Share

12. Jessica?

Author: Reaa Hamida
last update Last Updated: 2023-08-23 13:42:23

Hari ini matahari terlihat bersinar terang, terasa hangat setelah hujan mengguyur semalaman. Bau tanah yang masih basah bisa dengan jelas tercium, rumput-rumput mengkilau karena basah dan terkena pantulan sinar mentari. Narendra tersenyum begitu putrinya mengerjap beberapa kali karena membiasakan cahaya yang mengganggu penglihatannya.

"Selamat pagi, cantiknya Papa." Sapa Naren begitu Naya membuka mata sempurna.

Bola matanya yang seperti kacang almond berbinar begitu menyadari hari telah pagi. Tanpa disadari bibir kecil itu tersenyum lebar, kemudian tanpa dikomando melingkarkan kedua tangannya di leher sang papa. Membuat Naren terkekeh dan segera membawa tubuh putrinya itu ke atas pangkuan.

"Papa sudah janji untuk membawa Naya pada mama, Papa tidak lupa, kan?" Todong Naya. Wajahnya terlihat berseri-seri sekalipun masih jelas terlihat mengantuk.

"Tidak, sayang. Papa tentu mengingatnya."

"Kalau begitu apa boleh Naya tidak ke sekolah hari ini? Naya ingin bersama mama dari pagi."

Naren m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   13. Jangan kabur!

    "Renata!" Perempuan berkemeja hitam itu memberhentikan langkahnya saat menyadari ada seseorang yang memanggilnya. Saat tubuhnya berbalik dan melihat Naren berdiri tak jauh darinya Renata terdiam. Wajahnya berubah panik ketika Naren mulai melangkah mendekatinya."Kau mau ke mana?" Tanya Naren saat sudah berdiri tepat di hadapan Renata.Laki-laki itu menunduk saat menatap Renata, tak seperti biasanya yang selalu menatap lawan bicaranya dengan tajam dan angkuh, kali ini Naren menatap dengan lembut. Tetapi yang ditatap justru menunduk takut, Naren semakin merasa bersalah kala mengingat semua perkataan Nawes pada perempuan tak bersalah ini. "Saya mau ke cafetaria, Pak." Jawab Renata pelan. Dari gelagatnya saja Naren tahu jika perempuan ini tak nyaman berdiri di dekatnya."Ikutlah denganku." Ajak Naren yang langsung membuat Renata mendongak.Matanya melotot karena terkejut dengan tindakan laki-laki itu. Sebelum tangan Naren menyentuh tangannya Renata sudah lebih dulu mundur, membuat lelak

    Last Updated : 2023-08-29
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   14. Nasi goreng udang cumi

    "Mama!" Panggil Naya yang berlari dari dalam sekolah.Gadis kecil itu memeluk kaki Renata erat, seolah ingin menyalurkan rasa rindunya yang teramat. Wajahnya berseri begitu kepalanya mendongak hanya untuk melihat wajah Renata. Bibirnya tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi."Mama, Naya kangen sekali." Ujar Naya lagi.Renata tak bisa jika tak tersenyum, dengan lembut ia melepas pelukan Naya pada kakinya. Kemudian mensejajarkan tingginya dengan Naya, tangannya mengusap kepala gadis kecil itu sayang. Mengatakan bahwa ia juga rindu pada Naya dan merasa bersalah karena kemarin pergi tanpa berpamitan."Mama juga rindu Naya. Kok matanya sembab, Naya habis menangis?" Tanya Renata.Saat menyadari mata Naya sedikit sembab dan wajahnya yang sayu. Perempuan itu tanpa menunggu jawaban Naya berangsur menarik tubuh kecil itu, merengkuhnya dalam pelukan hangat. Tanpa ia sadari, Naren yang berdiri tepat di sebelahnya tersenyum tulus melihat interaksinya dengan Naya. "Naya menang

    Last Updated : 2023-08-30
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   15. Makan siang bersama

    "Naya tunggu di sini saja ya, biar Mama yang memasak." Setelah kurang dari satu jam berbelanja, mereka segera pulang ke apartemen Renata. Ini kali pertama bagi Naren masuk ke dalam tempat tinggal kecil Renata. Jelas sangat berbeda dengan tempat tinggalnya yang besar luar biasa. Matanya tak lepas dari seisi penjuru tempat ini, sedikit tidak percaya jika perempuan itu benar-benar hidup secukupnya. Tidak ada banyak perabotan di dalamnya, dapurnya terlihat dari ruang tamu, hanya ada satu kamar tidur dengan kamar mandi di luar. Namun, Naren akui tempat tinggal Renata terasa begitu hangat dan nyaman, semua barangnya ditata rapi membuat sepetak tempat tinggal ini tidak terlihat sempit."Aku mau lihat Mama masak, pliss." Lamunan Naren terpecah begitu mendengar rengekan putrinya, gadis kecil itu berjalan membuntunti Renata yang berangsur menuju dapur membawa semua bahan masakan. Gadis kecilnya terlihat sangat manja, terlihat sangat antusias mengikuti Renata ke dapur untuk melihat perempuan i

    Last Updated : 2023-08-31
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   16. Renata mau menikah?

    Siang telah berganti malam, itu artinya Naya dan Naren sudah seharusnya pulang. Tapi pasangan ayah dan anak itu justru masih berdiam diri di apartemen Renata dengan nyaman. Tanpa rasa peduli jika si pemilik tidak nyaman dengan keberadaan mereka, lebih tepatnya keberadaan Naren.Laki-laki itu terus menatap Renata tanpa jeda, semua aktivitas perempuan itu tak luput dari pandangan Naren. Interaksi-interaksi Renata dengan Naya jelas membuat Naren tak mampu bicara, kedua perempuan beda generasi itu terlihat sangat cocok menjadi ibu dan anak. Keduanya sedikit mirip dan Renata mampu mengimbangi semua kelakuan putrinya."Naya, browniesnya Mama letakkan di dalam paper bag ya." Kata Renata.Perempuan itu memasukkan sekotak wadah berisi brownies buatannya tadi sore ke dalam paper bag. Lalu membawa paper bag itu untuk diberikan kepada Naren. Agar lelaki itu tidak lupa membawanya saat akan pulang, dan Renata berharap lelaki itu segera membawa Naya untuk pulang. "Iya, Mama, terima kasih, ya." Jawab

    Last Updated : 2023-09-06
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   17. Nawes marah besar.

    "Papa, kapan Papa dan Mama akan menikah?" Celetuk Naya memecah keheningan malam.Naren yang sedang menyetir menoleh sejenak ke arah putrinya yang duduk di jok sebelahnya. Kali ini Naya sama sekali tidak menangis saat di ajak pulang ke rumah karena Naren beralasan jika Naya ingin segera melihat papa dan mama menikah maka ia harus pulang dan tidak menangis. Dengan rasa sedikit kesal Naya akhirnya menurut tanpa menangis."Hmm mungkin bulan depan, kenapa?""Lama sekali, apa tidak bisa minggu depan saja? Naya sudah tidak sabar ingin tidur bersama Mama setiap hari." Rajuk Naya yang membuat Naren tertawa pelan."Kalau ingin cepat Naya harus membantu Papa.""Membantu apa, Papa? Naya mau!" Jawab Naya cepat.Tubuhnya yang bersandar kini berubah condong ke arah Naren, sudah tidak sabar ingin tahu apa itu. Membuat Naren terkekeh di sela kegiatannya menyetir mobil, tingkah Naya sungguh menggemaskan di matanya. Jalanan Surabaya malam ini terasa sangat lengang, tidak seperti malam-malam biasanya yan

    Last Updated : 2023-09-08
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   18. Nekat menikah

    Renata termenung dalam lamunannya, pagi ini perempuan itu merasa enggan untuk bekerja. Ia meringis saat mengingat keputusannya semalam. Bagaimana bisa dia setuju menikah dengan Naren tanpa adanya rasa tulus dan cinta. Renata pikir dia sudah gila karena berani-beraninya senekat itu.Tubuhnya sudah rapi berbalut pakaian kerja, seharusnya Renata segera berangkat sebelum jam semakin siang atau dia harus rela tertinggal bus. Entah apa yang membuat perempuan itu ragu untuk berangkat ke kantor, apakah ia takut saat sampai di kantor tiba-tiba bertemu Nawes? Atau ia canggung bertemu dengan Naren? Namun suara bel membuat lamunan perempuan itu buyar, dengan tergesa beranjak untuk membuka pintu. Wajahnya yang terkejut terlihat kentara lantaran saat ia membuka pintu sudah ada Naren yang berdiri di depan unitnya. Laki-laki itu tersenyum lebar saat menatapnya dan laki-laki itu sendirian. Tidak bersama Naya yang justru membuat Renata lebih terkejut."Selamat pagi, Renata." Sapa Naren."Pa-pagi, Pak.

    Last Updated : 2023-09-10
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   19. Restu Aldeis

    Kini keduanya berada di toko perhiasan, seperti kata Naren yang akan membawanya untuk mencari cincin pernikahan. Mereka sepakat untuk tidak mengadakan acara pertunangan dan langsung menikah saja. Sudah ada beberapa jenis cincin di hadapan keduanya, dari yang elegan hingga yang terlihat begitu mewah. Membuat Naren bimbang harus memilih jenis cincin mana yang terlihat paling bagus saat dipakai Renata karena semuanya pasti terlihat cantik di jari lentik perempuan itu."Yang sederhana saja, Mas." Putus Renata menarik atensi Naren.Panggilan itu masih terasa canggung, sebab beberapa jam yang lalu Naren masih bosnya. Tapi sekarang laki-laki itu menjadi calon suaminya. Ini masih terlihat tidak nyata bagi Renata."Yang biasa? Kau suka yang mana, aku menurut saja." Balas Naren karena semua bentuk cincin untuk laki-laki terlihat sama saja desainnya."Aku yang memilih?""Iya, kan kau yang akan memakainya."Renata mengangguk samar sebelum kembali memusatkan atensi ke beberapa cincin di hadapannya

    Last Updated : 2023-09-19
  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   20. Kau pandai mencuri hati cucuku

    "Papa kenapa lama sekali sih?! Naya kan mau cepat-cepat ketemu Mama!" Cecar Naya yang baru masuk ke dalam mobil.Di bangku kemudi Naren terkekeh melihat putrinya yang merengut marah. Bibir kecilnya mengerucut serta tatapan matanya tajam ingin menusuk. Tapi bukannya takut atau merasa bersalah, Naren justru semakin terkekeh karena putrinya terlihat sangat lucu."Maaf sayang, Papa harus menyelesaikan beberapa urusan dulu. Naya mau kan memaafkan Papa?" Tanya Naren yang kini sepenuhnya menghadap Naya."Tidak mau! Naya marah sama Papa. Biasanya Papa datang jam 12 tepat, kenapa hari ini telat 30 menit? Naya sudah lapar ingin makan!" Omel Naya yang terlihat benar-benar marah."Yahh... Naya tega dengan Papa? Padahal Papa sudah memesan tempat di restoran favorit Naya. Rencananya Papa ingin membawa Naya untuk makan siang di sana, tapi karena Naya tidak mau memaafkan Papa yasudah tidak jadi." Pasrah Naren yang pura-pura kecewa.Diam-diam Naren memperhatikan raut wajah putrinya yang berubah menyes

    Last Updated : 2023-09-20

Latest chapter

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   42. Ayuna

    Walau Renata tahu Ayuna hanya bercanda dia tetap memberi tatapan kesal. Di otaknya hanya terisi oleh bekerja-bekerja dan bekerja, di jam berapa dia terpikir untuk mem-pelet lelaki yang justru menghabiskan uang untuk membayar dukun. Mulut Ayuna memang kurang ajar! "Kalau aku membenarkan pertanyaanmu itu, apa kamu percaya?" "Tidak, kamu bukan tipe yang akan menghabiskan uang untuk pergi ke dukun." Ayuna duduk di sofa, tepat di sebelah Renata. "Kamu berhutang cerita padaku, padahal aku hanya dinas ke luar kota selama dua minggu. Pulang-pulang sudah diberi kejutan." "Maaf, aku tidak sempat menelponmu karena suasanya tidak bersahabat." jujur Renata. "Kenapa? Apa ada masalah?" Ayuna adalah satu-satunya teman Renata yang paling dekat. Mereka mengenal satu sama lain saat masuk secara bersamaan di perusahaan. Mereka sudah seperti saudara sedarah yang sangat-sangat dekat, selalu berbagi apapun entah itu hal membahagiakan atau kesengsaraan. "Kamu tahu tidak kalau pak Naren memiliki satu

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   41. Kabar pernikahan

    "Baiklah, aku pikirkan nanti sembari berbelanja." Mobil berhenti tepat di depan gedung kantor. Sebelum turun Naren meraih dompetnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu dari sana. Kartu itu ia julurkan di hadapan Renata, memberi kode agar perempuan itu menerimanya. "Seterusnya pakai ini untuk berbelanja. Belilah beberapa barang seperti baju, tas atau heels untukmu, kamu bisa pakai sesukamu, tidak ada limit." Renata tertegun. Dia sempat ragu apakah harus menerima kartu itu dengan suka rela, terlebih dia belum sah menjadi istri Narendra. Belum saatnya bagi Naren mencukupi kebutuhannya selama mereka belum resmi menikah. "Ambil saja, mulai sekarang aku yang akan menanggung hidupmu. Simpan uangmu sebagai tabungan, mulai hari ini aku akan menafkahimu." Renata menerima kartu itu dengan penuh kehati-hatian. Dia bukan tipe perempuan yang suka membelanjakan uang untuk barang-barang seperti baju, sepatu atau tas dari brand ternama. Mungkin ke depannya dia akan membeli sebuah buku dengan kartu in

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   40. Ke sekolah bersama Mama

    "Naya senang karena mulai hari ini akan berangkat bersama Mama." wajah Naya berseri-seri, matanya berbinar karena terlalu senang sebab mulai sekarang bisa berangkat bersama Renata. "Mama juga senang karena bisa mengantar Naya ke sekolah." Naren yang berada di kemudi tersenyum lebar, dia menyukai interaksi-interaksi kecil putrinya itu dengan Renata. Kedua perempuan beda usia itu sudah dekat, nyaman satu sama lain dan terlihat cocok sebagai ibu da anak. Ia berharap interaksi pagi ini akan terus terjadi hingga nanti, hingga ia tua bersama keluarga kecilnya. "Hihihi, Naya bisa pamerkan ke teman-teman kalau Naya sudah punya Mama. Mama mau tidak antar Naya sampai ke kelas?" Pertanyaan sederhana itu mendapat perhatian dari kedua orang dewasa, terutama Naren yang fokus menyetir. Lelaki itu memelankan laju mobil, lalu berdaham kecil sampai kedua perempuannya mengalihkan atensi. "Naya, bukannya Papa ingin melarang. Tapi, Naya bisa kenalkan Mama pada teman-teman Naya nanti setelah Papa

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   39. Sarapan bersama seperti keluarga

    "Kalian sedang membicarakan apa?" Tanpa di undang Naren datang, lelaki itu turun dengan kemeja yang belum dikancingkan. Dasi dan jas ditenteng, datang dengan raut penuh penasaran. Suara bariton lelaki itu cukup mengejutkan Naya yang masih serius mendengarkan jawaban Renata. Begitu juga Renata yang sama sekali tidak menyadari kedatangan Narendra. "Membicarakan filosofi nasi goreng." Jawab Renata sembarang. Kedua alis Naren menukik tidak percaya, menatap intens pada Renata yang terlihat gugup. Perempuan itu terburu menyelesaikan bekal Naya dan mengalihkan pendangan ke sembarang arah. Naren tidak percaya jika kedua perempuannya membicarakan tentang filosofi nasi goreng dengan wajah yang serius, memangnya apa? "Iya, Papa. Mama sedang memasak nasi goreng untuk sarapan kita." Beruntungnya Naya yang tidak terlalu mengerti bisa berkompromi tanpa diberi tahu. Dan Beruntung Renata memang membuat nasi goreng pagi ini. "Memangnya apa filosofinya?" Naren bertanya sembari mendekat, dud

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   38. Bercakap dengan Mama

    Mereka berpindah menuju wardrop, Renata yang lihai dan sudah terbiasa mengurus anak kecil dengan cekatan memakaian Naya seragamnya yang lucu. Lalu seperti permintaan anak itu, Renata menyisir rambutnya yang halus secara perlahan dan membaginya menjadi dua. Naya memiliki banyak sekali jepit rambut dan kunciran, juga pita-pita yang dibelikan oleh nenek. Perempuan itu dengan lihai menguncir rambut Naya menjadi dua, mengikatnya tanpa menimbulkan rasa sakit di kulit kepala, berbeda dengan nenek yang suka mengikat dengan kencang sehingga kulit kepala gadis kecil itu tertarik dan menimbulkan rasa sakit. Setelah mengikatnua dengan karet, Renata meraih dua buah pita berwarna merah muda. Lantas menalikan pita itu ke dua kunciran sebelumnya. Perempuan itu juga menambahkan dua jepit berbentuk lidi secara sejajar di sebelah kanan. Membuat Naya terlihat lebih manis dengan penampilannya. "Nah, sudah. Coba Naya berkaca." Renata memutar tubuh calon putrinya agar menghadap kaca. "WAHHH, CANTIK SE

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   37. Pagi yang membahagiakan

    "Mama sudah tidak marah kan pada Naya?" Mendengar itu Renata dengan cepat beralih, merapikan anak rambut milik Naya dengan senyuman kecil. "Tidak, Mama tidak pernah marah dengan Naya. Mama minta maaf ya sudah membuat Naya ketakutan." "Mama, Naya senang sekali. Mama tidak akan pergi lagi kan? Mama akan selalu berada di dekat Naya kan? Mama sayang Naya kan?" Pertanyaan ber-rantai itu membuat Renata terkekeh sekaligus sedih. Dia merasa lucu dengan bagaimana wajah Naya ketika bertanya padanya, namun juga merasa sedih sebab ternyata Naya menaruh begitu banyak harapan padanya. Harapan agar dia selalu menyanyanginya dan mencintainya, serta untuk tetap tinggal bersamanya. "Mama tidak akan pergi lagi, apapun yang terjadi, Mama juga akan selalu berada di sisi Naya dan Mama sangat-sangat sayang dengan Naya, Mama mencintai Naya seperti hidup Mama sendiri." "Benarkah? Kalau begitu Naya sangat bahagia mendengarnya. Mama mau janji kelingking dengan Naya?" Gadis kecil itu berbinar s

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   36. Satu kecupan untuk permulaan

    Pagi menjelang dengan tenang, disambut oleh cuitan burung gereja yang terbang melintas dari rumah ke rumah. Hangatnya sinar mentari menandakan dia siap memberi kekuatan bagi siapapun yang akan menjalani aktivitas dengan semangat. Embun-embun yang menempel di pepohonan mulai menetes secara perlahan. Renata merasa Naya semakin terasa erat memeluk perutnya, kepala gadis kecil itu bahkan dengan nyaman disandarkan pada dadanya untuk mencari posisi paling nyaman. Pagi yang sedikit dingin tidak mengganggu Naya untuk tetap terlelap di sebelah Renata. Pada hari-hari biasa, Naya lebih bayak menghabiskan malam sendirian sebab Naren jarang nememaninya tidur. "Sayang, sudah pagi." suara Renata lembut menyapu indra pendengaran. Memberi tahu pada gadis kecilnya jika sudah waktunya untuk melepas pelukan yang terlalu nyaman. "Apa Naya masih sangat mengantuk? Tapi Kau harus berangkat ke sekolah." lanjut Renata dengan sedikit menggoyangkan tubuh Naya. Naya hanya bergumam membalas ucapan Renata,

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   35. Malam panjang

    "Sudah selesai?" Suara bariton itu membuat Renata yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut bukan main. Sebab di sebelah ranjang ada Naren yang berdiri tenang melihat ke arahnya. "Maaf-maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu." jelasnya terkekeh. "Kau! Bukankan kau bilang akan menunggu di kamar Naya hingga aku selesai membersihkan diri? Kenapa sekarang ada di sini?!" tanya Renata dengan nada yang sedikit tinggi. Dia sedikit panik karena hanya memakai handuk dan dalaman. Kedua tangan wanita itu menyilang di depan dada dan mencoba mengeratkan handuk yang melilit tubuhnya. Naren benar-benar tidak bisa dipercaya! "Kau terlalu lama, aku bosan karena hanya melihat Naya yang tertidur." Jawab si lelaki terlampau santai. "Tapi aku belum ganti baji! Keluar sana!" usir Renata. "Lagian kenapa tidak memakai baju di dalam kamar mandi? Kau sengaja ingin menggodaku ya?" Mendengar itu Renata naik pitam, matanya melotot karena mendengar Naren berbicara kurang ajar padanya. Menggoda katan

  • Ibu Sambung Untuk Anak CEO   34. penghujung malam

    "Masuk lah dulu, aku akan menggendong Naya." "Kita masuk bersama saja." Renata keluar dari mobil dan menunggu Naren yang ingin menggendong Naya. Sebab gadis kecil itu sudah terlalu pulas dalam tidurnya sehingga tidak terbangun sama sekali. Mereka berjalan beriringan menuju rumah dengan Renata yang bertugas membuka pintu. Lampu ruang tamu langsung hidup begitu mereka masuk, tidak gelap seperti sebelumnya. Rumah ini cukup luas jika hanya dihuni mereka bertiga, Renata bahkan tidak bisa membayangkan betapa lelahnya jika harus membersihkan rumah sendirian dan merawat Naya secara bersamaan. "Istirahatlah, aku akan membawa Naya ke kamarnya." "Aku tidur dimana?" tanya Renata bingung karena belum tahu harus beristirahat dimana. Barang-barangnya berada di kamar utama, tetapi tidak mungkin dia tidur dengan Naren malam ini. Mereka belum menikah, terlebih Renata baru meminta pembatalan nikah beberapa menit lalu. "Di kamar utama, bersamaku." jawab Naren dengan kedipan sebelah mata. Lelaki i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status