan sakit, duka, dan hancurnya hati Jane selama berbulan-bulan.Ya, kini hari berjalan seperti semula. Bahagia, ceria, dan penuh cinta. Terlebih dengan hadirnya dua bayi tampan di keluarga mereka. Kebahagiaan mereka terasa lengkap dan sempurna.*** Pagi-pagi sekali ruangan di mana Jane dirawa
Bryan terkulai lemas dan menjatuhkan kasar tubuhnya ke sandaran bangku taman. Tanpa suara untuk menanggapi, tanpa suara isakan tangis, Bryan memejamkan matanya hingga air mata itu tumpah mengalir dengan derasnya."Sekarang kau sudah tahu fakta yang sebenarnya, kan? Temani Jane yang pasti membutuhkanmu di sampingnya, Bryan." ucap Tuan Steven sembari menepuk lutut Bryan sebelum pergi meninggalkan menantunya itu.Baru saja orang tua itu ingin beranjak dari sana, suara kegaduhan terdengar dari arah rumah duka. Nampak di sana banyak orang yang sibuk dan panik. Tidak lama, terlihat beberapa pria membopong seseorang yang sepertinya pingsan.Mata Tuan Steven segera melebar kala menyadari orang yang dibopong keluar dari rumah duka adalah putrinya sendiri.“Bryan, cepat ke sini!” panggilnya pada Bryan yang segera terkesiap saat menyadari keadaan. Ia berlari sekuat mungkin untuk menghampiri kerumunan orang yang membopong istrinya.“Jane, kau kenapa, Sayang? Buka matamu dan lihat aku, Jane!” pang
‘Bryan, Harry sudah tidur dengan tenang…’Ucapan Paman Tim lewat panggilan tersebut membuat Bryan menghentikan niat awalnya yang ingin langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Ia masih insecure pada dirinya sendiri untuk berhadapan dengan Jane lagi."Jangan bercanda, Paman. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak baik bercanda seperti ini, Paman,” ucap Bryan menyangkal tidak percaya saking terkejutnya.Bryan terus diam sembari mendengarkan ucapan demi ucapan yang Paman Tim ceritakan padanya. Demi apapun, saat ini tubuh Bryan bak tidak bertulang. Bagaimana mungkin Harry benar-benar meninggalkan. Jane seperti itu, sementara dirinya sudah merelakan Jane padanya? Setidaknya Harry harus sehat kembali dan hidup baik dengan Jane. Bryan sungguh tidak dapat menerima kabar sedih itu.Setelah mendengar hal itu, Bryan memutuskan untuk datang kembali ke London dan melihat langsung keadaan suasana duka di sana. Bersama Mia dan Miguel yang membawa Lizzie.Seperti apa hancurnya hati Bryan saat ini han
“Tuan Bryan, aku sudah membuat reservasi. Aku seorang penggemarmu. Ayo, duduk bersama di mejaku saja!”“Tuan Bryan. Kumohon berfoto denganku. Aku fans-mu, Papa Lizzie!”“Ya Tuhan, kau lebih gagah dari yang kulihat di Youyube!”“Lizzie, Sayang. Aku ingin menjadi ibumu! Akh!!!”Banyak sorakan dari banyak penggemar yang kesemuanya nyaris wanita. Semuanya berteriak memanggil sosok pria tampan nan gagah yang saat ini menggendong bayi satu tahun setengah di pelukannya.Ya, pria itu tentu saja Bryan dan Lizzie. Kini mereka menjadi pusat perhatian dari para penggemarnya saat baru saja memasuki area wawancara yang diadakan di sebuah mall terkenal di kota kelahiran Lizzie.Setelah berpisah dari Jane dan pergi dari kehidupan mewah, Bryan membawa Lizzie kembali ke negara asal Bryan. Di sana ia memulai kembali hidupnya bersama putri kecilnya.Mulai lagi dari titik nol seperti dulu, tapi pria itu tidak menjadi buruh konstruksi seperti dulu, melainkan membuka usaha sendiri dengan uang tabungan yang
Sebenarnya hidup mereka sempurna jika tidak diselingi konflik batin Harry hingga menyebabkan perpisahan. Seharusnya mereka akan baik-baik saja dan melewatkan moment-moment berharga yang bahagia.Waktu terus berjalan… Seperti halnya hidup orang lain… Jane dan Harry melewati masa naik dan turun.Tapi setelah mengalami masa-masa sulit itu, mereka menyadari satu hal.Terkadang kehidupan harus membiarkan manusia mengacaukan semuanya. Karena dengan begitu, manusia baru bisa melihat setiap kegagalan, kesedihan, dan patah hati itu seperti apa rasanya dalam hidup ini.Jika tidak seperti itu, manusia tidak akan dapat menghargai setiap tawa, cinta, dan kebersamaan dengan orang-orang tersayang mereka. Agar setelahnya, manusia bisa hidup lebih baik dan bahagia…Hari terus berganti tapi kondisi Harry semakin tidak memungkinkan. Dari menghilangnya daya penglihatan dan menurunnya daya ingat, Harry seperti bayi yang lahir dengan kelainan mental. Tidak merespon apapun, tidak bicara apapun, dan hanya te
Harry sudah didaftarkan sebagai salah satu pasien di salah satu rumah sakit penanganan Kanker di salah satu negara maju Eropa.Saat ini pengobatan Kanker Kelamin dapat dilakukan melalui berbagai cara di antaranya adalah melalui operasi, radioterapi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Salah satu pengobatan Kanker Kelamin adalah dengan obat antikanker atau biasa disebut kemoterapi.Dan saat ini Harry tengah tertidur di samping Jane yang terus menungguinya di sebelah ranjang pasien. Dilihat oleh Jane dengan seksama, wajah Harry yang semakin hari makin pucat dan kecil.Belakangan ini nafsu makan Harry terus berkurang. Harry hanya ingin sedikit makan dan lebih memilih banyak minum. Dan itu mungkin saja efek dari kemoterapi yang Harry ia jalankan.Sangat panjang sang dokter menjelaskan tentang kondisi Harry pada Jane selaku wali pasien, ditemani Dokter Sam yang menangani Harry, yang memang sudah menjadi temannya dan juga sebagai seorang yang terus memantau kesehatan Harry beberapa bulan
Beberapa hari sudah Harry dirawat intensif dan akhirnya ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa. Pihak keluarganya, terutama Nyonya Betty dan suaminya sudah berkunjung menjenguk putra mereka. Sekalipun mereka mendidik Harry dengan keras, api anak tetaplah anak. Keduanya turut bersedih dengan keadaan Harry saat ini.Jane bersama mereka, menceritakan semua yang ia tahu dan hadapi tentang Harry, berikut tentang kemandulan yang selama ini disalah sangka oleh keluarga Harry. Nyonya Betty dan suaminya tertunduk malu pada Jane dan juga Tuan Steven yang sudah beberapa hari di sana untuk menemani putrinya menjaga Harry. Kedua pasangan itu merasa bersalah dan menerima konsekuensi dari semua perbuatan buruk mereka pada Jane.Namun, Jane dan ayahnya yang pemaaf, tidak mempermasalahkan masa lalu. Hingga akhirnya semuanya sepakat untuk fokus pada penyembuhan Harry.Harry sendiri sudah sangat bahagia karena bisa merasakan rasanya dirawat dengan kelembutan oleh Jane lagi. Akan tetapi, saa