Akhirnya bisa bernapas lega ....terungkap sudah
Diana seperti namanya, ia hidup disetting sebagai seorang Princess. Ia lahir di keluarga yang masih sangat lekat dengan darah dan etiket bangsawannya, kemudian ia juga mendapat pendidikan seorang bangsawan, sehingga setiap perilakunya adalah perilaku bangsawan. Dari situlah ia tumbuh menjadi seorang wanita yang arogan, mau menang sendiri, dan tidak bisa dibantah, setiap keinginannya harus dituruti. Itulah kenapa Lorey tidak menyukainya. Yah, mereka berdua (Lorey dan Duana) menikah tak jauh-jauh dari bisnis. Sebenarnya dari pihak keluarga Alexander juga tahu bahwa Diana bukan seorang pasangan yang baik bagi Lorey, tetapi mereka sudah terlanjur menjodohkan anak-anak mereka bahkan sebelum mereka lahir. Sebenarnya perjodohan itu dari kakek Lorey dan berlaku untuk orang tuanya dan orang tua Diana. Namun, sayangnya dua keluarga itu hanya memiliki dua dan seorang putra, sehingga diturunkan ke keturunan yakni Lorey dan Diana. Tentu saja, Diana sangat menyukai Lorey yang seorang pria berdarah
Max sangat terkejut ketika melihat tubuh istrinya penuh dengan luka lebam yang sudah ditangani tetapi masih meninggalkan bekas di sana. Pantas saja beberapa kali ketika ia menyentuh istrinya, Lisa terlihat sangat kesakitan tetapi ia masih menahan. Kini Lisa sudah selesai menyusui baby Axel, makannya ia bisa menunjukkan lukanya pada sang suami. "Kenapa kamu selalu tutupi semuanya sendiri? Apakah aku nggak cukup mampu untuk melindungi kamu hanya arena sebuah kejujuran, ketika tubuh kamu saja disakiti ...." sesal Max merasa hancur. Lisa merasa sangat bersalah pada sang suami karena sudah menutupi semuanya. "Apakah kamu pikir aku seperti pria bodoh yang akan tetap membela ibunya yang sudah menyiksa istri yang ia nikahi dengan penuh cinta?" tanya Max lagi. Lisa menggeleng, "Aku minta maaf ...." ujarnya menitihkan air mata. "Aku nggak bermaksud buat kamu nggak berdaya, aku cuma nggak mau kamu sama ibu kamu gak baik." "Lis, hubungan kami memang nggak baik dari awal tapi, bukan berarti i
"By the way, lu ke sini mau ngapain lu?" tanya Max. "Pertanyaan lu kayak gak berharap banget gue ke sini," gumam Marchell sebelum menyesap tehnya. "Wih, enak nih teh merk apa?" Max memutar bola matanya kesal melihat Marchell yang kadang suka bertela-tele, "Cih, bukan gitu, Bro. Ya ampun sensi amat sih lu! Maksudnya kan elu tuh biasanya sibuk dan kata lu ini lebih penting. Nah hal pnting apa yang buat lo sampai jauh-jauh ke sini maksud gue?" Marcel pun tertawa, "Haha! Ada banyak hal yang harus gue selesein di sini, pertama ... ini tentang nyokap lu dan nyokap gue." Mendendengar itu Max agak terkejut, ia sudah lama tidak dengar tentang ibu Marchell dan ia jadi penasaran sekaligus takut karena Marchell menyebut Diana juga. "Gue tahu persis bahwa perselingkuhan antara Nyokap gue dan Bokap kita itu bukan hal yang bisa dibenarkan apapun alasannya, dan gue sadar diri akan hal itu. Makanya gue nggak pernah berambisi untuk masuk di keluarga Alexander dan milih hidup sendiri tanpa membawa n
Max dan Lisa saling tatap terkejut. "Siapa namanya?" tanya Marcell polos. "Nunum!" teriak Baby Axel tiba-tiba. "Ya, Hanum namanya," tambah Lisa. Anaknya yang mulai pandai bicara memang sering digendong oleh Hanum, terutama saat memilih baju, Hanum terus memaksa untuk bersama baby Axel meski awalnya bayi itu menolak. Namun, Hanum yang dasarnya suka anak-anak bisa menaklukkan hati sang bayi tampan itu. "Hanum?" tanya Marcel. "Iya ini Hanum, dia sahabat aku yang satu jurusan dan kami juga magang bersama di perusahaan Max." "Kalau boleh, apakah aku bisa lebih dekat dengannya?" "Hem ...." Lisa tersenyum kaku dan ia menoleh ke arah Max. "Gue bantuin deh tapi, kita harus pakai strategi cerdas dan itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang berani," ujar Max sok misterius. Lisa jadi curiga, Apa yang mau kalian lakukan sama sahabat aku?" tanyanya. "Tenang aja Lisa, Sayang. Dia nggak akan kenapa-napa tapi, dia akan ketemu jodohnya hahaha!" ujar Max gembira. Begitupun Marcel yang ikut te
Di rumah yang luas itu, rasanya sangat sempit tatkala Marcell terus meihat kebucinan dua sejoli yang baru nikah beberapa minggu itu. Bahkan keduanya tak menyadari eksistensi lain, malah sibuk peluk-pelukan, kadang Max nyosor di sembarang tempat. Sekarang, saat makan malam, Marcell juga harus disuguhkan dengan Marcell yang minta disupi. Kungkin sekali, sampai lima kali Marcell akan sabar tapi ini tak terhitung lagi. "Gue sebenernya mau ngomong dari kemarin ya, lu berdua keknya bener-bener gak menyadari eksistensi manusia lain ya di sini. Ada orang woy!" Max langsung ngakak mendengar protes Marcell, seolah puas membuat si jomblo terganggu. Sementara Lisa merasa malu karena ditegur kakak iparnya. "Iri bilang, Boss!" ledek Max. "Asu!" balas Marcell dalam bahasa Spanyol. Untunglah Lisa tak mengerti, tapi bukannya kapok, Max malah menikmati kondisi itu dan terus minta disuapi. Marcell masih di Indonesia, bukan untuk liburan tentu saja. Orang kaku seperti Marcell tidak sempat untuk l
Marcell melakukan seperti apa yang Max sarahkan agar terlihat alami. Saat keduanya masuk ke kantor, semua mata langsung tertuju pada mereka, dua orang tampan yang tidak kira-kira itu. Mereka mampu membuat semua mata tersihir untuk menatap ke arah mereka. "Mana orangnya?" tanya Marcell. Max hanya bisa menghela nafas dan kemudian mengajaknya masuk ke dalam lift khusus CEO. Di dalam lift Max meneruskan pembahasan mereka. "Hem, jadi lu mau pakai cara apa dulu?" "Gimana kalau gua pake cara kerjasama proyek aja? Kebetulan kantor gue lagi ngerencanain." "Tapi kan kantor kita ngurus kasus yang berbeda, Bro. Kantor yang ditempatin Hanum itu di kantor Beaty Bell, alias kantor untuk memproduksi produk kecantikan dan ini lu kan perusahaan konstruksi, mana bisa kita bekerja sama?" "Ya kan elu juga punya cabang kantor untuk kontruksi. Itu juga bisa jadi alasan sih, biar gue ke situ juga." Max tak habis pikir dengan otak kakak tirinya yang mendadak berhenti tatkala membicarakan soal cinta. "
"Lisa, kamu tahu nggak sih? Kemarin aku ketemu sama seseorang dan dia punya nama Alexander. Sebenarnya aku mau cerita ini semalam tapi, kamu nggak buka WA, jadi aku nggak jadi cerita," ujar Hanum. "Hehe! Maaf Num, biasalah tadinya yang aku malem-malam cuma tidur dan sama jaga Dede bayi, sekarang udah lain cerita." "Iya iya, Nyonya Alexander, aku tahu kok," ujar Hanum terkikik. "Hehehe, jadi maksud kamu cowok yang punya nama Alexander itu, siapa?" "Kalau nggak salah, namanya Marcell Alexander." Lisa terkejut, ternyata kakak iparnya sudah sat set menemui gadis impiannya. Ia hanya tersenyum yang tidak bisa dilihat oleh Hanum. "Oh, keknya itu Kakak iparku deh." "Kakaknya Pak Maxell?" "Iya, emang kamu ketemu di mana? Ngapain aja?" "Dih pertanyaannya. Gak ngapa-napain, aku waktu itu kan biasa lah ... anak baru suka dijadiin babu kan sama orang-orang kantor. Terus aku bawa kopi banyak banget kaan, nah dibantuin tuh sama orang itu. Orangnya baik banget sih, ngasih nasehat ke aku juga
Marcell memutar bola matanya ketika melihat panggilan dari Max. "Ngapain lu telepon gue?" tanyanya songong. "Ini nih, orang gak tau terima kasih. Lo di mana sekarang?" "Ya ... yang penting gue nggak di rumahnya orang yang lagi kasmaran, oke?" "Ya ampun, lu baperan sama gue dan istri gue?" tanya Max sembari tertawa ngakak. "Haha, ya enggak baper, cuman nggak nyaman aja. Anjir lu kalau mau mesra-mesraan jangan di depan karyawan lu juga kali." "Mereka fine-fine aja tuh." "Ya iyalah. Mereka fine-fine aja mereka nggak berani ngomong sama lu, Anjir! Dan lu sekarang ngomong Mmereka fine-fine aja? Dih lu bodoh atau gimana?!" Max terkekeh mendengarnya, "Ya udah sih, nggak usah baper. Lagian lu kan lagi berjuang buat calon bini lu, gimana sekarang perkembangannya?" Marcell kemudian tersenyum. "Ya gitu deh ...." "Nhgak usah rahasia-rahasiaan lu, lu udah maju kan?" "Maju gimana maksud lo?" tanya Marcell sok polos. "Lu udah ketemu sama Hanum, kan di lobby?" "Haha, lo stalking gue?"
Suatu hari Axel yang sudah lulus S1 dan sedang melanjutkan kuliah S2-nya di Amerika menelpon ibu sambungnya dengan video call. "Ma, aku mau ngasih tau sesuatu," ujar Axel. "Iya Sayang, kasih tahu aja," ujar Lisa. "Aku, dapet bagian untuk bacain kesan dan pesan saat wisuda nanti," ujar Axel bahagia. "Wah, masyaa Allah, alhamdulillah. Emang hebat anak Mama." "Pokoknya besok Mama harus ikut di wisudaku, sama adik-adik ya," ujar Axel. "Iya tentu aja, Sayang. Coba kamu kasih tahu Papa kamu biar dia juga mengatur jadwalnya." "Iyap Mah," jawab Axel. "Oh ya, sambil tolong dibujukin Papamu dong. Dia suka lembur, Mama nggak suka ...." keluh Lisa. Axel pun tertawa mendengarnya, "Siap, Mah. Semoga aja aku lekas bisa bantu Papa supaya Papa bisa lebih banyak istirahat sama Mama." "Aamiin, Mama juga berharap gitu, tapi Mama juga nggak mau kalau kamu maksain diri kamu. Kamu masih muda Sayang, perlu menikmati hidup juga jangan langsung kerja kayak Papa kamu. Gak ada waktu buat quality time sa
"Oom Kevan mau nikah Sayang, jadi besok kita kondangan," ujar Lisa pada anak perempuannya. Axel kini bukanlah Baby lagi, ia tumbuh menjadi anak laki-laki yang membanggakan. Ia sudah tau atas rencana pernikahan itu, bahkan ia tau bagaimana Kevan sulit move on dari ibunya yang ia cintai. Agak mengherankan memang ketika saingan cinta Max malah akrab dengan anak-anaknya, tak bisa dipungkiri itu karena seringnya Kevan bertemu dengan Max sebagai rekan bisnis. Namun, seiring berjalanannya kesibukan Kevan sebagai pimpinan perusahaan membuatnya jadi mudahh menerima ketanyataan bahwa Lies milik suaminya. "Yey! Ketemu Oom Kevan!" ujar Zahra senang. "Iya, Zahra mau ngado apa?" tanya Lisa padanya. "Apa ya?" balasnya berpikir. "Gimana kalau bola basket? Oom Kevan kan suka sasket," ujarnya. "Janganlab Sayang, kan dia lagi nikah bukan bhat ulang tahun. Kadonya yah buat Oom sama Tante bukan hanya untuk Oom." Zahra mengangguk-angguk, "Siap. Terus apa Ma?" Kini Lisa yang berpikir, tetapi Axel ya
Dua bulan terakhir ini Max terus mengganggu Lisa alias mengajaknya bercinta setiap malam, sehingga ia merasa cukup kewalahan dengannya. Namun, ia tidak bisa berkata kalau itu tidak menyenangkan, karena ia pun menikmatinya. Bagaimanapun, aktivitas itu adalah salah satu surga dunia yang Allah siapkan untuk pasangan halal. Tiba-tiba saat Lisa dan Max makan malam, Lisa merasa mual tak berkusuhadahan, sampai ia lemas karena kekurangan cairan. "Sayang, kamu gak papa?" tanyanya panik. Lisa sudah lelah dan tak kuasa untuk menjawab, sehingga Max langsung membawanya ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Sifa pun ikut panik melihat Nyonya-nya dibopong oleh sang Tuan, ia cemas. Ia sudah sembuh setelah istirahat dua bulan, mungkin awalnya trauma tetapi ia mulai kembali belajar mobil setelahnya. Meski bekerja dengan Nyonya yang merupakan istri konglomerat yang memiliki banyak musuh, Sifa masih tetap setia pada Lisa karena nominal gaji yang tinggi dan karena ia tidak yakin bisa menemukan bos se
Diana meminta maaf pada Lisa, ia minta maaf karena semua yang terjadi padanya adalah akibat dari ambisinya memisahkan mereka. "Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, yah ... aku tau, maafku mungkin tidak berguna untuk sekarang tapi, aku berharap bahwa aku bisa menebusnya meski hanya sedikit." Lisa terdiam, kemudian kembali mengingat waktu-waktu ke belakang ketika Diana memperlakukannya. Diana bekerja sama dengan para wanita-wanita yang mencoba untuk mendekati suaminya. ia ingat ada luka yang ia terima dan semua hal tentang Diana. Hingga kemudian, ia mengangguk dan tersenyum pada ibu mertuanya. "Sejujurnya aku juga bukan orang yang baik, sehingga aku bisa mudah ikhlas dengan semua yang sudah terjadi, tapi aku sudah memaafkanmu, Mom. Aku kira kejadian-kejadian yang sudah berlalu biarlah menjadi masa lalu, aku harap kita bisa mulai akur dan membuka lembaran baru." ••• Lisa dan Diana berbelanja bersama di mall dengan bahagia, bahkan Diana membelanjakan banyak barang untuk men
Frans meminta maaf pada Max usai sadar dari mabuknya, Max pun memaafkannya menginat Frans masih berguna untuknya, hanya saja ia memanfaatkan momen itu untuk lebih mengikat Frans. Selain itu, Max juga meminta penjelasan dari sang ibu. Nafsunya untuk memisahkannya dengan Lisa ternyata membuatnya menarik beberapa bawahannya yang lemah untuk berkhianat. Diana pun minta maaf, ia juga menyesal karena Wina akhirnya bunuh diri karena keserakahannya. "Semua tak berguna sekarang Mom, aku tak tau kamu bertindak sejauh ini, lalu aku harus bagaimana?" Diana pun tak mengerti kenapa ia melakukan semua itu hanya karena keinginan terdalamnya yang tidak bisa dibujuk saat itu. Ia begitu mencintai anaknya sampai tak ingat apa-apa, mencintai tradisi dan darah biru yang ia sanjung-sanjung dalam hidup. Max masih sulit untuk memaafkan ibunya, semuanya jadi kacau karenanya. Alhasil Lorey menengahi anak dan istrinya lagi, meski sulit tetapi Max bisa memaafkan sang ibu. Apalagi saat itu Lisa bangun dan men
Di sebuah ruangan gelap, di mana Frans sedang hancur karena pujaan hatinya meninggal. Max menghampirinya bersama Edwin, si pemimpin pasukan keamanannya. Di sanalah Frans yang dalam keadaan mabuk pun jujur kalau ia tau Wina adalah seorang yang bekerja untuk Diana. Wina juga yang membuat kasus kejahatan Larissa lancar, Wina juga yang membuat ia kadang mencurangi informasi dan melambankan kinerja tim IT jika itu tentang Lisa, Wina juga yang membuat Baby lancar melakukan aksi pendekatan pada Max, semua di bawah perintah Diana. Frans juga tau kalau Wina menyukai Max alih-alih dirinya yang sudah bucin atau bulol padanya, tapi Frans tak perduli dan terus mencintainya. "Maafkan aku Bos, aku tahu Ini memalukan sebagai bawahanmu yang harusnya setia padamu, tapi karena cinta menggelapkan mataku dan membuat aku rela mencurangimu." Max masih diam mendengarkan penyesalan Frans yang mabuk itu. "Aku tau ini salah, tapi kalaupun aku diberi pilihan untuk memutar waktu, aku akan melakukan tindakan
Max tak akan sudi memaafkan Ten, ia sudah ingin sekali membunuhnya sejak awal. Namun, Ten dikasih hati malah ngelunjak. Akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi untuk tidak melenyapkannya. "Apa yang ingin kamu lakukan padanya?" tanya Lorey pada putranya. "Aku tidak bisa menahan lagi, Dad," ungkap Max dengan suaranya yang penuh emosi. "Max, tolong jangan lakukan itu...." "Tapi sayangnya, aku sudah melakukannya," potong Max, membuat Lorey yang tidak paham pun bertanya. "Maksudmu apa, kamu sudah melakukan apa?" Namun, detik berikutnya Ten muntah darah dan terjatuh ke lantai, Ia terus memegangi perutnya dan dadanya yang terasa sakit. Hal itu menjelaskan pada Lorey, kalau Ten sudah diracuni oleh Max. Melihat hal itu, Lorey langsung berusaha untuk menolong Ten dengan pertolongan pertama. "Apa yang kau lakukan, Max! Astagah!" Namun, semuanya sia-sia karena Ten sudah meninggal, membawa rasa sakit yang ia alami. Tak habis pikir dengan itu, ia langsung menghampiri Max lagi dan mencengkera
Lorey langsung memeluk anaknya dengan erat agar emosinya mereda, ia tau bagaimana perasaan kehilangan orang yang dicintainya. Bayi yang ada di dalam kandungan Lisa meninggal, dan saat ini istrinya koma. Manusia mana yang tahan dengan keadaan itu? Jika saja Frans tidak menemukan titik keberadaan Ten saat itu, pasti Lisa sudah tak bernyawa karena keterlambatan penanganan. Frans mengungkapkan bahwa Ten ada di daerah di mana ia menuju tepat di tempat Lisa berada saat ingin berangkat ke kampus. Pada saat itu pula Max memerintahkan bodyguard yang mengikuti Lisa untuk mencegahnya, tapi gagal. Ten sudah melakukan aksinya dengan menyetir truk dan menabrak mobil yang ditumpangi Lisa. Sayangnya Lisa ada di bagian yang parah, kakinya patah dan tangannya juga patah karena menahan perutnya. Namun, posisi benturannya ada di sebelah kiri dan Lisa terguling sampai terjatuh dengan keadaan tengkurap, sehingga bayinya tidak tertolong lagi. Sifa mengalami patah kaki kiri karena terjepit, lalu tulang
Siapa yang tidak kenal dengan Maxellio D. Alexander? Seorang pebisnis asal Spanyol yang memulai bisnisnya di Indonesia dengan kerja kerasnya. Namun, siapa yang tahu sekarang dirinya terlihat sangat hancur, ketika seseorang yang sangat ia cintai terbaring lemah di ranjang Rumah Sakit dengan alat bantu medis. Pemberitaan di media sosial dan TV di penuhi oleh kecelakaan istri pengusaha terkaya di Indonesia. Banyak yang nimbrung berspekulasi macam-macam. Wajah hancur Max tertangkap kamera, membuat banyak netizen ikut sedih melihat sosoknya yang hancur. Sementara Baby Axel juga terus menanyakan keberadaan Lisa, bahkan ia ikut sakit karena merasakan Ibu susunya yang sakit. Setiap hari ia menanyakan Lisa di mana, Lisa kapan bisa pulang, sedang apa Lisa, dan semua yang ia ingin tahu tentang ibu susunya itu. Seolah-olah jiwa raga mereka sudah menyatu, sehingga ketika Lisa sakit maka Baby Axel ikut sakit. Baby Axel selalu ikut merasakan kondisi tubuh Liea, ikatan batin mereka terlalu kuat j