"Aku tadi gak sengaja ketemu sama Fahri di supermarket, jadi dia nganter aku pulang," ujar Melati."Kak Andre gak mungkin jealous kan sama gue? Kita ini saudara, loh," ujar Fahri."Jujur aja gue gak nyaman dengan kedekatan kalian.""Gue menganggap Melati seperti saudara sendiri, wajar banget jika gue mengantar dia pulang karena gak mungkin gue membiarkan dia pulang sendiri setelah beberapa kali dia selalu dalam bahaya.""Ucapan lo terdengar seperti sindiran, seolah-olah gue gak peduli dengan istri gue.""Udahlah, Mas, jangan berlebihan. Aku dan Fahri itu gak ada apa-apa. Menurutku dia bersikap layaknya saudara yang baik.""Entahlah, tapi gue merasa tatapan lo ke Melati terlihat berbeda."Mendengar itu Fahri hanya tersenyum."Dari dulu lo gak berubah, Kak. Masih saja childish.""Apa lo bilang?" Andre tampak mengepalkan tangannya."Fahri, lebih baik kamu pulang saja, tolong maafkan sikap Mas Andre yang gak pernah bisa bersikap dewasa.""Oke, gue pamit ya, Kak," ujar Fahri lalu bergegas
"Hai, Melati, apa kabar? Lama tak jumpa," ujar lelaki bertubuh besar itu."J..Joni? Ngapain kamu membawaku kesini?"Melati tampak terhenyak saat melihat lelaki yang saat SMA beberapa kali menyatakan cinta padanya. Saat itu Melati selalu menolaknya karena di hatinya hanya ada Arthur. Meski pada akhirnya Arthur lebih memilih Gladis untuk menjadi kekasihnya, tapi Melati tetap mengabaikan perasaan Joni."Melati, setelah sekian lama aku mencarimu, akhirnya aku bisa menemukanmu.""Kamu mau ngapain? Aku sudah punya suami juga anak.""Sejak lama aku mencintaimu, tapi kamu selalu mengabaikanku, hari ini akan kupastikan kamu menjadi milikku," ujarnya sembari menatap Melati dengan tatapan aneh bagaikan seekor singa yang hendak memangsa buruannya."Toloooooooong!" teriak Melati."Jangan berisik, Sayang, aku akan memperlakukanmu dengan lembut.""Tolooooooong!" teriak Melati dengan wajah ketakutan.Melati meraih ponsel dari tasnya, lalu secepat kilat lelaki itu meraihnya lalu menon aktifkan ponsel
"Gimana tadi acara reuninya, seru gak?" tanya Andre yang baru pulang dari kantor, sementara Melati hanya berbaring di tempat tidur memikirkan kejadian buruk yang nyaris menimpanya."Kamu kenapa, kok wajahmu pucat begitu?" Andre kembali bertanya.Melati menatap wajah suaminya dengan perasaan bingung. Jika berbohong ia tak tega, jika jujur ia takut suaminya salah paham, karena ia tahu bahwa suaminya itu sangat pencemburu terutama kepada Fahri."Kenapa diam aja? Oh, ya tadi kamu menelpon beberapa kali, maaf ya tadi mas lagi sibuk banget, lalu pas mas mau telpon balik malah lowbate.""Mas.." Melati menatap suaminya dengan wajah was-was."Kamu kenapa, sih? Kok kayak takut giti sama mas?"Melati menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan secara perlahan."Mas tahu kan kalau Pak Yono hari ini minta izin untuk ke rumah sakit karena anaknya keracunan?""Iya, lalu?""Aku terpaksa naik taksi online. Lalu setibanya di sekolah SMAku dulu, tempat itu sepi, bahkan tampaknya sudah terbengkalai.""L
"Aku yakin dengan keputusanku untuk mencabut tuntutan pada Gladis," ujar Melati."Entahlah Melati, mas bingung dengan keputusanmu.""Jujur saja aku selalu dihantui rasa bersalah sejak Gladis dipenjara.""Ya sudah kalau begitu," ujar Andre. Lalu setelah itu mereka bersiap menuju kantor polisi untuk mencabut tuntutan pada Gladis."Melati, sekarang lo sudah tahu, kan, kalau gue gak ada sangkut pautnya dengan rencana Joni?" ujar Gladis sembari sesekali meringis menahan luka lebam di area wajahnya."Gladis, apa lo berani bersumpah kalau lo tidak menyuruh Joni?""Gue berani bersumpah, Mel.""Sebenarnya gue belum tahu apakah lo bener atau salah, tapi sejak lo dipenjara, gue gak bisa tidur memikirkan nasib lo.""Selama dipenjara, gue selalu dibully hingga wajah gue babak belur, gue menderita di dalam penjara padahal gue difitnah oleh Joni.""Kalau lo ngerasa gak melakukannya, kenapa Joni membuat persaksian kayak gitu, ya?"Setelah itu mereka meminta izin pada polisi untuk menjenguk Joni. Nam
Joni langsung berlari meninggalkan Fahri yang bersimbah darah, sementara Bu Farah berteriak histeris menatap putra semata wayangnya itu. Beberapa saat kemudian ambulans datang, lalu Fahri segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu dada Melati semakin berdebar, pikirannya hanya tertuju pada Fahri. Akhirnya ia menelpon Fahri karena perasaannya semakin tak karuan."Hallo, Fahri.""Hu.hu..hu..." Bu Farah malah menangis tersedu-sedu saat menerima telpon dari Melati."Kok Tante yang mengangkat telepon? Fahri gak kenapa-kenapa, kan, Tante? Soalnya aku tiba-tiba merasa cemas sama dia.""Melati, sekarang tante membawa Fahri menuju rumah sakit, seseorang menusuk perutnya dengan pisau."Mendengar itu seluruh tubuh Melati terasa lemas, bahkan perutnya terasa sangat sakit seolah ada pisau yang menancap di perutnya."Di rumah sakit mana?" tanya Melati dengan suara lemah."Kami menuju rumah sakit Jakarta medika," ujar Bu Farah.Setelah itu Melati segera menutup telepon, lalu bergegas menuju ruma
"Fahri, apa lo mencintai istri gue?" tanya Andre saat Melati membiarkan mereka mengobrol berdua."Jujur saja iya," jawabnya lirih.Degh! Seperti biasa api di hati Andre mulai membara. Namun, ia mulai meredam amarahnya dan mencoba tenang."Tapi lo tahu kan kalau Melati itu milik gue?""Gue cuma ingin melindunginya, perasaan gue tulus tanpa mengharapkan balasan." Fahri tampak masih lemas dan sedikit terbata-bata saat mengatakannya.Andre hanya diam dan tak mampu berkata-kata."Gue gak pernah memiliki niat untuk merebut milik orang lain, gue hanya ingin dekat dengan dia, meski sebagai saudara.""Iya, asalkan lo cepat sembuh, gue janji akan mengizinkan lo untuk jalan sama istri dan anak-anak gue. Karena kita saudara, jadi istri gue juga saudara lo."Kalimat tersebut membuat Andre merasa sesak dada, ia sangat berat mengatakannya, tapi ada sesuatu yang tak bisa ia mengerti terus mendorongnya untuk mengatakan hal tersebut. Sementara itu Fahri tersenyum senang, ia merasa ingin segera pulih ag
29Fahri tak berhenti menatap Melati, ia selalu merasa nyaman saat berada di dekatnya."Kamu, bukankah kamu istrinya Andre?" Seorang wanita bertubuh jenjang tiba-tiba muncul hingga membuat Melati dan Fahri terkejut."Iya, lalu?" Melati menanggapi santai saat wanita itu menatapnya dengan penuh tanya dan senyum sinis."Kalian lagi selingkuh atau gimana? Kok santai banget saat kepergok gini, apa gak takut kalau gue ngelaporin apa yang kalian lakukan?""Gue Fahri, gue sepupunya Kak Andre. Dia sudah tahu kalau gue mengajak istri dan anak-anaknya jalan.""Hemm..gitu, ya? Menurut gue sih meski sepupunya Andre, tapi gak etis aja jika sedekat ini dengan istrinya.""Udah, yuk, kita pergi aja!" ajak Fahri lalu memanggil pelayan untuk meminta bill makanan yang telah mereka makan.Sementara itu Kristal langsung memfoto saat Fahri menggenggam pergelangan tangan Melati, lalu bergegas mendatangi kantor Andre. "Semoga saja Andre berada di sana sekarang, untung saja dulu gue pernah dikenalin sama boka
"Mas, kenapa kamu diam saja?" tanya Melati saat Andre tengah termenung memikirkan ucapan kakak iparnya yang membahas tentang kembaran Melati."Enggak, aku cuma penasaran dimana kembaran kamu sekarang." Andre tampak belum berani mengatakan kecurigaannya pada Fahri yang mungkin saja saudara kembar Melati di hadapan kakak iparnya, karena ia takut jika Bu Farah malah akan dituntut dengan kasus penculikan."Andai saja suatu hari nanti aku bisa bertemu dia," ucap Melati.Mendengar itu Andre hanya terdiam. Disatu sisi ia sangat senang jika ternyata Fahri adalah saudara kembar Melati, karena ia tak perlu lagi merasa cemburu padanya. Namun, di sisi lain ia khawatir jika Bu Farah harus berurusan dengan polisi.Setelah berbincang lumayan lama dan menyantap aneka makanan, Andre dan Melati mengajak kakak-kakak ipar beserta suaminya itu ke rumah mereka."Masya Allah, ini rumah kalian?" Mereka tampak tercengang saat melihat rumah 3 lantai dengan luas tanah keseluruhan 536 m2 sementara luas bangunan
Untuk menebus kesalahannya pada Bianca, Fahri sering menghabiskan waktu bersama Kristal dan Bianca. Mengajak mereka makan, nonton di bioskop, belanja atau pergi ke Time Zone.Sementara itu hati Kristal semakin berbunga-bunga setiap kali dekat dengan lelaki yang wajahnya mirip aktor drama Korea itu. Awalnya niat Kristal mendekati Fahri adalah untuk membuatnya patah hati, untuk membalas dendam pada Melati. Namun, rupanya ia benar-benar mencintai Fahri.Sementara itu Bianca bisa merasakan bagaimana perasaan Kristal pada Fahri, lalu saat Kristal tengah ke toilet, Bianca memberanikan diri untuk bertanya pada ayah kandungnya itu."Bagaimana perasaan Papa pada mamaku?" Fahri terhenyak bercampur haru karena Bianca tiba-tiba menyebutnya papa."Kamu menyebutku papa? Terima kasih ya, Sayang.""Aku memutuskan untuk memaafkan Papa karena Mama selalu mengatakan jika Papa sebenarnya adalah orang baik.""Terima kasih, Sayang. Papa janji akan melakukan apapun buat kamu.""Termasuk menikahi Mama?" Ia
Bab 44Fahri menceritakan pada Bu Farah tentang kenyataan bahwa Bianca adalah anak kandungnya."Kemarin Melati hanya cerita kalau mereka sudah meninggalkan rumah itu, karena ternyata Bianca bukanlah anak Andre. Lalu mengapa tiba-tiba kamu mengatakan bahwa dia anakmu?"Fahri langsung menceritakan semuanya, bahkan tentang hasil test DNA mereka."Kita rebut saja Bianca dari Kristal, wanita itu jahat dan licik. Bianca tak pantas tinggal bersamanya.""Jangan, Ma, Kristal tampak sangat tulus menyayangi Bianca, apalagi dia yang sangat berjasa dalam hidup Bianca, jadi kita jangan memisahkan mereka.""Tapi Kristal itu sudah hampir menghancurkan rumah tangga Andre dan Melati, seharusnya dia dipenjara karena sudah menipu dan memeras Andre, untung saja Andre dan Melati terlalu baik hingga dengan mudah memaafkan mereka.""Kristal melakukannya karena dia sangat mencintai Kak Andre, dia bukanlah tipe wanita matre.""Bagaimana bisa kamu tiba-tiba berpikir begitu?""Aku sudah menawarkan rumah, mobil a
43"Mbak, bisa ajari aku shalat?" tanya Bianca pada pembantunya."Emangnya Non Bianca belum bisa shalat?" Wanita berusia 35 tahun itu mengernyitkan dahi."Waktu kecil sih pernah diajari oleh Oma, tapi sekarang sedikit lupa karena jarang shalat."Setelah itu pembantunya yang bernama Halimah mengajari Bianca bacaan shalat, hingga ia kembali mengingat semua bacaan yang pernah diajarkan oleh omanya. "Kebetulan sekarang sudah waktunya shalat ashar, ayo kita shalat!" ajak Halimah.Bianca mengangguk, lalu mengambil air wudhu. Lalu mengenakan mukena yang setiap lebaran ia beli tapi tak pernah ia kenakan. Setelah itu ia shalat bersama Halimah. Setelah selesai shalat, Bianca mengangkat kedua tangannya seraya berucap lirih."Ya Allah, pertemukan aku dengan kedua orang tua kandungku, lalu jika boleh aku meminta, aku ingin memiliki papa seperti Om Fahri."Mata Halimah berkaca-kaca saat mendengar doa yang diucapkan anak majikannya itu, lalu ia mengaminkan doa tersebut dan berharap Allah mengabulka
"Kalian semua siapa? Kenapa manggil saya Ibu dan Nenek? Lalu merangkul saya gitu?" Wanita berjilbab lebar itu tampak kebingungan.Andre dan Melati tiba-tiba terdiam, kembali terbayang dalam ingatan saat mereka melihat dengan kepala sendiri bahwa sosok yang mereka panggil Ibu itu telah dikafani dan dimasukan liang lahat."M..maaf, Bu. Kami mengira Ibu adalah Ibu mertua saya." Melati langsung beringsut mundur dan meminta maaf, begitu pula Andre yang langsung menarik keempat anaknya."Iya, Bu. Mohon maafkan kami," ucap Andre saat menyadari bahwa ibunya tak mungkin bangkit dari kubur lalu kembali membeli martabak di tempat langganan mereka dulu."Kalian kenal Ibu itu? Tolong bayarkan martabak yang ia beli, masa pesan dua loyang martabak tapi gak mau bayar," ujar pedagang martabak dengan wajah kesal."Jadi berapa?" tanya Andre."40 ribu."Andre langsung meraih dompetnya lalu memberikan selembar berwarna merah."Nanti kalau Ibu ini datang lagi, kasih gratis aja," ujar Andre lagi."Siap!" sa
"Jadi, Fahri itu saudara kembar kamu?" tanya Kristal tiba-tiba."Iya," jawab Melati sembari tersenyum."Mitosnya, kalau orang kembar itu memiliki ikatan batin yang kuat, jika salah satu merasa tersakiti, maka kembarannya akan merasakan hal yang sama. Bener, gak?" Kristal kembali bertanya."Betul. Aku sering merasakan apa yang Melati rasakan." Fahri menyahut."Aku juga bisa merasa gelisah saat sesuatu yang buruk menimpa Fahri, contohnya saat Fahri mengalami penganiayaan hingga masuk rumah sakit, saat itu aku merasakan rasa sakit yang sama.""So sweet banget ya kalian." Kristal tampak tersenyum aneh.Sementara Bianca tampak terus menatap Fahri sembari tersenyum, dalam hatinya ia sangat mengidolakan lelaki itu."Apa Om Malaikat sudah menikah?" tanyanya tiba-tiba."Bagaimana kalau mulai saat ini Bianca panggil Om Fahri aja, karena om tidak sebaik Malaikat.""Oke, Om Fahri sudah menikah?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya."Om pernah menikah, tapi sekarang istri om sudah meninggalkan om."
"Dok, kenapa putri saya gak bangun-bangun?" Kristal tampak panik saat melihat Bianca yang tiba-tiba tak sadarkan diri.Setelah itu dokter langsung memeriksa denyut nadi dan detak jantungnya."Putri Anda baik-baik saja, ia hanya pingsan dan butuh banyak istirahat."Kristal menghela napas lega, lalu segera menggenggam tangan gadis berusia 14 tahun itu."Bianca sayang, mama sangat menyayangi Bianca. Meski Bianca tidak terlahir dari rahim mama, tapi kamu adalah anugerah dari Tuhan yang dikirim untuk menggantikan anak mama yang telah tiada sebelum lahir ke dunia."Air mata Kristal berjatuhan membasahi tangan Bianca."Jadi, aku bukan anak kandung Mama?"Kristal tampak terhenyak saat Bianca tiba-tiba sadar."Emmm.. maksud kamu apa, Sayang? Mungkin kamu salah dengar.""Gak apa-apa, kok, Ma, aku sudah curiga sejak mengetahui bahwa Mama dan Om Andre tidak memiliki alergi yang sama denganku.""Sayang, apapun yang terjadi, mama akan selalu menyayangi Bianca.""Bagiku Mama Kristal adalah wanita ya
Bab 39"Kamu itu cantik, karir kamu juga bagus, ngapain kamu kebucinan sama suami orang?" Melati mencoba bersikap tenang saat menanggapi ucapan Kristal yang mengatakan tidak bisa move on dari Andre.Mendengar itu Kristal hanya terdiam dan tak berani lagi mengatakan apapun. Tidak berapa lama kemudian dokter keluar dari ruangan operasi."Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, pasien juga sudah melewati masa kritis. Tapi masih butuh istirahat dan belum bisa ditemui."Mereka bertiga mengangguk, lalu berpamitan untuk menyelesaikan biaya administrasi."Melati, aku janji, gak akan ganggu Andre lagi. Tapi tolong, izinkan aku dan Bianca sementara waktu tinggal di rumah kamu.""Lah, ngapain aku melihara ular di rumahku? Gak ada faedahnya.""Aku tahu hati kamu sangat baik, please, aku gak mau membuat Bianca kecewa.""Aku bersedia mengadopsi Bianca menjadi anakku. Tapi aku udah gak mau menerima kamu di rumahku.""Aku gak bisa jauh dari Bianca, tapi aku juga gak tega membawa dia pergi. Asal kam
Bab 38"Apa jangan-jangan Bianca bukan anak kamu ya, Mas?" "Gimana bisa? Bukankah hasil DNAnya positif kalau dia anakku?""Iya, juga, sih. Tapi...""Sebenarnya mas juga gak pernah yakin kalau dia anakku. Soalnya mas gak pernah merasakan ikatan batin sama sekali sama dia. Tapi jika mengingat hasil DNA yang ternyata positif, maka mau tak mau mas harus mengakuinya sebagai anak.""Dulu, apakah Mas yakin kalau Kristal beneran hamil?""Iya, malah dia nunjukin testpack juga hasil pemeriksaan dari dokter kandungan."Melati dan Andre tampak meragukan bahwa Bianca bukanlah anak Andre. Namun, mereka membutuhkan banyak bukti untuk mengetahui kebenarannya.Keesokan harinya, setelah pulang sekolah, Yono menjemput Aldi dan Arka, lalu setelah itu mereka ke sekolah Bianca. Saat di perjalanan, tiba-tiba mereka melihat pedagang telur gulung dan aneka jajanan jalan lainnya."Jajan dulu, yuk, Kak!" ajak Arka."Boleh juga, tuh, udah lama, ya, gak makan telur gulung, bakso ikan, cimin, makaroni pedas dan j
Melati dan Bu Farah janjian bertemu di restoran, lalu mereka makan sembari berbincang-bincang."Oma seneng banget bisa makan bareng sama Aurora," ujar Bu Farah sembari mencubit pelan pipi gadis kecil itu yang sangat menggemaskan."Aurora juga seneng, kenapa Oma gak tinggal di rumah kami aja?" celotehannya membuat Bu Farah semakin merasa gemas."Oh, ya, Tante. Ada apa Tante mengajak aku bertemu di sini?" tanya Melati sembari menyedot jus mangga yang ia pesan."Rencananya tante mau mengembangkan butik yang sekarang sedang tante kelola, barangkali kamu mau invest saham?""Boleh, tuh, Tante. Setahuku butik Tante kan sangat laris, ya, pemasukannya juga oke.""Alhamdulillah kalau kamu setuju, nanti kamu dapat bagian 40 % dari penghasilan bersihnya.""Ngomong-ngomong, Tante butuh berapa?"Bu Farah menyebutkan nominal yang ia butuhkan, lalu Melati langsung menyetujuinya. Saat tengah asyik mengobrol, tiba-tiba ponsel Melati berdering."Mbak Mel, Mbok Jum sekarang sedang pingsan gara-gara ngeli