Share

MATI RASA!

Penulis: Cahaya Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

[Kenapa nggak dibalas, takut kamu, hah!]

Lagi, Mbak Sarah mengirimkan pesan.

[Yang terpenting aku nggak mengedepankan gaya, padahal keuangan menipis. Aku nggak ngutang sana sini buat ngecukupin biaya hidup sosialita. Satu lagi yang penting aku nggak open B*!]

Setelah membalas pesan Mbak Sarah, aku langsung memblokir kontaknya. Kalo terus menyimpan yang ada aku juga ikut-ikutan tak waras seperti dia.

Bukan tanpa sebab aku bersikap tak baik pada mereka. Selama ini aku berupaya menjaga sikap pada mereka.

Namun sepertinya, sopanku selama ini sama sekali tak bernilai di mata mereka.

Lelah.

Itu yang selama ini aku rasakan.

Aku berusaha berbakti pada suami dan juga keluarganya. Namun yang kuterima bukanlah yang diharapkan.

Aku tau, kadang keinginan memang tak sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi, bolehkah kali ini aku memberontak sekali saja. Rasanya sudah cukup aku bertahan demi utuhnya sebuah keluarga.

[Alya, jangan lupa untuk kembali pulang. Di mana pun kamu melangkah, ingat tetap aku tujuanmu.]

Pesan dari Mas Andi masuk ke ponsel.

Hanya kubaca, hatiku tak tergerak untuk membalas pesannya.

[Aku tau kamu masih kesal denganku, it's ok! No problem. Tapi tolong ingat ada aku yang menunggu kehadiranmu,] tulisnya lagi.

Aku menatap pesan itu berulang kali.

Bullshit! Pesan yang dikirimkan Mas Andi adalah kata-kata yang hanya terucap dari mulut bukan perasaan.

Andai waktu dapat kuputar, tak ingin aku berdiri di tengah-tengah orang yang tak pernah mengharapkanku.

Menyesal?

Tidak! Aku hanya bisa menghela napas dan mengembuskannya. Aku percaya tiap yang kulalui adalah sebuah pelajaran berharga. Sudah takdir yang harus kuakui bahwa itu adalah milik kuasa diriku. Jadi, tak akan ada kata menyesal.

Aku hanya berandai-andai, salah satunya andai dulu tak pernah menaruh pada lelaki yang tak tau bagaimana harusnya berlaku adil antara istri dan keluarga.

Aku mematikan data seluler, lalu memilih untuk merebahkan diri di kamar yang bernuansa hitam ini.

Aku menyukai warna hitam, bulan dan juga senja.

Jika ditanya mengapa?

Aku hanya bisa menjawab, mereka adalah teman di kala aku sendirian. Seperti senja yang akan pergi, tapi dia berjanji besok akan kembali lagi.

Aku tidak suka pelangi? Walaupun terlihat indah, tapi di dalamnya hanya ada kepuasaan sekejap. Buktinya, dia hanya datang saat ada tetesan air di udara. Dia tak pernah berjanji agar bisa muncul setiap saat.

Aku membuka tirai jendela, di sana nampak bulan separuh.

Kupandangi dengan seksama, lalu tersenyum.

"Bulan, terima kasih selalu ada. Tolong temani aku malam ini, rasanya hati ini sangat sakit." Kuremas dadaku pelan, ada sakit yang tak dapat tergambang. Ada luka yang tak nampak dan ada rasa yang perlahan mulai tiada.

Tok! Tok! Tok!

Bunyi ketukan pintu membuyarkan kesedihanku.

"Kak Alya," panggil Aini dari luar kamar.

"Masuk saja, Dek. Pintunya tidak dikunci," ucapku pada Aini.

Krieet!

Bunyi pintu dibuka.

"Mbak Alya belum tidur, sudah malam. Kata Ayah jangan begadang," ucap Aina lalu duduk di sebelahku.

"Belum bisa tidur, Dek. Kamu sendiri kenapa belum tidur?" tanyaku padanya.

"Ada banyak hal yang ingin kuutarakan, Mbak." Aini menatapku sebentar.

"Kita dulu nggak secanggung ini ya, Kak. Semenjak Kakak menikah, Aini sudah jarang bertemu dengan Kak Alya," ucapnya pandangan Aini jauh menerawang.

"Aini selama ini menahan rindu dengan Kakak, Ayah juga." Tanpa sadar mataku berkaca-kaca.

"Bahkan sekadar menelepon pun sangat susah, Aini pikir Kakak sudah tak ingat lagi. Bahwa ada keluarga yang menunggu kehadiran Kakak," ujarnya lagi.

Aku hanya terdiam, mendengarkan keluh kesahnya yang tersimpan selama bertahun-tahun.

"Mungkin Kakak pikir dengan mengirimkan uang setiap bulannya, akan mengurangi rasa rindu Aini dan Ayah pada Kakak." Aini mulai terisak, aku sebisa mungkin untuk tidak menangis.

"Ayah setiap malam selalu bertanya, Nduk, kakakmu ndak pulang, ya. Kok Ayah rasanya rindu sekali."

"Kakak nggak tau, gimana rasanya Aini menangis setiap malam. Kita udah nggak punya Ibu, Kak, kita cuma punya Ayah, tapi Kakak seolah-olah nggak lagi tau bahwa kami masih ada." Aku langsung memeluk Aini, tubuhnya bergetar hebat.

"Aini selalu nangis lihat Ayah ngomong sendiri, natap foto ibu dan Kakak. Aini paham bahwa ayah sangat-sangat rindu dengan kalian," ucapnya sesegukkan.

"Maafin Kakak, Dek. Ada banyak alasan yang nggak bisa Kakak sampaikan, ada banyak hal yang harus kakak sembunyikan!"

"Kenapa?!" ucapnya dengan nada marah.

"Karena Kakak nggak mau merepotkan kalian, Kakak selama ini juga menahan rindu dengan kalian. Tapi kamu tau kan, Kakak udah punya suami. Dan surga Kakak ada pada suami Kakak," ucapku lembut.

"Walaupun begitu! Bukan berarti Bang Andi berhak menjauhkan Kakak dari keluarga sendiri!" ucapnya penuh penekanan.

"Kakak minta maaf, Dek! Kakak sadar selama ini orang yang benar-benar tulus menyayangi Kakak adalah keluarga sendiri." Aku memeluknya kembali.

Kami menangis bersama.

"Jangan kayak gitu lagi ya, Kak. Jangan pergi begitu lama, Aini nggak kuat nahan rindu. Sekarang cuma ada kita berdua yang bisa menjaga Ayah," ucapnya pelan tapi terasa menyayat.

"Iya, Sayang."

Lama kami menumpahkan rasa rindu, setelah merasa mengantuk. Aku dan Aini langsung tidur.

*

Pagi harinya saat terbangun aku tak sempat memeriksa ponsel. Selesai salat subuh, aku memasak untuk Ayah. Tentunya memasak makanan kesukaan Ayah bersama dengan Aini.

Setelah selesai, aku bergegas mandi.

Drrrt ... drrttt ... drrrt.

Bunyi ponsel mengalihkan kegiatanku.

Ada dua puluh delapan panggilan tak terjawab dari orang yang sama, yaitu Mas Andi.

Ada 13 pesan tak terbaca olehku.

[Selamat pagi, Dek!]

[Aku merindukanmu, tidakkah kamu merasakan rinduku!]

[Tolong jangan marah lama-lama aku tak kuat menahan rindu ini!]

[Dek!]

Dan masih banyak lagi pesannya yang membuat isi perut ingin ke luar.

Sudah kubilang, aku sudah mati rasa pada Mas Andi dan keluarganya. Jadi jangan harap aku akan luluh seperti dahulu lagi.

[Berhenti menggangguku! Ingat, sebentar lagi surat cerai aku meluncur ke rumahmu!] tulisku lalu bergegas mematikan ponsel.

Aku sengaja tak memblokir nomor Mas Andi, saat aku bahagia aku akan menampilkan kebahagiaanku.

Seandainya dia datang ke rumah meminta kembali, aku akan menolaknya. Hati ini bisa memaafkan, tapi jangan harap aku mudah melupakan segala perlakuan mereka padaku.

Mereka harus tau itu!

-

-

-

Next?

Terima kasih semuanyašŸ„°šŸ„°šŸ„°. Jangan lupa subscribe, like, komen, ya. šŸ„°šŸ„°šŸ„°

Bab terkait

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā AKU TIDAK EGOIS!

    POV AndiBerjam-jam aku menunggu balasan pesan dari Alya, setelah ia membalasnya bukan kabar baik yang kudapatkan. Akan tetapi balasan pesan yang terasa menyakitkan.Entahlah, kenapa hanya karena malam kemarin, masalah ini semakin menjadi panjang."Andi! Mbak nggak mau tau, ya, Mbak udah ditagih sama Bulek bayar arisan!" Mbak Sarah mendesakku yang sekarang sedang pusing."Berapa sih, Mbak?" tanyaku pelan."Dua juta!""Lho, bukannya kemarin Mbak bilang satu juta aja?" ucapku kaget."Ya itu, kemarin. Sekarang udah masuk tanggalnya buat bayar arisan tanggal 5," ucapnya ringan."Kamu sebulan ikut arisan berapa juta sih, Mbak!" ujarku mulai marah."Kalo dijumlahin ya paling empat jutaan dalam sebulan.""Paling katamu, Mbak. Menurutmu 4 juta itu sedikit. Gini aja deh, Mas Roni tau nggak kalo Mbak ikut arisan?" tanyaku padanya."Ya tau, kan dia juga yang nyaranin buat ikut arisan. Lagian Mbak juga baru hari ini minta uang buat bayarin arisan, kemarin-kemarin kan uang hasil tabungan Mbak.""B

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Apa ini benar-benar Alya?

    Setelah pulang bekerja, aku mampir terlebih dahulu di warung makan. Setelahnya pergi ke tempat orang yang menjual martabak manis.Malam ini aku ingin meminta maaf pada Mbak Sarah dan juga Ibu atas perlakuanku yang tidak menyenangkan tadi.Aku sadar, caraku tadi membuat mereka sakit hati. Jujur, pagi tadi aku merasa sangat lelah. Bukan hanya badan tapi juga jiwa raga.Tok! Tok! Tok!Tak lama setelahnya pintu terbuka menampilkan raut wajah Mbak Sarah yang tak menyenangkan."Ini ada martabak kesukaan kalian, aku bawakan," ucapku pada mereka."Halah, nyogok kamu! Aku masih marah denganmu, Ndi. Sikapku menyakiti perasaan Mbak dan Ibu," ujar Mbak Sarah sendu.Aku semakin merasa bersalah pada mereka."Maafin Andi, Mbak. Andi tadi terlanjur emosi, ini sebagai permintaan maaf. Andi kasih dua ratus deh, ya. Soalnya Andi belum gajian," ucapku membujuknya"Kamu seriusan kasih Mbak yang?" tanyanya dengan mata berbinar."Andi serius lah, Mbak. Andi kan adikmu, dan kamu kakakku. Ambilah, buat jajan

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Kukira Polos Ternyata Pemain!

    "Andi nggak percaya, Mbak! Nggak mungkin Alya mengirimkan pesan kayak gini," sanggahku."Kamu nggak percaya sama, Mbak, Ndi. Kamu benar-benar berubah." Mbak Sarah langsung terisak, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan."Kalo tau kayak gini, mending Mbak simpan luka hati ini sendirian. Dari awal Mbak memang sudah merasa bahwa kamu dibutakan oleh cinta. Kamu mencintai Alya terlalu besar, sampai saat keluargamu disakiti. Kamu hanya diam tak percaya," cerca Mbak Sarah."Bukan begitu maksud Andi, Mbak. Rasanya nggak mungkin kalo yang mengirimkan pesan adalah Alya. Coba Andi lihat dulu, jangan-jangan orang yang mengirimkan pesan itu adalah orang yang ingin menghancurkan nama baik Alya, Mbak," ucapku masih tak percaya.Mbak Sarah langsung menyambar ponselnya dari tanganku, Ia menatap dengan tatapan nyalang."Percuma berdebat denganmu, Ndi. Tetap saja kamu akan menyalahkanku, kupikir kejadian kemarin bisa membukakan mata hatimu, bahwa Alya bukan wanita baik-baik," ujar Mbak Sarah s

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Bogem Mentah

    "Kukira polos, ternyata dia adalah pemain!" geramku.[Bangga kamu buka aib rumah tangga sendiri, Al?][Astaga, aku benar-benar nggak nyangka. Alya yang dulu kukenal sebagai sosok perempuan yang lemah lembut, tapi nyatanya dia malah seperti wanita liar di luaran sana.][Sudah bosan kah kamu menjadi perempuan baik-baik, hah?] tanyaku.Jujur saja, aku benar-benar kecewa dengan perilaku Alya. Tak bisa kujelaskan, karena ini benar-benar menyakitkan."Jangan main handphone terus lu, nggak liat tu di depan kerjaan numpuk," sindir Arya di sebelahku."Tau gue, nggak usah cari masalah deh, Ar. Kondisi hati gue lagi nggak baik-baik aja," ucapku."Oh," jawab Arya singkat, padat dan jelas.Argh, mereka memang tak pernah bisa memahamiku.*"Andi! Akhirnya kamu pulang juga," ujar Mbak Sarah."Kamu tau nggak, tadi waktu Mbak sama Ibu ke pasar. Mbak nggak sengaja ketemu sama Alya, dia sombong banget. Saat Mbak negur supaya kita jadi baik-baik aja, dia malah mempermalukan Mbak sama Ibu," adu Mbak Sarah

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Talak dan Penyesalan

    POV Author"Ayah stop!!" teriak Alya berusaha memeluk Pak Rahul, ayahnya."Ayah udah!" Aini pun ikut serta melerai mereka berdua.Sedangkan Andi dia tersungkur dengan darah di bibirnya."Andii!""Ya ampun! Anakku?" teriak Bu Sonia."Saya kecewa sama kamu Andi! Selama ini saya pikir kamu adalah laki-laki baik yang bisa menjaga anak saya, tapi ternyata saya salah. Kamu tidak lebih dari seorang pecundang yang selalu bersembunyi di bawah ketiak ibumu!" murka Pak Rahul pada Andi."Heh! Tua bangka! Berani banget kamu ya mukulin anak saya! Asal kamu tau, anakmu yang tidak bisa dididik. Anakmu yang tidak tau diri, sudah diterima di keluargaku tapi malah tak bisa menghargai kami sebagai keluarga dari suaminya!" ucap Bu Sonia tak mau kalah."Ayah, udah, ingat kesehatan Ayah," bisik Alya sambil memeluk erat Pak Rahul."Saya besarkan anak saya penuh kasih sayang, penuh perhatian. Saya beri dia semangat saat terjatuh, saya beri dia segalanya agar tak kehilangan kebahagiaan. Tapi di saat bersamamu,

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Rahasia Sarah

    "Andi apa-apaan kamu! Di mana harga dirimu sebagai lelaki?" ujar Bu Sonia kesal.Sedangkan Sarah dia hanya diam dengan wajah yang pucat dan telapak tangan dingin."Hmmm, kau salah Sarah! Ternyata adikmu yang rapuh, bahkan sekarang dia yang berlutut di hadapan kakakku!" ucap Aini yang membuat Sarah semakin kalah telak.."Ngapain kamu kayak tadi, hah! Kayak nggak ada harga dirinya sama sekali!" bentak Bu Sonia."Sudahlah, Bu, jangan marah-marah, Sarah juga mau istirahat. Intinya sekarang kita harus bahagia, karena Andi bisa terbebas dari wanita laknat itu," ujar Sarah pelan."Sarah! Apa yang dikatakan Aini tentangmu tadi. Hal apa yang kamu sembunyikan dari Ibu?" tanya Bu Sonia."Apa sih, Bu. Anak kecil kok dipercaya, udahlah Sarah mau tidur. Capek!" elak Sarah lalu meninggalkan Bu Sonia, sebelum ia kembali bertanya yang macam-macam."Andi," lirih Bu Sonia mendekati sang putra."Tidak masalah, Bu. Andi rasa ini adalah keputusan yang benar, Andi akan secepatnya mengurus perceraian dengan

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Bertemu Sarah

    POV AlyaTepat dua bulan sudah, akhirnya aku dan Mas Andi resmi bercerai. Tak ada lagi tali yang mengikat antara kami berdua. "Alhamdulillah, ya, Kak. Akhirnya bisa lepas dari mereka," ucap Aini kala itu."Iya, Dek, Mbak sekarang udah menyandang status baru," jawabku."Nggak papa, Mbak, selagi masih di jalan kebaikan. In Syaa Allah, Allah selalu bersama dirimu, Mbak," ujar Aini bijak.Setelah itu, kami berdua lalu melanjutkan pembuatan kue.Ya, aku baru saja mencoba menjual kue secara online. Setidaknya ini membantu perekonomian keluargaku, apalagi dulu aku memang kursus belajar memasak. Baik dari pembuatan makanan sehari-hari maupun makanan ringan."Mbak ada lagi nih pesanan dari kampus Aini, kue lumpia 100 sama bingkanya 50, Mbak," ucap Aini.Aku tersenyum senang. Lagi-lagi aku mendapatkan pesanan.Saat itu kutanyakan pada Aini, apakah dia malu jika harus berdagang di kampusnya.Jawabannya membuatku terharu, dia bilang untuk apa malu. Selagi tidak dicari dengan cara yang salah da

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Tetangga Julid!

    "Assalamualaikum, Ayah!" ucapku dan Aini secara bersamaan.Tak berselang lama, pintu terbuka."Wa'alaikumsalam, sudah pulang ternyata. Ayo masuk," ucap Ayah."Ayah sudah makan?" tanyaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah."Tadi Alya sudah masakin telur balado kesukaan Ayah," ujarku lagi."Belum, Nak. Ayah baru selesai benarin kran air di dapur," jawab Ayah."Kenapa kran airnya, Yah? Bocor kah?" tanya Aini."Bukan, itu lho nggak mau jalan airnya. Ternyata ada sampah yang nyumbat," ucap Ayah lagi."Owalah. Oh, ya, Aini ada zoom nih, Mbak. Aini tinggal dulu ya," ucap Aini berpamitan lalu masuk ke kamarnya."Ayah kadang sunyi di rumah ini, adikmu kuliah jarang ada waktu kumpul bersama. Ya, Ayah paham dia sibuk juga untuk mencapai cita-citanya. Lalu, kamu ....""Sssst! Intinya yang terpenting sekarang Alya udah nggak kemana-mana, Alya di sini sama Ayah. Kita bisa sama-sama lagi," ucapku memotong ucapan Ayah. Aku sudah tak ingin mengingat masa-masa kelam yang pernah kulewati. Cukup semua

Bab terbaru

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā End!

    Andi datang ke rumahnya dengan wajah yang kusut."Andi ada apa?" tanya Sarah yang melihat wajah tak mengenakan yang ditampilkan Andi."Aku baru saja datang dari toko kue Alya. Mbak, kenapa kamu tak kapok-kapoknya datang untuk mengacaukan Alya. Kamu tau bukan, Alya sekarang sudah lebih bahagia. Andi bukannya apa-apa. Andi sekarang sudah sadar, seharusnya memang dari dulu mengikhlaskan Alya, mengapa begitu? Karena Andi baru mengetahui bahwa keluarga Andi adalah keluarga yang toxic. Harusnya Mbak Sarah sadar akan itu semua!" ucap Andi dengan tegas, dia memijit kepalanya yang terasa pusing."Mbak hanya tak senang melihat dia lebih bahagia dari kamu Andi, Mbak juga sudah terlanjur malu padanya. Apalagi sekarang Alya memiliki suami yang tampan bak seorang pangeran.""Jadi sebenarnya Mbak selama ini hanya iri kan pada Alya. Iri pada kehidupan Alya, sudahlah, Mbak. Meminta maaflah pada Alya, aku sudah mengajukan surat pengunduran diri dan rencananya besok rumah ini akan kujual pada orang yang

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Pesan Berisi Ancaman!

    "Mbak, lihatlah, videomu yang sedang bertengkar tersebar di media sosial." Andi datang dengan wajah yang kusut. Rupanya kabar sang Kakak bertengkar dengan Alya sudah sampai ke telinganya.Bahkan dia melihat video itu sendiri. Matanya membulat sempurna kala Alya yang mempermalukan Kakak dan juga ibunya.Sarah yang melihat Andi datang dengan wajah kusut, mengubah ekspresinya menjadi terlihat menyedihkan."Mbak sakit hati, Dek. Padahal Mbak ke situ hanya ingin membeli kuenya, tapi dia malah mencaci maki, Mbak. Tak ada sambutan baik yang Mbak terima bersama Ibu." Sarah menangis terisak, tentunya itu hanya pura-pura. Semuanya dilakukan hanya untuk menarik empati dari Andi.Andi mengepalkan tangannya erat."Mentang-mentang sudah bukan menjadi istriku, dia semakin berani mempermalukan kalian. Harusnya dari awal kita tak perlu berbuat baik padanya. Rupanya selama ini rasa tulus cintaku dimanfaatkan oleh Alya untuk meluluhkan hati ini," ujar Andi yang terhasut dengan omongan sang Kakak. Matany

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Dendam

    "Ibu, pokoknya Sarah nggak bakalan diam aja, ya. Sarah udah dipermalukan di depan orang banyak, bahkan sampai ada yang menjadikan momen kejadian tadi. Mau taruh di mana muka Sarah, Bu," ujarku yang daritadi tak berhenti mondar-mandir sambil marah, jujur saja aku merasa sangat terhina di depan orang banyak tadi karena perlakuan mereka berdua. Alya benar-benar tak punya hati. Aku benci dia."Sudahlah, Sarah. Nanti akan kita pikirkan bagaimana caranya membalas perlakuan mereka yang udah bikin kamu malu. Kamu tenang saja, mungkin saat ini mereka masih bisa berbahagia, tapi tidak untuk nanti. Kamu tenang saja, Ibu juga sangat merasa malu karena perlakuan mereka tadi kepadamu." Ibu meminum kopi dalam gelasnya. Ia terlihat sangat tenang, seperti sudah ada sebuah rencana yang disusun oleh Ibu."Tapi, Bu, tetap saja Sarah tak bisa tenang. Bagaimana jika ada yang menyebarkan video itu. Iiiiiih! Sarah benar-benar kayak orang gila tau nggak sekarang, Bu. Tadi tuh pengen banget rasanya ngegampar mu

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Jangan Mendahului Takdirnya!

    "Sayang, sekarang udah sepi ini. Ayo pulang," ucap Nandar sambil memegang telapak tangan Alya."Iya, sebentar lagi, Mas. Aku beresin dulu ini," ucap Alya sambil melepas genggaman dari Nandar. Bergegas ia membereskan tempat kue dan membersihkan sisanya."Mas, Alya tiba-tiba pengen bikin makanan juga. Makanan yang cepat saji itu lho, siapa tau ada yang mau makan siang atau buat sarapan dan bawa pulang ke rumahnya, 'kan," ujar Alya pada Nandar."Mas mau ngelarang kamu kerja, tapi Mas juga nggak mungkin biarin kamu kesepian di rumah. Apapun yang kamu inginkan, pasti bakalan Mas turutin selagi itu bernilai baik," ujar Nandar pada Alya. Ia menatap Alya dengan penuh cinta."Alhamdulillah, kira-kira menurut, Mas, bagusnya mulai kapan aku membangun usahanya?" tanya Alya pada Nandar. Dulu, sebelum menikah tempatnya sharing adalah Bahrul dan juga Aini. Namun setelah menjadi istri seorang Nandar, maka Nandarlah tempat untuk ia menuangkan pendapat."Setelah kita pulang bulan madu," jawab Nandar sa

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Ngeselin tapi Bikin Sayang!

    "Ngeselin banget sih mereka, Kak, pengen Aini jambak-jambak aja tadi. Ada ya manusia kayak gitu hidup di dunia ini," omel Aini yang terus menerus. Tidak nyaring, hanya saja terlihat sekali geram di matanya."Ya ada, Dek, lah itu orangnya tadi baru aja kan bersikap kayak tadi. Udah nggak usah diambil hati, bikin nambah beban pikiran aja. Cukup didiemin aja dia mah orang kayak gitu, kalo kita ladenin apa bedanya kan sama dia," jawabku padanya. Terlihat sekali pancaran emosi dari mata adikku Aini."Iya juga sih, Kak, tapi tetap aja kalo nggak diladeni rasa dongkol dalam hati Aini tuh makin menggebu-gebu ngeladani manusia tak tahu malu seperti dia tuh. Kenapa dulu, ya, bisa-bisanya Kakak punya mertua dan kakak ipar seperti dia. Haduh! Untung saja Kakak sudah lepas dari benalu-benalu seperti mereka." Aini berucap sambil mengedikkan bahunya, seperti orang yang takut.Entahlah, jika aku bilang tak tahu, mustahil, karena dari awal sebelum nikah aku juga sudah tahu bahwa keluarga Andi sama seka

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Kurang Ajar!

    "Bu, aku dengar-dengar di daerah **** jl *** ada toko kue yang baru-baru buka lho, katanya kuenya enak. Aneka ragam kue dijual di toko itu, beli yuk," ucap Sarah pada IbunyaSaat ini aku dan Ibu sedang duduk bersantai di depan televisi, sedangkan adikku Andi berangkat bekerja. Karena dia sudah lama cuti."Emang beneran enak apa?" tanya sang Ibu yang mulai ikut andil dalam percakapan."Aku lihat sih di faceb**k dan juga W******p sih gitu, Bu, ini lho lihat. Sampe banyak banget Anggi teman aku beli," ujar Sarah lagi pada sang Ibu."Mana, coba Ibu lihat," jawab sang Ibu lalu duduk mendekati Sarah anaknya."Enak sih ini, apalagi kue ini lho, lama sekali Ibu nggak makannya. Ayolah kita beli di sana, pakai motor bisa kan kamu?" "Bisa dong, Bu, sebentar Sarah siap-siap dulu." Merek berdua lalu bersiap-siap untuk pergi ke toko yang sudah ditentukan.****"Benar ini tempatnya?" tanya Sang Ibu melihat toko yang ramai pengunjung."Dari alamat yang tertera sih, kayaknya benar ini Bu alamatnya," j

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Biang Kerok yang Tak Pernah Jera

    "Aduh pengantin baru, cantik sekali. Wajahnya juga terlihat sangat bersinar ini," ucap Bu Hj Sulis saat aku baru saja membuka toko kue milikku.Saat ingin ke toko, begitu banyak drama yang dilakukan antara aku dan Mas Nandar. Sudah seminggu toko tutup, hingga aku sedikit merasa bosan karena tak ada hal yang harus kukerjakan."Bu Hj bisa saja, saya jadi malu ini," ucapku lalu mengajak beliau masuk ke dalam tokoku."Selamat ya Neng Alya, atas pernikahannya. Alhamdulillah, masih ada jodoh yang diberikan oleh Allah SWT. Semoga yang terakhir ini adalah pilihan terbaik untuk kamu, ya, Neng.""Aamiin ya rabbal alamiin, Bu Hj, semoga saja kami selalu bersama, terkecuali maut yang memisahkan.""Kemarin Ibu tidak bisa berhadir di acara pernikahanmu, soalnya Ibu harus menghadiri wisudanya anak Ibu. Jadi Ibu ke sini, mau ngasih ini buat kamu. Semoga kamu suka, ya." Bu Hj Sulis menyerahkan paper bag padaku. "Ma Syaa Allah, tidak perlu repot-repot, Bu Hj. Dengan mendoakan pernikahan saya dan Mas N

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Tekad Andi yang Salah!

    "Ibu ...." Andi langsung mendekat dan bersujud di kaki ibunya. Ia sungguh merasa sangat bersalah karena berbicara tak pantas pada mereka yang berada di depannya saat ini.Harusnya sebagai seorang anak yang terlahir dari hasil perselingkuhan dia tahu diri, tapi dia tidak. Ia malah sesuka hatinya menyakiti sang ibu.Namun dari dalam hati kecil Andi, ia masih penasaran apakah ibu dan ayahnya memang menjalin hubungan terlarang atau mungkin ibu tirinya lah yang memanipulasi semuanya."Andi benar-benar minta maaf karena sudah membuat Ibu menangis. Andi akan berusaha untuk tidak berperilaku seperti kemarin lagi, Bu. Maafkan, Andi," ujar Andi masih merunduk dalam menyesali kesalahan."Ibu memaafkanmu, tapi tolong jangan membuat ibu menangis lagi, Andi. Ibu benar-benar sakit hati melihat perlakuanmu yang seperti tadi. Hanya karena wanita itu, kamu tega mengatai Ibu dan juga kakakmu. Bahkan kamu juga tega mengatakan tak akan menafkahi kami lagi. Bukankah kamu tahu, tidak ada yang bisa memberi k

  • ISTRIKU JARANG KE LUAR KAMAR SAAT KELUARGAKU DATANGĀ Ā Ā Aku Hanya Takut

    "Jadi bagaimana rencana kalian setelah ini, mau bulan madu ke mana?" tanya Mama mertua dari Alya.Nandar dan Alya saling bertatapan, pasalnya mereka berdua belum merencanakan akan ke mana setelah ini. Duduk manis merebahkan diri sejenak di atas ranjang itu saja sudah membuat mereka senang setelah seharian harus berdiri menyambut para tamu undangan."Belum ditentukan, Ma. Kalo Nandar tergantung Alya saja, ke mana dia mau pergi maka Nandar akan ikut bersama dengannya." Jawaban Nandar mampu membuat Alya mengulum senyum hingga pipinya juga menjadi kemerahan bak kepiting rebus."Aduh, pengantin baru ini. Menurut Pak Bahrul, bagusnya anak kita ke mana bulan madunya, Pak?" tanya Papa dari Nandar pada Bahrul, ayah Alya."Kalo saya terserah mereka saja, Pak, saya juga tak ingin menentukannya. Takutnya kalo saya yang nentukan mereka malah nggak suka tempatnya," jawab Pak Bahrul sambil tertawa kecil."Memang Ayah mau nyaranin ke mana?" tanya Alya lembut, Aini saat ini tak ikut karena ada beberap

DMCA.com Protection Status