Saat turun dari mobil, wajah Tanya terlihat sangat pucat karena masih ketakutan terhadap kejadian barusan. Melihat gaya Shella, Tanya tahu bahwa Shella memang berniat untuk mencelakai Tanya. Namun, untung saja dia memang tidak ada masalah apa pun dengan Ruben. Semua ini hanya kesalahpahaman, jadi dia masih terlihat cukup percaya diri di hadapan Shella.Tadi ... Tanya telah melemparkan semua kesalahan kepada Juanita, tampaknya Shella seharusnya percaya. Entah cara apa yang akan digunakannya untuk menghadapi Juanita kelak. Bagi Tanya, tentu saja akan lebih baik jika Shella menggunakan cara yang keterlaluan.Tanya mengangkat tangannya untuk menepuk dadanya, mencoba untuk menenangkan napasnya sendiri. "Nggak apa-apa, semua baik-baik saja ...," ucap Tanya menghibur diri. Kejadian tadi memang membuatnya ketakutan. Dia adalah seorang nona dari keluarga kaya yang tidak pernah mengalami kejadian seperti itu. Namun, dia sendiri malah telah membuat Juanita mengalami hal yang sama beberapa kali. K
"Kenapa kamu bawa Jingga ke sini juga?" tanya Juanita dengan kaget sambil menatap Tommy. Dalam sesaat, dia tidak bisa menebak apa yang sedang direncanakan oleh Tommy. Tommy mengatupkan bibirnya sambil tersenyum dan mengelus kepala Jingga sambil berkata, "Tentu saja harus Jingga yang jadi pengiring pengantin di pernikahan kita. Kali ini aku membawanya datang untuk mencoba pakaian."Mendengar penjelasan Tommy, Juanita merasa hatinya seakan-akan hampir meleleh. Tak bisa dipungkiri, Tommy benar-benar perhatian. Juanita awalnya khawatir Tommy akan mengabaikan Jingga setelah memiliki anak. Namun ... dilihat dari sikap Tommy sekarang, sepertinya Juanita yang berpikir berlebihan."Mama, cantik sekali tempat ini!" Bagaimanapun, Jingga adalah seorang anak kecil. Dia tentu akan merasa penasaran dengan sekitarnya ketika berada di tempat yang baru. Tadinya Juanita tidak terlalu memperhatikan, kini setelah mendengar ucapan Jingga, dia juga mulai melihat ke sekelilingnya dengan saksama.Ketika datang
Melihat sosok keluarga Juanita yang berbahagia, ekspresi Tanya tampak sangat buruk. Namun, dia tidak menunjukkannya terang-terangan. Seketika, dia langsung menyembunyikan perasaannya yang cemburu. Dia maju dan berkata sambil tersenyum, "Tommy, kebetulan sekali kalian di sini."Tommy hanya melirik Tanya sekilas, lalu mengalihkan pandangannya pada Yolanda. Tommy selalu tertimpa sial jika bertemu dengan Yolanda. Tanya yang selalu bergaul dengan Yolanda juga pasti bukan pengaruh baik. Yolanda berjalan santai ke hadapan Juanita, lalu menilai penampilannya dan menyindir, "Wah, kukira siapa, ternyata Nona Juanita ya. Setelah pakai gaun mewah begini, orang miskin juga bisa tampak kaya ya."Usai bicara, dia langsung tertawa terbahak-bahak. Saat melihat Yolanda tadi, Juanita sudah berfirasat buruk. Kini Yolanda berkata seperti itu di hadapan semua orang, ekspresi Juanita juga tentu menjadi sangat muram. Dengan wajah murung, Tommy berkata dengan nada datar, "Minta maaf."Yolanda malah membelalakk
Kediaman Ador sedang sibuk mempersiapkan jamuan makan. Soraya dan Jordy mulai menginstruksi para pelayan. Bagaimanapun, Adam sudah pulang.Jika tidak sibuk, mereka biasanya juga akan mengadakan jamuan seperti ini. Akan tetapi, karena Adam di sini, mereka tetap harus mengadakannya tanpa peduli sibuk atau tidak. Apalagi, kali ini bisa dibilang sebagai pesta penyambutan Adam."Jordy, gimana dengan Tommy ...." Soraya sudah lama tidak bertemu Tommy, padahal dia satu-satunya putra mereka. Meskipun mereka berselisih karena masalah Juanita, Tommy tetaplah darah dagingnya."Panggil dia datang." Jordy lebih lugas dari Soraya. "Ayah akan datang, mana boleh dia menolak hadir? Benar-benar nggak masuk akal. Waktu itu, dia sudah bersikap lancang karena wanita itu. Kalau nggak datang, aku nggak akan mengakuinya sebagai putraku lagi."Jordy cukup jengkel dengan putranya ini. Bagaimanapun, Adam telah menceramahinya karena Tommy yang menghukum Yolanda.Ketika mendengar suaminya berkata begitu, Soraya ten
Malam itu, karena keperluan bisnis, seluruh keluarga menginap di Kediaman Ador. Adam berucap, "Tommy, ada yang ingin kubahas denganmu. Satu malam saja mungkin nggak cukup untuk membahas masalah ini. Kalau pulang lagi, kamu sendiri yang akan repot. Lebih baik menginap di sini malam ini."Tommy mengernyit mendengarnya. Dia tanpa sadar menolak, "Kakek, nggak perlu. Paling-paling, aku kemari lagi besok. Nggak akan repot kok.""Tommy!" Jordy tidak menyetujui ide Tommy ini. Dia menegur, "Kakekmu jarang-jarang menyuruhmu nginap, kenapa nggak temani dia saja? Lagian, kalian sudah lama nggak bertemu.""Benar, Tommy. Kamu sudah buat kakekmu mengamuk hari itu. Kurang baik kalau kamu membuatnya kecewa lagi, 'kan?" nasihat Soraya dengan lirih sambil menarik lengan baju Tommy.Ekspresi Tommy masih terlihat murung. Dia tidak ingin menginap di sini karena khawatir Juanita akan merasa tidak nyaman.Ketika Tommy memikirkan cara untuk menolak, Juanita tiba-tiba berkata, "Tommy, kita menginap saja di sini
Juanita terperanjat dengan tindakan mendadak Ruben. Dia sontak mundur, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan?""Kak, kenapa kamu begitu takut? Aku nggak akan memakanmu kok!" timpal Ruben sembari tergelak. Terdengar nada cabul di suaranya sehingga membuat Juanita merasa tidak nyaman.Juanita menatap Ruben dengan waspada. Ruben melihat semua ini dengan jelas. Dia memperlihatkan senyuman, lalu mencoba mendekati Juanita lagi. Kali ini, dia berhasil memeluk Juanita. Orang luar yang melihatnya pasti akan mengira mereka tengah bermesraan.Awalnya, Juanita tidak terlalu memikirkan situasi ini. Dia hanya merasa Ruben benar-benar aneh, tidak tahu apa yang ingin dilakukan pria ini."Apa yang kamu lakukan?" tanya Juanita lagi sambil mencoba mendorong Ruben, tetapi pria ini sama sekali tidak bergerak. Kalau orang lain melihatnya, mereka pasti akan salah paham.Setelah berpikir begitu, Juanita mendorong Ruben dengan makin kuat lagi. Namun, usahanya sia-sia. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki ya
Begitu melihat isi pesan tersebut, wajah Juanita sontak memucat. Jelas, pesan itu bukan dikirimkan olehnya. Ponselnya sempat ketinggalan di bawah, yang berarti ada yang mengambilnya dan mengirim pesan kepada Ruben."Tommy, aku nggak melakukan itu. Percaya padaku," ujar Juanita yang menatap Tommy dengan cemas. Dia tahu anggota Keluarga Ador tidak mungkin memercayainya. Jika Tommy juga tidak memercayainya, nama baiknya tidak akan bisa pulih.Saat berikutnya, Soraya melangkah maju dan mengangkat tangannya untuk menampar Juanita. Suara nyaring seketika terdengar, lalu disusul makian Soraya. "Kenapa kamu nggak tahu malu begini? Kamu istri Tommy, kenapa kamu menyakitinya?"Tamparan Soraya ini tidaklah ringan. Juanita merasa wajahnya perih, bahkan kepalanya terasa pusing. Kali ini, Soraya benar-benar gusar. Sebelumnya, dia selalu dipenuhi wibawa. Bahkan, ketika mendesak Juanita meninggalkan Tommy, dia juga bersikap lembut.Ini karena Soraya tahu, wanita dari keluarga terkemuka seperti dirinya
Juanita mengangguk. Tommy menggandeng tangannya, berharap bisa memberinya kekuatan dari sini. Sementara itu, satu tangannya menggendong Jingga. Ketiganya sama-sama menuruni tangga.Di ruang tamu, semua orang sedang duduk di sana. Ketika melihat orang-orang di bawah mendongak menatap mereka yang menuruni tangga, langkah kaki Juanita sontak terhenti.Tommy segera menarik Juanita, lalu wanita itu baru mengikutinya selangkah demi selangkah. Tommy seolah-olah tidak melihat pandangan orang-orang itu. Dia langsung berjalan ke luar pintu.Ketika melihat putranya tidak berniat untuk berhenti, Jordy langsung membentak, "Berhenti!" Tommy baru menghentikan langkah kakinya."Kamu harus memberiku penjelasan hari ini. Wanita ini sudah melakukan hal yang begitu memalukan hari ini. Keluarga Ador nggak mungkin menerimanya," ucap Jordy dengan tegas.Sebelum Tommy turun, mereka sudah mengadakan rapat kecil di lantai bawah untuk membahas cara mengatasi masalah ini.Pada akhirnya, mereka merasa sebaiknya me