Share

Di Bali

Author: Okta Novita
last update Last Updated: 2022-05-21 21:45:16

Aku dan Zainab sudah ada di bandara untuk melakukan penerbangan ke Bali. Kami langsung memesan tiket setelah Pak Baharudin datang dan menceritakan tindakan Dio yang akan menjual saham perusahaan konstruksi milik Aditama yang notabene menjadi milik Zainab sekarang.

Awalnya, Zainab tidak peduli dan ingin membiarkan saja tindakan Dio. Namun, saat Pak Baharudin mengatakan tentang nasib karyawan ke depannya, Zainab berubah pikiran. Dan kami pun bersiap untuk menuju Bali bersama Pak Baharudin.

"Kamu kenapa? Ini tanganmu dingin banget, Za," kataku sambil mengusap berkali-kali telapak tangan Zainab bergantian kanan dan kiri.

"Cuma gugup, Mas. Ini pertama kalinya aku mau naik pesawat," jawabnya dengan nada suara sedikit bergetar.

"Ini gak seseram yang kamu bayangkan, Sayang. Anggap aja kayak naik mobil. Atau kamu bisa tidur aja nanti pas perjalanan." Aku berusaha menenangkan sambil terus menggosok telapak tangannya.

Aku beralih ke arah Pak Baharudin yang duduk di belakang. "Apa Zainab mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRIKU GILA?    Kebahagiaan Terbesar

    Saat awan mendung menanti bantuan angin untuk menjatuhkan kumpulan air yang ditampung, aku hanya mampu memandanginya dengan takjub. Siklus hujan yang memang bisa dipelajari lewat sains, tapi juga lewat keagungan Tuhan. Aku duduk di teras depan sambil melihat Zahira yang sedang belajar berjalan dengan Mbak Lita. Di usia tiga belas bulan, gadis kecilku sudah beranjak besar. Sudah bisa berjalan meskipun masih belum terlalu seimbang. Lima sampai sepuluh langkah dia berhasil, tapi kembali terjatuh setelahnya. Untungnya, dia tidak menangis dan justru tertawa lepas sambil sesekali menoleh ke arahku. Kehamilan yang sudah menginjak bulan delapan ini membuatku tidak bisa mengajari Zahira berjalan. Perut sudah mengganjal jika harus membungkuk. "Saya bawakan apel, Mbak." Bu Padma meletakkan sepiring potongan buah apel di meja bundar sampingku duduk. Lantas, dia pun duduk di kursi seberang meja. "Makasih, Bu. Malah ngerepotin," jawabku seraya menebar senyum. "Mbak Zainab masih sungkan saja sa

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Kesepian

    Selesai mengucap doa bangun tidur, aku menatap haru pada dua perempuan yang melengkapi hidup ini. Zainab dan Zahira masih tertidur pulas setelah makan malam di luar semalam. Aku merasa bersalah pada keduanya karena empat bulan terakhir ini terlalu sibuk dan hanya sedikit meluangkan waktu untuk mereka. Sejak kepergian Dio yang seperti ditelan bumi, perusahaan, restoran, dan juga kampus, aku sendiri yang mengurus. Di samping dengan semua keputusan yang diambil harus dengan persetujuan Zainab.Aku memang mengambil alih semua tugas Zainab karena tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya ataupun kandungannya. Dan sekarang, aku sangat protektif padanya dalam hal apa pun. Namun, beberapa kali Zainab merajuk dan sedikit menjaga jarak denganku. Puncaknya terjadi bulan lalu saat aku harus meninggalkannya ke Bali untuk mengurus proyek, sedangkan hari itu juga adalah jadwalnya periksa kandungan. Aku sudah memintanya mengubah jadwal minggu depannya, tapi rupanya Zainab justru berangkat perik

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Jalan-jalan

    PoV ZainabAku merasakan getaran kecil di kasur. Lantas, membuka mata dan terlihat Mas Zaidan sudah duduk di hadapanku. Dia membelai kepalaku lembut. "Mas, kapan pulang?" Kutatap wajah tampan yang masih sedikit basah itu. Lalu, melirik ke benda bulat yang menempel di dinding. Sudah hampir jam sembilan rupanya. "Belum lama. Kok, kamu bangun? Mas berisik, ya?" Dia balik bertanya. Aku menggeleng, lalu bangkit perlahan dan dibantu Mas Zaidan. Terasa perut bagian bawah penuh dengan cairan hingga aku pun beranjak dari tempat tidur. "Mau ke mana?" tanya Mas Zaidan. "Mau ke kamar mandi sebentar," jawabku seraya melangkah. Saat aku keluar dari kamar mandi, Mas Zaidan sudah merebahkan badan di tempat tidur."Mas sudah makan malam, belum?" tanyaku basa-basi. Harusnya, dia sudah makan di resto, tapi kali ini aku yang lapar meskipun sudah makan sore tadi. Mas Zaidan pun turun dari tempat tidur, dia menghampiriku yang masih mematung di depan pintu kamar mandi. Lantas, diraihnya tangan kiriku

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Yang Terindah

    Aku mendongak, menatap laki-laki berkulit putih di hadapan dengan sedikit terkejut. Kenapa aku bisa bertemu dengannya di sini? Apa ini kebetulan? Dan entah kenapa, jantungku berdetak lebih cepat. "Gak usah kaget begitu. Katanya, aku kakakmu?" Kini, dia duduk di bangku panjang tepat sebelah kiriku dengan jarak yang sangat dekat. "Kak Dio ngapain di sini?" tanyaku dalam. Aku takut jika Kak Dio melakukan hal yang tidak terduga karena tatapan matanya sama seperti dulu, saat sedang bersitegang. "Gak usah takut. Aku cuma mau ketemu adik kesayangan dan calon keponakan." Aku terhenyak dengan ketakutan yang tiba-tiba menguasai karena Kak Dio lancang menyentuh perutku. Sontak aku beringsut, menggeser duduk menjauh. "Minumlah, kamu terlihat pucat, Nis." Disodorkannya lagi botol air mineral yang dibawa. "Itu, Zahira, 'kan? Sudah besar dia, ya," lanjutnya lagi. "Kakak jangan macam-macam, aku bisa teriak!" gertakku. Namun, lelaki berkulit putih itu malah tersenyum mengejek. "Aku cuma kangen

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Khawatir

    Aku tidak tega saat melihat Zainab tidur di sofa ruang tamu. Dia menungguku semalaman hingga tidak memedulikan dirinya sendiri. Kejadian semalaman benar-benar di luar dugaan. Dio menghadangku saat perjalanan pulang dari hotel setelah bertemu klien terakhir. Dia seperti orang kesetanan dan menyerangku tanpa ampun. Untungnya, tidak ada Zainab. Namun, Amira yang terkena imbasnya. "Terima kasih, kamu datang tepat waktu," ucapku saat Angga datang membawa bantuan. "Sama-sama, Pak." Angga dan teman-temannya sesama polisi meringkus Dio tepat tengah malam. Namun, satu hal yang tidak kusadari. Ponselku hilang entah ke mana sehingga tidak bisa menghubungi Zainab. Sementara aku harus membawa Amira ke rumah sakit karena dia pingsan akibat pukulan dari Dio. Setelah dia sadar, dokter pun mengizinkan pulang. Untungnya, Angga ikut denganku karena Dio sudah diurus rekannya dan dia bersedia mengantar Amira pulang hingga aku pun melanjutkan perjalanan sendiri. Ingatan kejadian semalam begitu menggang

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Ketegangan saat Zainab Melahirkan

    Setelah beberapa saat mencoba menghubungi Zainab yang tak kunjung diangkat, hati ini mulai dilanda gelisah. Namun, sopir yang ditugaskan menjemput sudah datang dan dengan terpaksa, aku mengabaikan nomor Zainab yang tidak mau menjawab telepon. Selama perjalanan menuju kantor, aku terus berusaha menghubungi lagi nomor Zainab, dan hasilnya tetap sama. Nihil. Kenapa lagi dia? Apa marah karena aku tetap pergi? Ah, Za ... berhentilah kekanak-kanakan seperti itu. Aku bekerja menggantikanmu, untukmu. Sekitar pukul sepuluh pagi, aku sampai di kantor dan klien sudah menunggu di ruang meeting bersama direktur cabang Bali. Mereka menyambutku dengan ramah. Aku pun meminta untuk acara agar segera dimulai karena hati ini sama sekali tidak bisa tenang sejak sampai di bandara.Dengan fokus yang terpecah, aku tetap berusaha mencerna setiap kata yang disampaikan dalam meeting. Hingga semua selesai dan waktu terakhir adalah penandatanganan kontrak kerja sama. "Semoga kita bisa bekerja sama dengan bai

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Menggoda

    Ini kali kedua aku mengumandangkan azan dan ikamah di telinga bayi mungil yang belum genap satu jam terlahir ke dunia. Namun, ini sedikit berbeda karena kebahagiaan dalam hati ini terasa begitu lengkap. Aku bisa menyaksikan kelahirannya secara langsung bersama perjuangan Zainab yang tidak mudah. Baby boy dalam gendongan ini menggeliat pelan saat aku mencium pipi merahnya. Kulit yang masih selembut salju itu membuatku gemas. Wajahnya begitu mirip dengan Zainab. Hidungnya yang tidak terlalu mancung membuatku ingin menariknya. "Hai, Jagoan. Ini, papa, Nak. Kenapa wajah mama kamu nempel semua sama kamu, Nak? Papa sampai gak kebagian." Meskipun belum puas menatap bayi mungil itu, aku harus memberikannya pada perawat dahulu. Dan sekarang aku akan fokus pada Zainab dulu. Dia sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah menerima beberapa jahitan pada jalan lahir. "Nanti, anak saya akan diantar ke kamar istri saya, 'kan?" tanyaku sebelum meninggalkan baby boy itu pada perawat. "Iya, Pak. Akan

    Last Updated : 2022-05-21
  • ISTRIKU GILA?    Kuat, Zainab!

    Kilau sinar matahari menerobos celah jendela yang tidak tertutup rapat tirai. Aku mengedarkan pandangan, ada dua laki-laki tercinta di lamar ini yang masih lelap dalam tidurnya. Belakangan ini, Mas Zaidan sering tidur lagi selepas salat Subuh karena menemaniku begadang merawat Zaki. Dia begitu perhatian dengan bayi laki-laki kami. Katanya, Zaki yang akan mengalahkan ketampanannya. Aku tertawa dalam hati saat mendengar penuturan itu, padahal mereka berdua sama-sama tampan. Aku bergegas mandi sebelum Zaidan junior bangun. Dia bocah pintar yang tidak pernah mau kutinggalkan sebentar saja. Apalagi, setelah acara akikah semalam. Sepertinya, Zaki kelelahan. Selagi Zaki belum bangun setelah aku mandi, langkah ini tertuju ke lantai dua. Meskipun masih sedikit sakit, aku tidak terlalu peduli. Ingin sekali menjadi orang pertama yang ada saat Zahira bangun tidur. "Eh, Mbak Zainab. Kenapa naik ke sini? Memangnya sudah gak sakit buat naik tangga?" Mbak Lita begitu peduli denganku. "Enggak, M

    Last Updated : 2022-05-21

Latest chapter

  • ISTRIKU GILA?    Kebahagiaan tak Bertepi

    Aku mulai menikmati kehidupan baru bersama keluarga kecil tercinta. Zainab, Zahira, dan Zaki adalah segalanya tanpa bisa digantikan siapa pun. Sesaat, kami kembali merasakan kesedihan karena Ayah Hasyim kembali memilih untuk pergi ke Sumatra. Alasan utama beliau adalah memberikan kesempatan untuk kami agar lebih dekat. Namun, untungnya Zainab bisa menerima keputusan sang ayah meskipun ada kesedihan dari sorot matanya. Zainab berperan penuh dalam pengasuhan Zahira dan Zaki. Aku selalu mendapatkan pemandangan menyenangkan saat pulang kantor karena tiga orang tercinta sedang belajar dan bermain bersama. Ah, rasanya tidak ada lagi yang aku inginkan selain melihat senyum indah ketiganya. Ini sudah sangat sempurna di saat setiap kesalahan yang pernah kulakukan diberikan maaf tanpa ada syarat. "Mas," panggil Zainab pelan. Sekarang, kami sedang berada di kamar. Terasa hangat napasnya di leherku karena dia meletakkan dagu di bahu kiriku. "Kenapa, Sayang? Sedikit lagi selesai, kok, kerjaann

  • ISTRIKU GILA?    Menyembuhkan Trauma

    Perjuangan panjangku menyembuhkan tiga orang tercinta yang hampir saja mencapai titik depresi tidaklah mudah. Zainab masih begitu terpukul dengan keguguran untuk kedua kalinya, sedangkan Zahira dan Zaki trauma akibat kekerasan fisik yang diterima mamanya, juga mereka menjadi ketakutan saat melihat darah. Sempat Zahira dan Zaki menangis cukup lama hanya karena melihat nyamuk yang ditepuk dan membekaskan darah di lenganku. Betapa besar efek dari insiden yang diperbuat Dio. Untungnya, Angga datang tepat waktu dan bisa meringkus kakak angkat Zainab itu.Alhamdulillah, di bulan keempat sejak kejadian itu, kondisi psikis orang-orang terkasihku mulai membaik. Zainab pun mulai mau mengurus restoran peninggalan Mama Hervina dan restoran peninggalan Ibu secara bergantian. Sementara urusan Perusahaan Konstruksi Aditama diserahkan kepadaku. Sekarang, kami pun tinggal di rumah yang kubeli dengan keringat sendiri. Mereka bahkan tampak lebih nyaman di rumah yang tidak semewah rumah keluarga Aditam

  • ISTRIKU GILA?    Sebuah Tragedi

    Suasana riuh di rumah mewah Keluarga Aditama menemani hariku. Rumah dengan halaman seluas lapangan sepak bola ini dipasang tenda agar mampu menampung sekitar lima ratusan anak panti asuhan beserta pengurusnya. Acara yang diadakan sebenarnya sangat sederhana. Hanya berbuka puasa bersama yang akan diisi dengan dongeng anak, juga ceramah singkat dari seorang ustaz. Namun, persiapan harus sebaik mungkin agar tidak mengecewakan. Ayah sengaja kuminta untuk membawa Zahira dan Zaki ke rumahku agar mereka tidak terganggu dengan keramaian persiapan di rumah. Sebenarnya, aku juga menyuruh Zainab ikut, tapi perempuan itu memang dasarnya keras kepala hingga menolak perintah suami sendiri. Katanya ingin menemaniku, padahal dia masih perlu banyak istirahat. Meskipun kuturuti permintaannya, tidak kuizinkan dia keluar dari kamar. Aku melihat Zainab sedang duduk di kasur dengan laptop di pangkuannya. Saat kuhampiri, dia sedang membuka e-mail dan terlihat nama Dio menjadi si pengirim pesan. Aku duduk

  • ISTRIKU GILA?    Mikir Apa?

    Hanya semalam Zainab dirawat karena kondisinya sudah membaik. Di rumah, dia disambut haru dua bocah manis yang langsung berlari menghambur begitu membuka pintu. Zahira dan Zaki begitu mencemaskan keadaan mamanya karena keduanya dilarang untuk menyusul ke rumah sakit sebelumnya. Kamarku dan Zainab pun kembali dipindah ke lantai bawah karena untuk menghindari risiko jika perempuan hamil itu harus naik-turun tangga. "Mama, Kakak sama Adek tadi bantuin Mbak Suci sama Mbak Lita beresin kamar Mama. pasti Mama suka." Zahira begitu girang bercerita. "Iya? Wah, pasti jadi bagus kamar mama," sahut Zainab antusias. "Ayuk, Ma! Lihat kamar Mama!" Kini, Zaki yang lebih bersemangat sambil menarik tangan Zainab. Aku memapah istri cantikku perlahan mengikuti Zahira dan Zaki yang sudah berlari terlebih dahulu menuju kamar Zainab. Semuanya terlihat bahagia. "Bagus, kan, Ma, Pa?" tanya Zahira. Dia sudah duduk di tepi tempat tidur ekstra besar yang ada di tengah-tengah kamar. "Bagus sekali, Sayang.

  • ISTRIKU GILA?    Keras Kepala

    Zainab sedang berkutat di dapur bersama Suci untuk menyiapkan makanan berbuka puasa. Dia sudah tampak lebih sehat sekarang dan mulai bisa beraktivitas normal. "Mbak Zainab istirahat saja, biar saya yang lanjutkan memasak. Sudah hampir selesai, kok. Saya nggak tega lihat Mbak terlalu lama berdiri. Sudah lebih dari satu jam, loh." Suci berucap saat melihat Zainab mulai memijit-mijit pinggang. "Iya, Mbak Suci, pinggang sama perut tiba-tiba nggak enak banget rasanya. Aku tinggal, ya," pamit Zainab dan dijawab dengan anggukan oleh Suci. Zaidan yang baru saja masuk ke rumah, melihat sang istri yang duduk sendirian di sofa ruang tengah. Keningnya mengerut cukup dalam seraya mendekat kepada Zainab yang sedang mengelus perut. "Kenapa, Sayang? Sakit? Hei, wajahmu juga agak pucat." Zaidan mengangkat dagu Zainab, lalu menatap dengan seksama. Zainab menggeleng seraya berkata, "Enggak apa-apa, Mas. Cuma rasanya mual, tapi nggak bisa dikeluarin.""Jangan bilang kalau kamu puasa lagi hari ini,"

  • ISTRIKU GILA?    Keracunan Cinta

    Di kehamilan yang memasuki bulan keempat ini, Zainab tampak mulai berisi. Memang kebahagiaan berpengaruh besar pada fisik seseorang dan itu sudah terbukti. Sepasang suami-istri itu sudah berdamai dengan keadaan dan saling memaafkan hingga tidak ada lagi beban di hati. Sore ini, Zainab akan memeriksakan kandungannya untuk kali pertama setelah kedatangan Zaidan. Zahira dan Zaki pun turut serta karena mereka begitu antusias dengan kehadiran sang calon adik. Rasa penasaran juga begitu besar di benak dua bocah itu tentang bagaimana cara adik mereka bisa ada dalam perut sang mama. Zahira dan Zaki begitu girangnya melihat layar USG empat dimensi di samping Zainab berbaring. Bahkan, suara detak jantung adik mereka yang terdengar begitu cepat membuat keduanya terkagum-kagum. "Itu, Dedek deg-degan, ya, Bu Dokter?" tanya Zahira dan ditanggapi dengan lembut oleh sang dokter yang masih memutar probe di perut Zainab. "Iya, Sayang. Itu, suara detak jantung adiknya Kakak Cantik." Dokter itu mengu

  • ISTRIKU GILA?    Puasa, Mas!

    Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan tumben sekali aku tidak mendapati satu pun rumah makan atau restoran masakan Padang yang masih buka. Sementara Zainab sudah tampak gelisah. Sepertinya, dia sedang mengidam dan kecewa karena keinginannya belum terpenuhi. "Tadi sebelum aku mau ikut, Mas mau pergi ke mana?" tanya Zainab tiba-tiba. "Enggak ke mana-mana, cuma jalan kaki aja di sekitar rumah," jawabku sambil tetap fokus ke depan. "Kalau begitu, kita pulang saja sekarang." Zainab berkata pelan. Aku menoleh sekilas, tapi Zainab sudah membuang muka ke kiri. Aku tidak tega kalau seperti ini. Perempuan hamil yang tidak kesampaian keinginannya saat mengidam sepertinya sangat tersiksa meskipun mitos tentang anak yang ileran itu sudah banyak terbantahkan. "Katanya pengen makan nasi Padang? Ini, Mas masih cari, Sayang." Aku mencoba untuk tetap berkata dengan tenang. "Udah satu jam kita muter-muter aja, Mas. Udah pada tutup. Aku juga udah capek, mau tidur. Pinggang juga pegel kalau

  • ISTRIKU GILA?    Mulai Bicara

    Memaafkan memang bukan hal mudah, tapi itu bisa diusahakan sejalan dengan hati yang ikhlas. Aku tahu jika kemarahannya padaku masih jauh lebih kecil daripada cintanya. Hingga pastinya, perempuan di hadapan ini akan memberikan kehangatan lagi secepatnya. Begitu banyak yang kurindukan darinya. Tawanya dengan lesung pipit yang manis, mata indahnya yang sering berkedip lucu, bibirnya yang mengerucut jika marah, bahkan sikap kekanak-kanakan dan manjanya sangat ingin kulihat lagi sekarang. Akan tetapi, baru saja aku sudah melihat salah satu dari itu. Begitu antusiasnya Zainab memakan manisan buah yang kubawa hingga habis dan dia mengucapkan terima kasih dengan senyuman berlesung pipitnya. Setelah diletakkannya mangkuk ke nakas, aku langsung memeluknya. Menghidu aroma tubuhnya dengan mata terpejam bisa membuat hati ini tenang. Sambil mengusap lembut kepalanya, aku berbisik, "Terima kasih, Sayang. Dengan melihat kamu makan selahap itu, mas sangat bahagia."Alhamdulillah, Zainab sudah tidak

  • ISTRIKU GILA?    Usaha yang Membuahkan Hasil

    Zainab terus melangkah menaiki anak tangga menuju lantai dua. Setibanya di rumah, dia langsung meninggalkan Zaidan yang sudah dihadang putra-putri mereka. Zahira dan Zaki menghambur kenpelukan sang papa begitu laki-laki itu menapakkan kaki di rumah megah peninggalan Herman Aditama. Meskipun Zaidan menanggapi dan memeluk putra-putrinya, tapi pandangannya mengikuti sosok Zaianab. Masih tidak ada kata yang perempuan itu ucapkan untuk menjawab pertanyaan dari sang suami. "Papa dari mana saja? Kenapa kerjanya lama dan jauh? Kakak sama Adek kangen." Zahira sudah cemberut sambil berucap manja. Zaidan pun bingung ingin menjawab bagaimana. "Iya, Sayang. Maafkan papa, ya. Papa kerjanya kejauhan, ya. Mulai sekarang, papa kerjanya di dekat sini lagi saja, ya. Biar bisa selalu sama-sama dengan Zahira dan Adek Zaki."Dua bocah berusia lima tahun dan empat tahun itu tampak girang sambil melompat-lompat. Kemudian, mencium pipi Zaidan bersamaan. "Kakak sama Adek sudah mandi belum? Bau asem!" Zaida

DMCA.com Protection Status