Beranda / Fantasi / Iblis Itu Suamiku / CHAPTER 3 : NYONYA DAYTON

Share

CHAPTER 3 : NYONYA DAYTON

Penulis: Audreana Ivy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-14 07:53:59

Apa yang paling aku benci selain orang-orang?

Keramaian dan tatapan orang-orang seperti saat ini⸻hampir setiap pasang mata memperhatikanku. Bagaimana tidak?

Saat ini aku dan suamiku⸻pria yang semalam kutemui⸻baru saja turun dari mobil Bugatti La Voiture Noire. Salah satu mobil yang dinobatkan menjadi mobil termahal di dunia senilai 18,7 Juta USD, tengah mampir di sebuah rumah sakit yang terletak di jantung kota London dan tebak apa jabatan suamiku tersayang ini?

Direktur utama sekaligus pemilik dari rumah sakit yang tampak seperti hotel ini. Aku mencoba berdeham beberapa kali dan membenarkan rambutku yang sudah kutata seapik mungkin. Tentu saja, aku tak ingin mempermalukan diriku sendiri dengan berpakaian seperti gembel. Dress berkerah tinggi dengan pita tanpa lengan  merek Prada, dipadukan dengan mantel Gucci coklat membalut tubuh rampingku, tak lupa bots berhak tinggi berwarna senada dengan renda hitam di ujung dressku.

            Sepanjang jalan beberapa orang menyapa kami dan tersenyum , tanganku melingkari lengan kekar Sebastian yang kini telah terbalut dalam jas dokter putihnya, hebat bukan?

Pria pirang ini tidak hanya seorang direktur, tetapi ia juga telah mengantongi gelar profesor dalam bidang psikologi. Peganganku semakin erat saat beberapa orang bersetelan jas dokter berhenti di hadapan kami dan menyapa. Aku gugup tentu saja, siapapun akan sangat terkejut, jika mengetahui pria tampan di sampingku ini⸻sang direktur tiba-tiba saja memiliki istri dalam waktu semalam.

“Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Dayton,” sapa pria gempal berkumis putih bernametag  ‘Charless Robbaine’. Aku melempar senyum menanggapi sekaligus menyapa para dokter.

“Professor Dayton, anda selalu terlihat romantis sekali dengan Istri anda,” gurau seorang dokter lain berperawakan tinggi dan hidung bak menara Eiffel yang menjulang.

‘Tunggu, telingaku merasakan kejanggalan di sini,' pikirku sejenak.

Direktur rumah sakit di sampingku ini hanya tertawa renyah dan justru merangkul bahuku mesra, “Makanya, Mike cepatlah menikah atau kau akan menjadi bujangan tua.” Tawa mereka menggema di sepanjang lorong  menanggapi Sebastian yang kini ikut bergurau.

“Nyonya, bagaimana bisa anda mendapatkan hati  Profesor?" celetuk salah seorang wanita berjas dokter di sana, aku hanya tersenyum kikuk hingga kilasan balik di hari perjanjian idiot itu teringat kembali, membuatku mengerjapkan mata beberapa kali mencoba melupakan memori memalukkan itu.

“Dia melamarku terlebih dulu,” ucap Sebastian gamblang diikuti senyum manis hingga aku dapat melihat lubang di kedua sisi pipinya. Aku menepuk bahunya membuat pria pirang itu terkejut dan memasang tatapan polos seolah tak mengerti apapun.

Aku menggigit bibirku keras. Seratus persen aku yakin wajahku sudah seperti kepiting rebus, reflek  saja aku memukul bahunya pelan lagi dan berjalan lebih dulu.

‘Tuhan aku tak kuat menahan malu lebih lama.’

“Lho … kan benar kau yang bilang, ‘ Cintailah aku jadilah sua-” melangkah kilat, aku segera membekap mulut pria pirang yang menyebalkan ini.

Demi apapun pasti kami sudah seperti pasangan gila, aku langsung menyeret Sebastian untuk pergi dengan rentetan omelan andalanku menemani perjalanan kami menuju ruangannya, bahkan aku tak peduli meskipun iblis sialan ini harus membungkuk karena perbedaan tinggi kami sewaktu aku menyeretnya.

“Aku berharap hubunganku seromantis direktur dengan istrinya,” kagum Mike histeris dan menutup wajahnya mengalihkan pandangan dari dua insan yang baru saja berbelok menuju lift.

“Nyonya Dayton sangat pemberani ya? Ia melamar  profesor Sebastian lebih dulu lho ...” sambung si dokter wanita yang segera diikuti anggukan ketiga dokter yang lain.

*****

            Ruangan Sebastian adalah ruangan yang hampir sebesar appartemen studioku. Jangan lupakan interior hitam putih kesukaannya yang ternyata masih ia pertahankan di ruang kerjanya ini. Aku memperhatikan tulisan di atas meja yang menunjukkan identitasnya dengan jelas ‘  direktur ’ begitulah bunyi tulisannya.

Saat ini aku telah berada di ruangan pria pirang yang sedang sibuk menerima telfon dengan seseorang di seberang sana. Merasa lelah akhirnya aku memilih duduk di sofa beludru berwarna hitam dan berselancar dengan ponsel yang baru saja kudapat dari suamiku ‘tersayang’. Iblis abad ke-21 itu berkata,’ Kau adalah istri dari direktur rumah sakit terkenal dan kau menggunakan ponsel buntut begitu?’

Dan selanjutnya ia memberikan ponsel keluaran paling terbaru, dasar iblis tajir.  Iris hazelku sibuk naik turun melihat postingan seseorang hingga ponselku tiba-tiba melayang dan aku dapat melihat wajah tampan nan rupawan si pirang.

“Ah, jadi dia ya mantan kekasihmu? Aku jauh lebih tampan.”

Sebastian duduk di sebelahku membuat sofa yang sedang kududuki berguncang karena  pria ini duduk seenaknya sendiri. Aku hanya memutar mata dan mencoba meraih ponselku, hingga teringat satu pertanyaan yang sejak tadi mengganjal dibenakku.

“Sebastian, bagaimana bisa orang-orang seperti mengenalku sudah lama menikah denganmu?” tanyaku tanpa melihat iris legam pria di hadapanku yang sepertinya tengah berpikir.

“Aku hanya merubah ingatan mereka, itu saja.”

Berkedip berulang kali, aku masih mencoba mencerna ucapan pria di hadapanku. Benar, pria ini bukanlah manusia. Akal seorang manusia hina sepertiku tidak akan dapat memahaminya, sehingga aku hanya ber-oh-ria dan kembali duduk di sampingnya.

“Kapan kita akan memulai permainan pertama?”

Sebastian hanya mengangkat kedua tangannya dan tanpa seijinku pria pirang ini telah meletakkan kepalanya di atas pahaku ⸻ sekarang beralih fungsi sebagai bantal. Aku hendak protes namun ia meletakkan jari telunjuknya di hadapan bibir tipisku.

“Itu terserah padamu, kau adalah Nyonya Dayton. Semua berada dalam genggamanmu dan aku adalah bidakmu,” tuturnya tenang dan mulai memejamkan mata, sementara aku masih berpikir keras.

“Bahkan jika sekarang apa sudah bisa?”

Sebastian membuka matanya lalu mengulas senyum miring dan melirik ke arah pintu sesaat, “ Tentu aku sudah menyiapkan panggung utama untu kita pagi ini.”

Pria itu mengambil ponsel berwarna hitam miliknya dan menunjukkan salah satu pesan di sana dari kontak bernama ‘ asisten’.

Sepertinya kontak yang mengirimkan pesan adalah sang asisten, Felix. Dalam pesannya pria itu bertkata, ‘ Nyonya Oswald tengah dalam perjalanan untuk melakukan meeting bersama anda pada pukul 10 pagi ini, tolong persiapkan langkah pertama anda dengan baik,  sebelum panggung pertama siap.’

Menganga tak percaya, bagaimana bisa seseorang sepertinya tiba-tiba saja sudah menyiapkan rencana untuk memulai proyek yang baru saja disusun pagi tadi. Pria yang tak lain adalah sang iblis itu mengendik santai, wajahnya seolah berkata,‘ Of Course, aku tau aku hebat.’

“Apa yang sudah kau rencanakan hingga bergerak terlebih dahulu tanpa perintahku?” tanyaku dengan suara tegas pada sang iblis yang sudah menunduk sembari mengulas senyum.

“Mohon maaf atas segala kelancangan saya, Nona. Saya hanya ingin mengesankan Nona dengan kesan pertama ini.”

Benar apa kata si pirang ini, dan ia berhasil!

 Bukankah ini bisa jadi kesempatan emas bagi kami, tepat sebelum aku harus mengenalkan suami iblis tersayangku ini di hadapan seluruh keluarga besar Oswald. Setidaknya kami harus bertemu sebelum mereka melakukan meeting layaknya sebuah ketidaksengajaan.

Mereka pasti akan segera menjilat ujung sepatuku hanya agar acara mereka dapat membentuk citra perusahaan yang baik, dan kakak sulungku itu akan dikenal sebagai sosok wanita cerdas, rendah hati dan dermawan.

“Tidak apa-apa, aku cukup puas dengan hadiahmu. Lalu apalagi? Apa yang harus aku lakukan saat kalian bertemu di kantor?”

Sebastian menyisir rambutnya ke belakang dan melonggarkan sedikit dasinya. Selanjutnya yang dilakukan si pirang ini adalah menggeser duduknya agar semakin dekat padaku, aku hanya mengerjap kaget karena tingkah anehnya ini.

“Mari kita mulai tugas pertama Nona sebagai seorang Istri, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku akan ikuti alurmu.”

Aku berpikir sejenak perasaan khawatir menelusup masuk membuatku berakhir mengigit ujung kuku, “Bagaimana jika aku mengancam mereka dengan proyek ke depan kalian. A-apa tidak apa-apa?” tanyaku pelan, terselip sedikit rasa takut karena ini menyangkut perusahaannya.

Sebastian mengambil jari yang kugigit dan menghentikan kebiasaanku saat gugup kemudian tertawa, "Tentu saja, aku memberikanmu segala apa yang kumiliki begitu pula denganmu bukan? Lagi pula kau adalah Istri pemilik rumah sakit ini, semua orang tidak akan ada yang berani mengusikmu.”

“Apa yang perlu kau takutkan? Kau memiliki suami tampan, kaya, berkuasa dan iblis sepertiku, Nyonya Dayton”

Apakah setiap iblis seperti ini? Manis sekaligus mengerikan!

 Kini aku mengerti mengapa seekor laba-laba dapat menjerat kupu-kupu dengan mudah dalam jaringnya. Apa yang sedang melilitku saat ini adalah jaring termanis dan paling menggairahkan bagi manusia bodoh sepertiku.

Bab terkait

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 4 : KESAN PERTAMA

    Suara ketukan ujung sepatu hak bersahutan menggema di sepanjang lorong sebuah rumah sakit. Dua orang wanita berjalan dengan anggunnya. Beberapa kali perawat adam yang melihat sosok wanita yang berjalan paling belakang terkagum-kagum⸻kecantikannya terlalu mempesona. Tubuh bak gitar spanyol, tinggi semampai, kulit seputih salju dan rambut sepinggang berwarna mahoni yang tertimpa sinar lampu membuatnya tampak berkilau. "Selamat pagi," sapa wanita berbibir tipis yang berbalut lipstik merah tersebut, membuat sejumlah perawat pria yang melihat sosok wanita itu terkagum-kagum. Di sebelah wanita elok tersebut adalah seorang wanita paruh baya yang sedang tersenyum bangga. 'That's my daughter.' Bangga wanita tersebut yang tengah berjalan dengan membusungkan dada, mendengar decak kagum orang-orang pada sang putri. Langkah keduanya terhenti ketika mendapati seorang perawat sedang berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk. Tangannya menunjuk ke arah salah satu pintu kayu be

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-15
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 5 : KEHIDUPAN BARU

    Nafasku tak beraturan, kepalaku terasa pening seolah batu besar baru saja menghantamku. Belum lagi perutku yang terasa seperti ditekan keras, aku dapat merasakan seluruh tubuhku melemas tepat setelah kedua orang yang tak lain adalah ibu serta kakak sulungku menghilang di balik pintu. *BRUUKK* Tubuhku segera merosot kehilangan tenaga, untungnya pria di sampingku ini segera menahan tubuh serta kepalaku agar tidak menghantam dinding. Aku menatap iris obsidiannya yang tampak tenang setelah melakukan akting yang cukup panjang tadi. Sebastian membawaku dalam gendongannya dan meletakkanku di atas sofa. Pria pirang itu melepaskan sepatu botsku menyisakan paha putih jenjangku yang segera ditutupinya dengan sebuah selimut cadangan baru di lemari belakang sekat tempatku membuat minum tadi. Aku hanya bisa memperhatikan gerak-gerik pria yang saat

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-15
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 6 : TINGGAL BERSAMA

    Pemandangan apartemen berinterior hitam dan putih yang mendominasi hampir di setiap sudutnya. Kemudian sebuah jendela besar yang menyuguhkan pemandangan kota London. Selama setahun ke depan hingga akhir nafasku nanti akan menjadi hal yang sangat familiar. Aku masih saja berdecak kagum melihat pemandangan dari atas sofa yang diletakan tepat di hadapan jendela besar. Bruuuakk Hingga suara berdebum yang sepertinya berasal dari beberapa barang membuatku mengalihkan pandangan ke arah sumber dari suara keras itu. ‘Sepertinya itu Sebastian.’ Suamiku itu saat ini memang sedang merapikankamar yang seharusnya akan kutempati. Tanganku merentang lebar dan bergerak ke kanan kiri, mencoba melemaskan setiap otot-otot dan sarafku. Rambut mahoni yang telah menutupi pantatku pun telah ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-15
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 7 : PERINGATAN KEMATIAN ( BAGIAN 1 )

    Awal tahun merupakan waktu dimana setiap harapan baru lahir dan lembaran baru dibuka guna menggoreskan tinta kehidupan yang lain di bab yang baru sebelum mencapai akhir buku kehidupan. Jika beberapa orang menghabiskan waktu awal tahunnya dengan canda, tawa, dan bersulang. Seorang wanita justru duduk di dalam selimut menatap jendela besar di samping tempat tidurnya sembari menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan. Hidung mancungnya tampak memerah, jejak air mata tertinggal di kedua sisi pipi putihnya. Tangannya bergetar menggenggam gunting. Menangis dalam gelapnya ruan

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-15
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 8 : PERINGATAN KEMATIAN ( BAGIAN 2)

    “Rael itu hanya pernah berpacaran satu kali, itu pun ia justru dikhianati sahabatnya sendiri. Siapa ya … Penelope, sepertinya itu namanya.” Ibu memasang sedih dan penuh iba lagi padaku,tangannya mengusap pipi putihku dengan sorot matanya memandangku rendah, “Aku tidak tahu bagaimana bisa memiliki Putri sepertinya. Mungkin ini karena mendiang suami Ibu dulu sering memanjakannya.” ‘Sudah cukup, aku muak dengan omong kosong ini.’ Bahkan mereka berani mengatakan itu semua di hadapan suamiku, jika bukan karena kontrak kami dan seandainya Sebastian adalah suamiku sesungguhnya Ia pasti sudah berlari meninggalkanku. Kedua tanganku terkepal, hingga tanpa sadar kuku panjang yang tajam milikku menembus lapisan kulit. Sudah cukup berhenti gemetar, aku tidak ingin hin

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-16
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 9 : BUKAN SALAHMU

    Sebastian memasuki apartemen masih menggenggam tanganku yang sepertinya sudah sedingin es batu. Udara hangat langsung melingkupi tubuhku yang bergetar hebat, aku hanya berjalan mengikuti kemana pria ini akan melangkah. Ternyata ia membawaku menuju kamarku dan menghidupkan lampu juga diffuser beraroma lavender kesukaanku. Kami duduk berhadapan dengan aku yang masih tertunduk. Suasana sangat hening bahkan aku bisa mendengar deru mesin diffuser dan tetesan air. Kemudian aku merasakan tubuhku ditarik dan menabrak dada bidang miliknya, tangannya menjulur mengusap punggungku. Aku tidak menolak dan kini malah menangis dalam dekapannya. “Maafkan aku h-hiks ...” “ I-itu salahku jadi kau basah, ma-maaf.” Tidak dapat berkata-kata apa-apa lagi, bagaimana bisa s

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-16
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 10 : KUNJUNGAN DADAKAN

    Semerbak aroma sup dan daging bacon menguar memenuhi apartemen hingga menelusup masuk setiap ruang, termasuk kamar dan mulai menggelitik hidung. Merasa terusik akhirnya kedua mataku mengerjap beberapa kali berusaha memfokuskan pandangan melihat sekeliling kamar bernuansa hitam dan putih. ‘Tunggu, hitam dan putih?’ Segera terduduk dengan cepat, sekali lagi aku mengedarkan pandanganku dan baru menyadari semalam aku tertidur di kamar Sebastian. Dan tiba-tiba kepalaku terserang sakit kepala yang amat sangat, tanganku meraba dahi lebar ku dan menemukan kompres gel yang sudah menempel di sana⸺tak lupa dua buah selimut yang sudah membungkusku. Celingukan, aku seperti seorang perampok yang tengah menghindari si pemilik rumah. Aku berencana untuk diam-diam menyelinap ke dapur mengambil sarapan yang disiapkan Sebastian yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 11 : AGATHA GREY DAN SUAMI

    Agatha Grey adalah salah seorang penulis novel bergenre romansa-thriller yang terkenal kerap menulis kisah romantis yang mengerikan. Permainan plot yang mendebarkan jiwa pembaca, senang bermain-main dengan clue, juga menaikkan emosi pembaca seperti tengah berada di atas roller coaster.Tetapi, inilah yang membuat penulis misterius ini semakin digandrungi kalangan pecinta romansa anti-mainstream karena bumbu thriller yang membuat merinding sekujur tubuh. Dan ia adalah aku. Identitas yang bahkan tak diketahui siapapun tentang sosok Agatha Grey, bahkan saat menggelar tanda tangan akan selalu mengenakan Hoodie hitam, jaket kulit, topi, serta masker. Yang lebih mengejutkan, penggemar si penulis justru semakin histeris karena sosok Agatha me

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20

Bab terbaru

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 47 : KEBAKARAN JENGGOT YANG BERUNTUN

    "Mereka adalah kenalan Istri saya ketika masih berkuliah." Satu kalimat jawaban yang baru saja meluncur dari mulut Sebastian berhasil membuat pasangan Porlock hampir tersedak. Mereka terlalu terkejut dengan tanggapan jujur pria bersurai pirang tersebut. Veronica langsung menjatuhkan pandangannya ke arah sosok gadis bermanik hazel yang sedari tadi tampak tenang, bahkan terlalu tenang meski mereka saat ini sedang berdiri berhadapan satu sama lain. Terasa aneh menurut gadis bersurai kemerahan itu mengingat apa yang telah terjadi diantara mereka pasti membuat keadaan menjadi canggung. Dan mungkin Rael tidak akan dapat tenang bertemu dengan orang-orang dari masa lalu, apalagi memperkenalkan dirinya sebagai teman semasa kuliah, Veronica benar-benar dibuat terkejut. “Benarkah begitu, Nyonya Dayton? Astaga … pantas saja Anda berdua tampak menawan, ternyata para wanita cantik ini berasal dari satu tempat yang sama,” ujar si pria tambun dengan tawa yang cukup keras. Rael tersenyum manis. G

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 46 : KAWAN LAMA

    Surai pirang yang berkilauan tampak seperti helaian sutera berwarna emas, paras tampannya berhasil menghipnotis kaum hawa di seluruh penjuru ruangan, bahkan termasuk wanita milik pengacara Porlock, “Kau memandangi pria lain di hadapan Suamimu secara terang-terangan? Veronica, kau pasti kehilangan akal sehatmu.”Mendengar teguran sarkas sang suami berhasil membuat Veronica mendelik tajam. Tapi tidak lama ia langsung meneguk sampanye yang berada di atas baki salah seorang pelayan, “Aku tidak memandanginya … aku hanya tidak percaya sosok yang baru saja kita bicarakan akan muncul. Apakah kau tidak pernah tahu suami Rael terkadang akan menggantikan?”Anthony menggeleng dan menyibakkan rambutnya frustasi. Sungguh, ia sendiri tidak akan mengira pria itu akan benar-benar muncul di hadapannya. “Ini benar-benar sebuah kebetulan yang tidak diharapkan. Seharusnya, suami Rael tidak muncul. Meskipun bagian dari Dayton, kupikir pria itu tipikal yang membenci bisnis dan semacamnya,” kata Anthony den

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 45 : SOSOK YANG TIDAK DIINGINKAN

    Rosewood London adalah salah satu dari jajaran hotel terbaik yang terletak di jantung kota London. Tamu-tamu mereka bukan sekedar turis belaka, beberapa di antaranya merupakan para pebisnis atau orang-orang penting, seperti orang-orang berdarah biru. Dan hotel dengan bangunan pencakar langit menjulang itu tengah dipadati mobil-mobil seharga gedung apartemen pinggiran Inggris, alasannya hanya satu⸺perayaan ulang tahun perusahaan perbankan terkenal Inggris raya⸺Dayton. “Akhirnya seseorang menyadari bakatmu,” ucap seorang wanita bersurai kemerahan yang baru saja turun dari salah satu mobil ferrari. Lipstik kemerahan yang merona menghiasi bibir mungil nan seksinya. “Sudah kubilang, ini hanya perihal waktu. Perusahaan waktu itu hanya sebuah umpan sampai predator yang lebih besar muncul dan menyadari keberadaanku.”“Suamiku memang sangat hebat … aku bahkan tidak akan menyangka kita akan mendatangi Rosewood. Tapi aku sedikit cemas, maksudku aku tidak akan menyangka nama keluarga suami Rael

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 44 : KEJUTAN DAN HADIAH

    “Baiklah, sekarang jelaskan padaku. Mengapa ekspresimu sangat bahagia setelah bertemu dengan mereka? Atau kau baru saja mendapat lotre?”Aku langsung mencecar Sebastian begitu kami mendudukan diri di dalam mobil. Pria itu terkekeh pelan dan justru mengecup dahiku kilat. Sial! Ia berhasil membuat semburat kemerahan muncul di kedua pipiku, “Tidak bukan begitu, jika aku mendapat lotre itu karena kau menjadi Istriku.” Panas yang melingkupi wajahku semakin menjadi-jadi. Aku sedang serius bertanya dan benar-benar penasaran, ia justru melontarkan gombalan ala hidung belang, “Aku membutuhkan jawaban, Sebastian. Bukan gombalan maut mu itu.”“Padahal aku tahu kau juga menyukainya, bukan? Gombalan mautku ….”“Sebastian, jika sekali lagi kau mempermainkanku akan kupastikan semua koleksi biji kopimu berakhir ke dalam tempat sampah.” Sebastian yang semula tertawa akhirnya menekuk alis dan bibirnya⸺kesal dengan ancaman yang baru saja kuberikan. Pria itu sangat mencintai kopi, sampai-sampai ia rela

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 43 : MEREKA

    “Raeliana …? Kau benar Rael?” Sebuah suara yang menyebut namaku untuk kedua kalinya berhasil menghentikan kegiatanku dan Sebastian. Bibir ranumku telah menjauh, tapi manik hazelku masih terpaku pada iris obsidiannya. Seluruh saraf di tubuhku membeku. Bahkan untuk menggerakan ujung jariku hampir mustahil dan penyebabnya adalah sosok yang aku yakin saat ini sedang berdiri di balikku. Aku mengenal suara ini, setidaknya beberapa tahun terakhir sebelum aku memilih meninggalkan ibu kota. Tidak kusangka ternyata takdir akan mempertemukan wanita yang berhasil menghancurkan cinta dan namaku. “Rael, jangan menjadi pengecut. Kau sudah memilikiku, jadi sunggingkan senyum terbaikmu,” bisik Sebastian di telingaku dan mendaratkan kecupan penyemangat. Pria itu benar. Alasan aku sampai menjual jiwaku sendiri padanya hanya untuk membalaskan setiap luka yang dibuatnya disini. Rael! Jangan menjadi pengecut, seperti yang diucapkan Sebastian aku sudah tidak sendirian lagi. Setelah menghembuskan nafas p

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 42 : SOSOK MASA LALU YANG LAIN

    Sebuah salah satu gedung pencakar langit yang mengisi ibu kota Inggris menjadi tujuan kami hari ini. Sebastian tampak tampan dalam balutan kemeja hitam dan sebuah topi berwarna senada, aku pun memilih mengenakan pakaian yang lebih tipis mengingat musim dingin telah berakhir. Alasan kami kemari tidak lain adalah untuk mengawasi target selanjutnya, jika tidak begitu mengapa kami yang sudah memiliki apartemen mewah harus mengunjungi hotel? “Siapa tadi nama mantan kekasihmu yang bajingan itu?” tanya Sebastian setelah pelayan membawa pergi daftar pesanan kami. Aku mendengus kesal karena pria bersurai pirang itu tampak sengaja mengulang pertanyaan yang sama beberapa kali. “Anthony Porlock, apakah kau harus menanyakan hal yang sama? Padahal kau sudah hafal jadwalnya, tapi menghafal namanya saja tidak bisa.” “Maafkan aku Istriku tersayang. Maklum saja, aku tidak pernah mengira harus mengingat nama seekor babi hutan,” kata Sebastian yang telah terkikik kecil. Kali ini aku memilih untuk tert

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 41 : LOVEY-DOVEY DI PAGI HARI

    Mataku terasa begitu berat. Tapi cahaya matahari yang menelisik masuk melalui tirai terlanjur mengusik tidurku, sehingga dengan berat hati aku terpaksa membuka mata dan memperhatikan ruangan yang tidak lain adalah kamarku. Aku melenguh ketika merasakan otot-otot tubuhku terasa kaku. Entah sejak kapan aku sudah berada di apartemen, dan lagi aku mengenakan piyama. Aku tidak terlalu ingat mengganti pakaianku dengan ini. Malas berpikir lebih jauh membuatku mengabaikannya saja, toh aku sudah terlanjur berganti pakaian. Disaat sedang sibuk bergelung di dalam selimut kilasan kejadian kemarin terlintas. Aku dan Sebastian pergi ke pantai. Kami berjalan-jalan menyusuri pantai di udara yang dingin sembari menonton para peselancar bermain kejar-kejaran bersama ombak. Seulas senyum terukir di sudut bibirku s

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 40 : MEMORI DAN HARAPAN KOSONG

    Butiran salju yang menumpuk dan dinginnya udara yang membekukan aliran darah menjadi fokus perhatianku sejak mobil milik Sebastian meluncur di jalanan beraspal. Kami baru saja meninggalkan salah satu penjara wanita Wakefield. Tidak ada percakapan diantara kami, hanya ada deru mesin mobil saja yang mengisi suasana hening. Entah mengapa aku sendiri tidak begitu tertarik hanya untuk memecah keheningan, sehingga aku memilih diam. “Rael … apakah kau ingin pergi ke pantai?” Sebuah pertanyaan yang baru saja dilemparkan pria bersurai legam di sampingku berhasil membuat kerutan samar terukir di dahiku. “Di tengah musim dingin seperti ini? Kau mengajakku untuk pergi ke pantai?” Sebastian tidak segera menanggapi pria itu justru tertawa kecil dan mengangguk, “Kau pasti belum pernah bukan? Kita hanya akan menikmat

  • Iblis Itu Suamiku   CHAPTER 39 : KENYATAAN YANG TERSEMBUNYI

    “Apa yang kalian lihat?! Aku akan mencabut kedua bola mata kalian jika sekali lagi melihatku!” Seorang wanita berambut mahoni berteriak marah kepada beberapa orang wanita lain yang berada di satu ruangan dengannya. “Aku akan membuat Robert membayar semua ini. Beraninya dia mengkhianatiku, setelah aku memberikan segalanya pada pria itu … lihat saja, mereka pasti akan meregang nyawa di tanganku,” gumamnya lagi. Ia menggigit kuku-kuku jarinya untuk meredakan rasa cemas yang telah menggelayuti sejak hari pertama dirinya mengenakan setelan orange neon. “Emilia, kau ada tamu.” Pintu besi terbuka menampilkan wanita berseragam kebiruan⸺opsir penjaga sel⸺telah berdiri di ambang pintu untuk membawa Emilia menemui seseorang. Mendengar namanya disebut Emilia tersenyum lebar. Ia bahkan sampai terbahak dan berulang kali menunjuk narapidana wanita lain yang berada di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status