Share

Part 15

Penulis: RA. ADISTI5585s
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Terus sampai di sana, kita mau ngapain, Mas. Mau mendengarkan hinaan ibumu lagi kah? Apa kamu nggak capek, Mas?” berondongku, dia hanya diam tak menyahut malah melajukan kendaraan menuju rumah ibunya. Aku pasrah.

Begitu sampai, aku terheran-heran melihat senyum mengembang milik ibu mertuaku. Dia menyambut kami dengan baik. Bahkan Arthur yang ada di gendonganku langsung diambilnya begitu saja. Tumben, ada angin apa ini yang terjadi sama ibu mertua.

“Ealahh, cucuku sing lanang. Apa kabar, nduk.” Ujarnya sembari menimang-nimang Arthur.

Aku semakin dibuat heran, saat dia menggandengku masuk ke dalam rumah, tak lama kami duduk di ruang tamu. Di sana sudah ada bapak yang duduk santai sambil menikmati secangkir teh ditemani biskuit kelapa kesukaannya.

“Gini loh, Mayang. Ibu sama Bapak ada rencana mau memperbaiki dapur, dapur kita di belakang dindingnya sudah roboh dan semalam Ibu ketakutan karena ada bayangan hitam menakutkan di sana pas Ibu lagi masak, makanya dindingnya mau dipasang batu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 16

    “Jadi benar kamu dapat bonus selain gaji, Mas? Berapa?” cecarku tak sabaran, aku memaksanya membuka mulutnya. Dengan lesu, bisa kudengar suamiku berkata.“Tiap hari bonus antara seratus lima puluh sampai dua ratus ribu.” Mataku melotot mendengar penjelasannya. “Itu bukan sedikit, Mas. Bukan uang receh. Bahkan uang bonus kamu lebih banyak dari uang gajimu, tapi mengapa setiap aku minta uang untuk membeli beras atau membeli popok Arthur, kamu selalu bilang uangmu habis karena sudah membayar DP motor, terus ke mana selama ini uang bonusmu?” aku benar-benar menyidangnya. Aku benar-benar shock dengan apa yang telah ia sampaikan.“Semuanya aku kasihkan ke Ibu, katanya dia masih butuh buat tambahan perbaiki dinding dapur, terus juga buat bayar uang arisan keluarga yang dia ikuti. Setiap aku dapat uang bonus maka semuanya langsung aku serahkan begitu aja ke Ibu.” Kepalaku mendadak berdenyut nyeri.“Tega kamu, Mas. Begitu tega kamu menghabiskan seluruh uang kamu ke Ibumu, aku memang tak perna

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 17

    “Kak … ada ibu mertuamu tuh datang.” aku yang masih menimang Arthur, sontak menoleh. Mau apalagi ibu mertuaku datang ke sini? Begitu aku tiba di ruang tamu, kulihat ibu mertuaku sudah duduk manis di sana ditemani oleh Iwan. Saat melihatku menghampirinya terlihat wajah garangnya menatapku tak senang. Aku hanya diam saja menunggu apa yang akan ia katakan padaku. Farida bergerak cepat mengambil Arthur dari gendonganku lalu membawanya bermain di halaman. Tinggallah aku, ibu dan Iwan di ruang tamu.“Ibu … ada apa?” tanyaku seraya mencium punggung tangannya dengan takzim. “Kamu nggak usah pura-pura tanya, jelas-jelas kamu semalam mengusir anakku dari rumahmu yang reot ini, masih juga pura-pura nggak tahu kedatanganku ke sini untuk apa. Sekarang Ibu tanya… memangnya apa salah kalau Didik membantu adik-adiknya, mumpung sekarang ini dia sudah bekerja dan memiliki penghasilan yang lumayan. Kamu bukannya mendukung suami, tapi malah mengusirnya seakan-akan kamu maunya Didik itu nggak usah lag

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 18

    “Dia ngomong apa aja, Mbak Kiki?” Farida yang langsung bertanya, sedangkan aku memilih diam sembari memijit pelipisku yang terasa nyeri. “Aku juga nggak dengar banyak, Dek. Soalnya aku keburu mau pulang dan balikin motor. Kalau aku sih sudah nggak percaya lagi omongan ibu mertua Mbak Mayang. Tapi para tetangga tadi kelihatan terpengaruh lagi omongannya, dia menangis sesungukan begitu gimana nggak orang-orang pada mengerumuni dia. Mungkin sekarang ini dia masih di sana, entah apalagi yang dia ceritakan, sabar aja ya Mbak Mayang.” Ujar Kiki dan tak lama dia pun pamit pulang. “Mau sampai kapan kakak mau difitnah dan dibuat hancur oleh ibu mertua kakak sendiri. Lagian kenapa bisa Mas Didik begitu, Kak. Bukannya sejak awal dia yang selalu membela Kakak tapi malah ke belakang-belakangnya dia malah pro sama keluarganya di sana.” Sungut Farida. Aku hanya diam membisu.Terus terang aku sendiri juga bingung dengan apa yang telah terjadi. Keputusanku ingin memberi pelajaran pada suamiku malah

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 19

    Pov Didik Semakin hari aku semakin tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan oleh Mayang, istriku. Dia yang dulunya sabar, kini lebih banyak membantah dan bahkan dengan terang-terangan tak mau membantu ibuku, ibu yang melahirkan ku. Aku memang lama menganggu akibat PHK setahun yang lalu dan kami yang waktu itu masih tinggal di rumah ibu, tentu saja berharap seluruhnya pada ibu. Meski sikap ibuku agak keras terhadap kami, namun semua itu aku anggap sebagai cara dia agar kami mau belajar mandiri supaya mapan nantinya.Aku melihat begitu banyak perjuangan ibu yang menampung aku yang sudah nyata-nyata berkeluarga. Makanya aku berjanji saat aku sudah bekerja dan menghasilkan kembali, aku akan menyenangkan hati ibuku, akan tetapi sikap Mayang justru tak menyukai apa yang aku lakukan.Memangnya aku salah memberi ke pada kedua orang tuaku khususnya ibu, aku lakukan semata-mata ingin berbakti di sisa usia mereka nanti. Aku sangat berharap Mayang dapat memaklumiku, tapi aku harus kecewa saa

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 20

    Hatiku hancur melihat kenyataan bahwa Mas Didik memilih pergi ke rumah orang tuanya dan setelah mengambil cincin kawin dari tanganku, dengan cincin itupula dia kenakan di tangan seorang perempuan yang aku sendiri tidak tahu siapa orangnya. Jika memang Mas Didik ingin meminang perempuan lain, mengapa urusannya denganku tidak dia selesaikan dulu.Terasa ada yang nyeri di hatiku bila mengingat story tersebut. Tangan wanita yang ia sematkan cincin di sana.Setelah seharian bermain di pantai, aku membersihkan tubuh setelah menidurkan Arthur yang benar-benar kecapekan. Lima belas menit menyelesaikan ritual mandiku, aku lanjut berbaring santai di samping anakku, anak semata wayangku.Tak terasa air mataku mengalir membuat jejak di pipiku, melihat anakku yang lagi tertidur pulas membuatku semakin membenamkan wajah di bantal, Jika memang benar Mas Didik akan berpisah dariku, bagaimana bisa anak sekecil Arthur sudah harus hidup tanpa kehadiran kedua orang tuanya secara lengkap.“Ya Allah, bant

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 21

    Seminggu setelah Mas Didik meminta maaf karena telah berbohong padaku dengan memprioritaskan urusan ibu dan adiknya tersebut, hidupku berjalan tenang. Bahkan tidak ada tanda-tanda Mas Didik akan mengulangi perbuatannya lagi. Namun ketenangan itu hanya sesaat, semua bermula saat kedua orang tua suamiku untuk meminta kami untuk berkumpul dalam rangka membicarakan pernikahan Iwan, adik bungsu Mas Didik yang sebentar lagi akan menikah dengan Shinta, anak Bu Yuli teman ibu mertuaku.“Dek, nanti sepulang aku kerja, kita sama-sama ke rumah Ibu ya, katanya kita semua disuruh kumpul untuk rembukan membicarakan persiapan pernikahan Iwan.” Aku hanya mengangguk menurut.“Oya, Dek. Dalam beberapa hari kedepan tidak adalagi pemberian bonus bagi karyawan karena katanya untuk kenaikan gaji masih dilakukan pembahasan jadi kemungkinan bonus akan ditiadakan.” Aku yang sedang menyuap nasi goreng ke mulutku terhenti. Kupindai matanya, mencari kebenaran di sana. Ia nampak santai saat menyampaikannya.“In

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 22

    “Meski kami mau rembukan sampai beberapa bulan juga, uang segitu banyak tidak akan bisa terkumpul begitu saja, Bu. Lagian Iwan sendiri yang mau menikah, kenapa kami semua yang direpotkan.” Selaku tiba-tiba. Pandangan mata ibu mertua langsung ke manik mataku.“Kamu itu bisakah setidaknya membantu pernikahan adik iparmu, ini pernikahan terakhir dikeluarga kita jadi haruslah mewah, lagipula Ibu tidak mau malu dengan para tetangga di sini karena Ibu sudah bilang sejak pulang dari memboking tempat di hotel tadi, Ibu sudah bilang ke tetangga kalau resepsi akan dilaksanakan di sana, hanya segitu saja kamu berat juga mau membantu?” Ibu menyahut tak mau kalah.“Bukannya begitu, Bu. Apa yang dikatakan Mayang itu benar, dengan biaya nikah yang cukup besar begitu memangnya kami dapat uang dari mana, apalagi tinggal seminggu lagi. Kalaupun ada uang hanya cukup untuk acara nikahan saja di rumah. Kamu juga, Iwan mau menikah uang simpananmu memangnya nggak ada, sampai-sampai kami semua yang diminta m

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 23

    Part 23 “Ini bukannya kebanyakan, Bu. Memangnya mau mengundang berapa orang?” tanyaku sembari melihat catatan yang diserahkan ibu ke padaku. Ibu langsung merampas catatan itu dari tanganku.“Coba kamu lihat ini baik-baik, mana ada yang kebanyakan. Kebanyakan dari mana, kamu itu harusnya tahu kalau mau mengundang orang seratusan lebih ya begini. Ini sudah sesuai catatannya karena aku minta bantuan Bu Trisno sama Bu Ida waktu membuatnya ini, mereka yang lebih paham soal ini. Iwan sama Shinta sama-sama punya teman kantor yang jumlahnya tidak sedikit, jadi wajib banyak yang diundang.” Katanya kembali menyerahkan catatan itu padaku. Aku menghela napas panjang.“Memangnya Shinta itu bekerja ya, Bu?” Ibu langsung menertawai ku.“Ya dia kerja, dia wanita karir sama seperti Farah, memangnya kamu yang tidak bisa bekerja … lagian siapa juga yang mau mengajak kamu kerja sedangkan sekolah saja hanya lulusan SMP. Selamanya hanya bisa jualan gorengan depan SD.” Ya Allah… sedikit saja aku membuka

Bab terbaru

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 90

    Part 90 “Pernikahan siapa yang kamu maksud gagal?” aku sontak menoleh kaget. Purwanto persis di belakangku. Aku harus mencari jawaban segera atas pertanyaannya.“Tadi … itu si Mayang ke sini dan marah-marahin Ibu, katanya dia tak terima kalau sampai pernikahan Emi dengan Syawal sampai gagal, dia menuduh Ibu yang menggagalkan pernikahan adiknya itu. Kalau mau tahu pastinya tanya Ibu deh sana.” Purwanto masih diam di tempatnya terus menatapku penuh kecurigaan, bahkan ia kini memicingkan matanya.Purwanto langsung mengambil handphone dari tanganku dengan cepat, kemudian membaca layar di gawaiku. Di sana kutulis nama Syahrini, aku sengaja menulisnya dengan nama perempuan supaya suamiku bahkan orang di rumah ini tidak ada satupun yang curiga. Benar saja, setelahnya Purwanto mengembalikan handphone ke tanganku.“Ya sudah… aku pikir tadi apa, lagian berita tentang si Mayang itu nggak penting sama sekali.” Sebutnya, aku bisa bernapas lega begitu melihatnya menanggapi dengan santai apa yang k

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 89

    Part 89Aku menghampiri Emi, adik bungsuku yang terlihat menelungkupkan wajahnya di lengannya, tubuhnya nampak terguncang. Kelihatannya ia sedang menangis. Kubelai rambutnya yang terurai panjang itu, ia belum mau mendongakkan kepalanya.“Mi, Syawal tadi sudah menceritakan semuanya. Apa kamu nggak mau memikirkan ulang apa yang terjadi?” kataku dengan hati-hati. Emi memperbaiki posisinya, tebakanku benar. Ia tengah menangis. “Apalagi yang harus dipikirkan, Kak. Jelas-jelas perempuan itu punya bukti kalau dia memang ada hubungannya dengan Kak Syawal, terus apalagi yang mau dipikirkan dan dia kok masih saja mau mengelak, dasar memang laki-laki selalu begitu. Gayanya aja mau menikah, tapi ujung-ujungnya sudah punya anak dari perempuan lain. Beruntung saja semua ini aku dapati sebelum menikah jadi bisa kuputuskan kalau rencana kami sebaiknya dibatalkan saja.” Terdengar tegas hanya aku tahu Emi masih berharap apa yang terjadi hanyalah mimpi saja.“Tetap harus kamu pikirkan dengan tenang, de

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 88

    Part 88 Pov Mayang Dua minggu kemudian Aku bersyukur harapanku dengan kedua adikku akhirnya terwujud. Toko kue sekaligus tempat tinggal kami dengan mudahnya diberikan oleh bank melalui pinjaman yang kami ajukan. Ruko yang kami beli berada di pusat kota, meski harganya fantastis, minimal dengan usaha yang lancar maka kami yakin akan bisa membayarnya. Tentu dengan kerja keras. Hari ini merupakan hari kedua kami membuka toko, awal pembukaan toko kemarin sudah ramai dengan pengunjung, sebab dengan kepandaian dan gerak gesit Farida di media sosial membuat pelanggan berdatangan. “Ya Allah, luar biasa sekali ya, Kak. Aku yakin kalau begini terus ramenya pasti kita akan bisa dengan mudah mencicil membayar pada bank, apalagi toko ini sekalian tempat tinggal kita sehingga memudahkan kita tetap stand by di toko.” Farida menyapaku pagi ini. Aku mengangguk setuju. Sejak dibukanya toko kue, kami menambah satu orang lagi bernama Marlena untuk menjaga toko bersama Farida, sedangkan Kiki dan aku

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 87

    Part 87Pov Farah Sudah lama sekali aku tidak makan mie ayam yang dijual tak jauh dari rumah, di rumah hanya ada Purwanto dan Sekar, sedangkan Ibu entah ke mana. Mas Didik seperti biasa pergi bekerja.“Pur, kita makan mie ayam yuk.” Ajakku ke padanya. Purwanto yang tengah asik bermain game online sama sekali tak menoleh dan mempedulikanku. Itulah yang membuatku semakin hari semakin bosan padanya. Tak pernah ada niatan di hatinya untuk bergerak mencari pekerjaan dan lebih banyak menggantungkan hidup padaku atau pada Mas Didik.Selama Purwanto tidak bekerja, setiap bulan aku selalu minta jatah pada Mamaku, beruntung Mama tidak keberatan memberikan uang memenuhi kebutuhanku dan Sekar, Punya suami percuma saja, tidak berguna sama sekali.“Ya sudah kamu jaga Sekar, aku mau makan mie ayam di depan sana.” Tetap saja ia tak menoleh dan tak menyahut. Dasar, benar-benar laki-laki tidak ada gunanya. Mataku memperhatikannya selama semenit, tapi aku seperti berbicara dengan patung. Lalu kuputusk

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 86

    Part 86 Pov DidikTak menyangka, rasanya tak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Mayang, kehamilan Farah? Dia benar-benar menuduhku telah menghamili Farah sementara hal ini tidak pernah sekalipun keluargaku bahas dengan orang lain, kecuali semuanya ke luar langsung dari mulut istri adikku itu. “Kenapa? Kaget? Karena aku akhirnya tahu gimana busuknya kamu, yang tak lebih dari sampah dengan menghamili adik iparnya sendiri.” Pandangan kilat kemarahan kulihat di mata Mayang. Apa dia cemburu atau memang malah jijik ke padaku.“Kamu salah sangka, aku tak pernah sekalipun menyentuhnya apalagi sampai menghamilinya. Ia sendiri yang mengarang cerita dan membuatnya seakan-akan aku orang yang tertuduh, kamu percayalah bahwa aku masih tetap menjaga hatiku untukmu.” Aku tahu jika Mayang sangat membenciku, membenci semua kelakuanku padanya sejak aku mulai bisa mencari uang. Kuakui aku berubah dan lebih memprioritaskan kebutuhan keluargaku dengan menggapai surga yang berada di telapak

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 85

    Part 85 “Sebenarnya itu pengajuan saat Saya marah, hari ini Saya datang bersama Ibu Saya ingin meminta maaf dengan Mayang dan ingin meminta agar kami bisa kembali lagi sebagai pasangan suami istri.” Mataku melotot seakan ke luar dari tempatnya. Kok seenaknya Mas Didik berbicara begitu seakan-akan dosa yang ia lakukan padaku dan Arthur dengan begitu mudahnya membuatku memaafkannya lalu menerimanya kembali. Tak semudah itu Fergusso. Betapa selama beberapa bulan ini ia tak berpikir untuk menafkahiku sejak ia mulai bekerja, ia lebih memilih mementingkan urusan keluarganya ketimbang aku dan anak semata wayangnya. Lalu, buat apalagi kami harus menjalin kembali tali pernikahan kami sementara ia sendiri yang membuatnya putus. “Bagaimana, Ibu Mayang. Mungkin apa yang dikatakan penggugat bisa diterima? Atau ada yang ingin Ibu sampaikan.” Tanya petugas yang kutahu bernama Junaedi. “Saya setuju tetap berpisah dengan Pak Didik, soal permintaan maaf tetap akan Saya maafkan hanya untuk kembali

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 84

    Part 84 “Kaget kamu, kan? nggak menyangka, kan? tapi begitulah kenyataannya aku dan Mas Didik sudah lama berhubungan dan tidak lama lagi aku akan punya anak dari dia.” Kata-kata Farah semakin di luar nalar, benar-benar membuatku syok. Meski aku memilih berpisah dari Mas Didik, namun ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Farah masih tersisa rasa perih di hatiku mengetahui kenyataan ini. Rasanya tak adalagi yang kulakukan di sini, sebaiknya aku pergi. Lebih baik menyisih sebentar demi kewarasan hatiku menghadapi orang-orang toxic yang ada di rumah mantan Ibu Mertuaku ini. Entah aku salah atau apa yang disampaikan oleh farah memang benar adanya, yang jelas aku harus pergi secepatnya.Segera kutarik tangan Farida mengajaknya meninggalkan tempat ini. Setelahnya tanpa berkata apa-apa lagi kami pun pergi. Sepanjang perjalanan aku dan Farida lebih banyak diam. “Kak, kamu yakin apa yang dikatakan oleh Farah tadi, apa benar Mas Didik menghamili Farah. Kok makin aneh-aneh keluarga itu.”

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 83

    Part 83Pov Mayang Aku kesal karena panggilan sidang dari pengadilan agama yang masuk sesi pertama yakni sidang mediasi, justru tak dihadiri oleh Mas Didik dan sidang harus ditunda. Ketidakhadirannya membuatku berpikir apakah dia memang sengaja ingin mengulur-ulur perpisahan kami atau memang dia benar-benar sedang berhalangan. Pengadilan agama menunda hingga dua pekan lagi, dan sekarang ini sudah berjalan seminggu aku berusaha menyibukkan diri sehingga saat harinya akan digelar, aku lebih tenang. “Kak, jam delapan ini ada pengantaran tempat Bu Trisno kan? Biar aku aja yang antar ya?” pinta Emi membuat aku, Farida juga Kiki kompak tertawa. Kami langsung tahu maksud perkataannya.“Cieee … ada yang sibuk PDKT sama calon mertua nih, ya udah kamu aja yang antar,” godaku, Emi tersipu malu. Wajah putih pucat nya mendadak merona.“Ya nggaklah, Kak. Aku sekalian mau catat pesanan Bu Ida, katanya dia mau pesan untuk acara apa gitu aku lupa,” sebut Emi, aku terkekeh melihat perubahan wajahny

  • Ibu Mertuaku Penuh Drama    Part 82

    Part 82 “Sekarang … Apa Ibu masih percaya kalau Farah hamil karena aku yang melakukannya?” pertanyaan Didik membuatku terdiam. Meski aku yakin bahwa Didik tidak melakukannya, hanya saja rasa bimbang tetap juga ada, jadi bingung memikirkannya.“Entahlah, Nak. Ibu juga masih belum pasti. Purwanto begitu yakin jika kamu adalah Bapak dari anak yang dikandung oleh istrinya, Ibu masih belum bisa menjawab soal itu. Jika memang kamu bersikeras tak melakukannya, suatu saat pasti akan terbongkar juga yang sebenarnya."Didik dan aku kembali melanjutkan makan kami yang tadi sempat tertunda, hanya sebentar saja Purwanto dan Farah datang. Begitu melihat kami berdua makan, mereka tertawa pelan.“Kasihan … harus makan gorengan yang dijual di pinggir jalan, kayak kami dong, Mas. Barusan makan di restoran.” Suara Purwanto membuat Didik terlihat kesal. Matanya mendelik melihat ke arah menantu dan anakku itu.“Lebih baik makan gorengan di pinggir jalan tapi jelas pakai uang sendiri, ketimbang makan

DMCA.com Protection Status