Reza berharap bahwa itu hanya mimpi, tetapi bukan. Ia melihat sosok kakak ipar dan ayahnya yang berdiri menatapnya dengan tatapan tidak suka."Sekarang kamu pulang!" ujar ayahnya tegas.Sementara kakak iparnya terlihat tertawa melihatnya yang dimarahi oleh ayahnya. Namanya Dewa, ia adalah seorang pebisnis juga yang dijodohkan dengan kakak pertama Reza. Namun tidak seperti perjodohan yang ada di bayangan orang-orang yang mengerikan, mereka hidup dengan baik-baik saja selama ini Justru mereka terlihat makin mesra, sampai memiliki tiga anak berjalan 10 tahun pernikahan. Reza tidak bisa membantah dan langsung pergi keluar Mansion tempat resepsi itu, untuk kemudian dijemput oleh sopir ayahnya.Ayahnya dan kakak iparnya di sana menghadiri pernikahan rekan bisnisnya tentu saja. Hal yang belum Reza pahami adalah meskipun hubungan mereka tidak baik, tetapi hubungan bisnis itu terus berjalan dengan baik.Mereka menghampiri kedua pengantin, Lela dan Bara yang sedang menyalami para tamu sambil
Saat turun ke lantai dasar, Bara yang menggendongnya ala bridal style, sehingga itu menjadi moment yang memalukan sekaligus romantis bagi mereka berdua. Lela masih sangat malu-malu, kebalikan dari Bara yang sangat agresif. Tentu saja Bara tak akan membuat Lela tak nyaman. Ia siap menunggu waktu yang tepat agar Lela terbiasa atas kehadirannya sebagai suami. Rasanya lega telah mewujudkan apa yang sudah ia impikan sejak lama. Menjadi suami seorang Laila yang sulit digapai. Ngomong-ngomong, Bara melakukan cuti selama seminggu di kantor dan juga cuti mengisi kuliah. Di kampus ia memang memiliki asisten dosen, yang ia pekerjakan secara tetap. Ada dua orang yang masuk kualifikasinya, yang ia rekrut dari mahasiswa yang ia bimbing seangkatan dengan Lela. Sebenarnya, bisa saja ia melepas pekerjaan sebagai dosen, tetapi sekali lagi ia menyukai pekerjaan itu. Ketika ia bisa membagi ilmunya dan menyampaikan pada orang-orang, ia sangat bahagia. Ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa, meski
"Aw!" Bara memegangi hidungnya yang terpentok kepala Lela yang berdiri tiba-tiba. "Me...maaf Pak, gak sengaja." Bara tersenyum tipis, ia mengangguk lalu duduk di tepi ranjang sambil melihat ada darah di tangannya. "Itu darah..." panik Lela. "Gak papa," ujar Bara lagi mencoba senyum. Lela yang panik langsung mencari kotak obat dan berusaha menghentikan darah dari sana. . Malam itu tentu tak terjadi apa-apa, Lela masih memiliki luka jahitan yang sudah diwanti-wanti oleh dokter agar menahan diri dulu agar tidak berhubungan intim. Dokter, Blenda dan Greg menyarankan agar ia bermain solo dulu. Sungguh kejam nasib itu menghampirinya. Susah-susah menduda lama, berhubungan intim saat ia tak sadar, eh giliran halal malah ditempatkan di situasi yang mengharuskannya bermain solo. Namun, ia juga tak sebejat itu untuk memaksa keadaan, apalagi Lela terlihat memiliki trauma dalam hal hubungan badan pasca kejadian malam itu. Kini Bara hanya bisa menunggu dan berusaha merayu Le
Setelah selesai diskusi, kedua pengantin baru itu keluar kamar. Mereka bertemu dengan beberapa pelayan yang mulai aktivitas mereka dan Damien yang sudah mulai bangun. Ia langsung memeluk ibu tiri sekaligus ibu asinya itu dengan otomatis. Melihat itu Bara tersenyum dan merasa dunianya lengkap.Sebelumnya, ketika Lela pergi ia hanya bisa membayangkan bagaimana jika impiannya terwujud.Impiannya itu adalah ketika ia membuka mata di pagi hari, ia langsung dipertemukan dengan Lela yang sedang terlelap di sampingnya, atau Lela yang membangunkannya dari tidur. Ada Lela yang membersamai anak-anaknya, dan ada Lela yang selalu memberikan warna di dalam rumah tangganya yang abu-abu. Ia mungkin bisa menjadi seorang ayah dan pemimpin sebuah perusahaan yang baik. Ia mungkin bisa menjadi Raja di dalam istananya, tapi tanpa Ratu istana itu hanyalah sebuah bangunan tanpa adanya nyawa.Terserah orang akan menganggap pemikirannya masih primitif atau apapun itu. Ia membutuhkan seorang perempuan un
Usai makan malam, Lela baru sempat menjawab pertanyaan Bi Tati tadi pagi. Ia menghampiri Bi Tati di dapur. "Belum ada malam pertama, Bi," ujar Lela menggeleng. Bi Tati terlihat kaget, "...belum?""Iya, karena kondisi aku yang masih belum sehat betul, jadi Pak bara mencoba untuk mengerti posisiku. Dia nggak maksa dan malah memberikanku pilihan yang paling aman." Bi Tati pun hanya tersenyum, ia tidak kaget dengan hal itu. Ia lupa kalau Lela masih dalam masa pemulihan, harusnya ia tak bertanya demikian."Oh iya, maafin Bibi ya, Sayang. Harusnya Bibi gak tanya kayak gitu, Bibi lupa kalo kamu masih nyembuhin jahitan pasca caesar.""Gak papa, Bi wajar kok," gumam Lela.Lalu Bi Tati berusaha mengganti topik agar tidak canggung."Ngomong-ngomong, begitulah sifat Tuan yang selalu baik dalam memperlakukan istri. Dia itu baik banget memang, hanya saja Ia memiliki pengalaman yang cukup buruk sebagai suami yang baik. Kadang Bibi bingung, kenapa ya orang baik dipertemukan dengan orang buruk, se
Di malam yang tenang itu, Lela terlihat melamun menatap langit dan taman dimension itu dari balkon kamar sambil menyusui Baby Alesha. Ia dan Baby Alesha akan dibawa ke Jakarta besok. Jujur ia masih khawatir, tetapi kata dokter sudah tidak apa-apa dan dia sudah memberikan izin melalui surat sehingga Baby Alesha disetujui untuk terbang ke Indonesia. Meskipun menggunakan private jet dan Bara sudah menyiapkan perawat yang akan ikut selama perjalanan, Lela tetap khawatir dengan putrinya yang ia cinta. "Minum dulu, Sayang," ujar Bara yang baru datang. Ia memang memutuskan untuk menyerahkan semua pekerjaannya pada pemimpin cabang Sydney, jadi hari ini akan mempersiapkan diri untuk pulang ke Indonesia dan menemani istrinya di rumah. Ia tahu bahwa Lela sebenarnya belum siap untuk kembali ke Indonesia. Akan tetapi, tentu saja rumah mereka ada di Indonesia jadi ia tak mungkin pulang dulu tanpa membawanya. Ia akan sangat khawatir dan tidak fokus kerja. "Maafin aku ya, Sayang. Aku t
Lela bingung, ekspresinya jelas menunjukkan kalau ia meminta penjelasan lebih rinci. ".... bahkan tanpa adanya anak itu, atau kejadian malam itu, aku memang sejak awal ingin menikahimu. Aku udah bilang kan sama kamu sebelumnya? Kalau aku suka sama kamu dan aku serius?" tanya Bara. "Tapi kamu punya kak Dena waktu itu," balas Lela cepat. "Hubungan kami cuma di atas kertas, Sayang." "Tapi kamu bisa suka sama cewek yang setidaknya ada di circle kamu, anak-abak orang kaya, pebisnis muda, atau para artis gitu?"Bara menghela napas, "Hem... mulai ada insecurenya. Kamu itu istimewa banget, saking istimewanya sampai yang lain tuh nggak ada yang cantik di mata aku. Selain kamu gak ada yang menarik. Pokoknya kamu sempurna buat aku. Oke? Nggak usah insecure lagi, buat apa aku ngejar kamu kalo aku punya opsi lain? Opsi lain udah tereliminasi karena aku maunya cuma kamu, titik!" ujarnya menggebu."Lebay," balas Lela tersipu. Sebenarnya Bara tidak sengaja mengatakan itu, tapi kata-kata itu mem
"Apa itu?!" Bara langsung sigap keluar dari kamar di lantai dasar itu. Saat ia keluar, para Bodyguard sudah menghambur ke satu titik di mana ada asap yang mengepul di sana dan ada orang yang dijegal oleh para Bodyguard itu. Bara pun menatap situasi itu dengan tegang, sebelum akhirnya menyuruh bawahannya itu untuk membawa pelaku ke tempat yang biasa digunakan untuk mengeksekusi orang yang berani menyenggol Bara atau keluarga Raniero. Lela yang melihat suaminya dan bawahannya pergi ke bagian samping mansion, pun bertanya pada Bi Tati. "Mau ke mana mereka?" tanya Lela. "Paling ke ruang bawah tanah," ujar Bi Tati. Lela langsung terkejut, "Aku kok gak tau ada ruang bawah tanah ya?" "Gak semua tau, tapi kerana Nyonya istrinya Tuan jadinya saya kasih tau." Lela mengangguk-angguk. Ia baru ingat dengan anaknya, ia pun diantarkan untuk mengecek Baby Alesha sekaligus melihat kamarnya yang sangat Girly. Kamar itu besar, tapi lebih besar kamarnya dan Bara. Didominasi warna baby pink dan
Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tatk dulu agar tidak ada gesekan ke depannya."Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela.Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus.Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan.Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng.Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya."Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas.Lela tersenyum lebih lebar, mer
"Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer
"Untuk apa kalian tau?" tanya Bara balik. Sebenarnya ia main-main saja, tapi Bara akan menjelaskannya seperti kesepakatannya dengan sang istri sebelumnya. Orang yang ditanya malah bingung, sehingga Bara terkekeh melihatnya. Sebelum bicara lagi, Bara menatap mata para wartawan di sana. "Ya kalau kalian bingung menjawabnya, saya gak mau jawab. Kenapa?" Ia menjeda lagi, melihat istrinya yang duduk tenang dan terus bermain-main dengan pikiran mereka. "Ya harusnya kalian juga berpikir dong, kenapa kalian harus tahu, lalu apa sih yang membuat kalian harus tahu? Kenapa kami harus memberitahu kalian tentang apa yang tidak kami beritahu kepada kalian?" Diam lagi. Semua diam tanpa berani menjawab. "Nah hal seperti itu harusnya kalian dalami dulu sebelum bertanya. Pertanyaan kalian harus ada basisnya. Kalian tuh harus jelas membutuhkan informasi itu. Kalo cuma fomo atau viral, itu jadi hoax karena informasinya gak guna buat kalian. Lah iya, kenapa kalian harus tau? Kalau hanya ka
"Sayang...." panggil Bara dengan manja. Lela terus memunggunginya di tempat tidur karena masih kesal dengan betapa jahatnya Greg dan betapa pasifnya Bara merespon hal itu. Padahal ia selalu melihat Bara yang galak pada karyawannya dan selalu tegas, tapi terhadap sahabat-sahabatnya ia bisa bersikap lemah lembut. "Say, kok masih marah sama aku sih? Aku udah minta maaf dan aku akan coba untuk beri dia sanksi, biar nggak kebiasaan," bujug Bara. "Itu kan yang kamu omongin, tapi faktanya kamu nggak ngelakuin itu. Kamu terlalu lembek sama Dokter Greg hanya karena persahabatan yang baik. Tapi kan kamu biasanya selalu ngikutin prinsip. Masa kamu gak tega sama dia?" Bara menghela napas, istrinya mulai melakukan konfrontasi. "Masalahnya aku juga terbatas sama keinginan dari Blenda. Dia nggak pengen aku ngungkapin permasalahan dalam rumah tangga mereka." "Ya tapi kamu dirugikan. Ini bukan hanya tentang Blenda, tapi kan kamu juga butuh keadilan. Kontrak yang harusnya dia tanda tangani seb
"Maaf... aku udah janji sama Blenda, kalau aku nggak akan membongkar hal itu." Lela merasa tidak adil, tapi bagaimana lagi semuanya sudah terjadi dan Blenda meminta agar mereka tidak buka mulut. Saat memikirkan itu, tiba-tiba. Bruk! Bara tergeletak di atas soda dengan lemas. "Mas!" Lela langsung berusaha menaikkan Bara ke atas kasur. Bara masih setengah sadar sehingga Lela tidak benar-benar mengangkat Bara sepenuunya. Ia kemudian menghubungi dokter keluarga Raniero yang lain. Sembari menunggu dokter datang, Lela pun mencoba untuk mengompres Bara dan memijit pelan-pelan badannya, agar ia lebih rileks. Namun, Bara masih mendengar suara Lela yang terus mengoceh karena sangat mengkhawatirkan suaminya. "Aku cuma butuh istirahat, Sayang. kamu nggak usah khawatir." Lela mendelik menatap suaminya, tidak setuju. "Hanya butuh istirahat apanya?! Kamu udah ngedrop banget! Kamu udah kecapean dari kemarin-kemarin. Kenapa sih, kamu susah banget kalau diajak istirahat? Kamu selalu p