POV ROSA 3
"Mas akhirnya kamu datang juga, kamu dari kemaren kemana saja? Aku butuh kamu, kamu malah menghilang selama seminggu ini,'' ucapku mengintograsi dengan nada sangat kesal."Maafkan Mas, Rosa. Bukan bermaksud Mas tidak memberi kabar padamu, mas tidak mau Dira curiga dengan hubungan Kita saja,'' ucap Mas Faisal sambil memegang pergelangan tanganku."Dira lagi, Dira lagi! Mas aku juga sama istri kamu kenapa kamu mentingin Mbak Dira terus. Sedangkan detik-detik aku melahirkan pun kamu tidak menemaniku, kamu tega sekali Mas. Biarin saja Mbak Dira tahu kamu masih cinta sama Mbak Dira, lantas aku apa? cuma pemuas nafsumu saja hah?" ucapku yang frustasi setelah mendengar ucapan Mas Faisal menyebut nama istri pertamanya itu"Sabar, Sayang. Nanti juga ada saatnya aku menceraikan Dira, kamu yang tenang jangan banyak pikiran. Kamu 'kan baru saja melahirkan, jangan setres terus yang terpenting aku ada disini bersamamu. Ya sudah sekarang mas mHari ini aku akan siap-siap pergi ke Rumah makanku karena ada pesanan dari Bapak Pratama dan aku sesegera mungkin menuju kesana untuk membantu para karyawanku menyiapkan pesanan yang akan dikirim ke PT Angkasa Group.Tapi Aku tidak melihat Mas Faisal kemana dia pergi tidak bilang sama sekali lagi, yasudahlah gak kenapa-napa aku pergi saja mungkin Mas Faisal pergi bersama gundiknya.Setelah sampai di tempat usahaku, ternyata semuanya sudah siap tinggal memasak. Bahan-bahannya sudah dibeli langsung oleh karyawanku dan kami bersiap-siap untuk segera memasak. Karyawanku yang lain memotong bahan sayuran, sedangkan ada chef handalku ia bagian yang memasak, aku cuma bantu-bantu saja apa kekurangannya.Setelah tiga jam berkutat di dapur, akhirnya selesai juga memasaknya tinggal membungkus dan langsung dikirimkan ke kantor PT Angkasa Group. Sesampainya di depan kantor PT Angkasa Group, aku lantas memberi tahu kepada Satpam jika aku ingin mengantarkan pesanan pada Pak Pratama ke dalam kantor.
menghampiri penjual somay tersebut dan langsung memesannya, setelah menunggu lama akhirnya somay sudah berada di hadapanku dan segera aku menikmatinya dengan sangat lahap.Akhirnya setelah selesai menikmati somay tersebut, aku langsung berlalu meninggalkan penjual dan aku lantas pulang menuju rumah.Di rumah aku melihat motor Mas Faisal, nampaknya suamiku sudah pulang. Entah kemana tadi perginya sampai-sampai mau menjelang waktu magrib pun ia baru pulang pulang ke rumah."Mas sudah pulang, dari mana saja Mas?" tanyaku mengintograsi suamiku, ia terlihat kaget melihat kedatanganku."Oh iya, dek. Mas baru pulang dari rumah teman, maaf pulangnya terlambat. Kamu juga habis dari mana kok baru pulang?" tanya Mas Faisal balik menatapku."Aku habis dari bidan Mas, biasa kontrol kandunganku," ucapku singkat membuang muka"Oyah terus gimana, apa kata bidannya sayang?" ucap suamiku dan aku langsung menjawab
Setelah pukul 02:20 WIB akhirnya aku bisa tertidur pulas dan aku tidur disamping Mas Faisal dengan membelakanginya. Aku terlelap dengan mimpi yang indah.Entah kenapa rasa-rasa kok ada yang maksa aku supaya bangun, ternyata Mas Faisal. Baru saja aku tidur sebentar sudah dibangunkan olehnya."Dek bangun, Mas lagi kepingin. kamu cepetan bangun, ayo!'' ucap Mas Faisal dengan penuh kenafsuan terus membangunkan aku yang sudah terlelap dengan nyengaknya."Aduh Mas males ah nanti saja, aku sudah ngantuk sekali baru saja tidur sudah dibangunkan lagi," jawabku kesal menolaknya. Bukannya aku tidak mau, tapi aku mengingat mas Faisal sudah pernah tidur dengan wanita lain rasanya aku tidak mau lagi, walau pun itu kewajibanku."Ayo lah Dek sekali ini saja, kita sudah lama tidak melakukannya," jawab suamiku memaksaku untuk segera melayani nya. Tapi aku sangat tak sudi melayaninya di ranjang."Tidak mau mas, aku cape malam ini, besok saja ya," ucapku d
"Yasudah Papa yang sabar mungkin ini sudah jalan yang dikehendaki Allah," ucapku menenangkan hati Papaku."Dir kalau boleh Papa minta, Papa ingin rujuk lagi dengan Mamamu, Papa jangan tidak akan mengulangi kesalahan seperti dulu Papa sebenarnya masih sayang sama Mama kamu" ucapan Papa membuat aku terkejut."Ehhmm ... Kalau masalah itu maaf Pah, tanyain langsung saja sama Mama mungkin Mama mau kembali lagi sama Papa?" jawabku ketika itu Papa terdiam menunduk kembali entah apa yang ada dipikiran Papa aku tidak menyangka Papa ingin rujuk kembali dengan Mama setelah Papa sudah tidak mempunyai apa-apa lagi."Oh iya Nak, kata tetangga apakah benar kamu sedang hamil cucu Papa?" ucap Papaku bertanya, aku langsung menganggukkan kepala"Iya Pah benar, aku sedang hamil usia empat bulan dan besok acaranya empat bulananku, Papa datang yaa," jawabku sopan, aku ingin Papa juga melihat acara syukuran besok."Iya Nak, pasti Papa datang. Kalau begitu Papa mau
"Ngapain kamu datang kesini hah? Mana wanita sialan itu kembalikan hartaku dasar anak iblis," ucap Papa bergitu murka kepada Rosa"Maksud Papa apa? Aku tidak mengerti apa yang Papa ucapkan, kenapa Papa bilang Rosa ini anak iblis. Papa tega sekali sama aku" jawab Rosa sambil menangis sepertinya Rosa belum tahu kalau Rosa bukan anak kandung Papa."Kamu manggil saya Papa, saya bukan Papa kandungmu, mana Ibumu kembalikan uang yang Ibumu curi dariku," jawab Papa dan Rosa terlihat sangat kaget mendengar ucapan yang dilontarkan Papa"Rosa tidak tahu dimana Ibu Pah, sudah lama sekali Rosa tidak bertemu Ibu," jawab Rosa sambil terisak menangis menatap papa."Omong kosong kamu, kamu 'kan anaknya masa tidak tahu ibumu dimana," ucap Papa dengan penuh amarah."Sudah Pah jangan emosi, banyak orang yang lihat. Papa yang tenang dan sabar ini masalah bisa dibicarakan dengan baik," ucap Mas Faisal pada Papa ia malah membela Rosa..&nbs
POV PratamaSaya Pratama Adijaya CEO PT Angkasa Gruop. Saya bekerja tidak mengenal waktu, pagi sampai sore saya terus bekerja malam baru bisa beristirahat. Saya sama sekali belum mempunyai kekasih.Sebenarnya saya punya kekasih tapi itu dulu, saya hanya pernah berpacaran dengan dua wanita yang pertama bernama Anita Prameswari dia wanita yang cantik dan sexy aku putus dengannya karena dia terlalu miminta dibelikan ini itu, bukan barang yang murah tapi ini sangat fantastis mahal sekali. Seperti tas branded, sepatu sampai bajupun branded semua.Setiap hari libur Anita selalu mengajakku kesalon kecantikan itu aku yang harus membayar. Aku berpikir uangku bisa hambis karena terlalu sering menghambur-hamburkan uang, bukannya tidak mau memberi uang kepada pacar tapi dia terlalu matre, gayanya saja bak sosialita bagaimana kalau Anita sudah menjadi istriku bisa bangkrut aku sekarang saja masih berpacaran sudah habis berpuluh-puluh milyar untuk Anita akhirnya aku putuskan dia.Yang ke dua ia bern
Hari ini Dira telah sampai di rumah Mama dan ia melihat Mas Faisal sepertinya ingin pergi, tampak sekali suaminya tengah terburu-buru akan meninggalkan rumah."Mas, kamu mau pergi kemana siang-siang begini?" tanyaku kepada Mas Faisal yang sedang terburu-buru."Maaf sayang, mas mau pergi keluar sebentar. Ada urusan penting yang harus mas kerjakan, mas pergi dulu ya. Kalau kamu mau pulang kabarin mas nanti biar Mas yang jemput kamu!" ucapnya hendak akan mencium pipiku. "Mas juga sudah meminta izin kepada Mama kamu.''Mas Faisal bicara sambil berlalu pergi meninggalkanku, padahal aku masih belum menjawab pertanyaan Mas Faisal, entah dia mau kemana? Apa aku ikutin saja ya.Aku mengikuti Mas Faisal menggunakan motor Papaku, sebenarnya ini bukan motor Papa ini motor teman Papa. Papa hanya meminjam dari temannya aku membuntuti nya dari belakang, supaya aku tahu kemana pergi nya mas Faisal sampai-sampai terlihat dari wajahnya ada raut kecemasan.Aku terus tancap gas, cukup jauh sekali sampai M
Hari-hari aku lalui dengan semangat dan ceria, sudah satu bulan ini aku tidak pulang lagi kerumah, Mas Faisal sudah satu minggu ini tidak mengunjungiku kerumah Mama setelah ia tahu ada yang mengirimkan surat gugatan cerai dari pengadilan agama.Awalnya ia marah kepadaku, mas Faisal tidak mau menandatangi surat cerai yang aku kasihkan. Tapi aku mengancamnya, Mas Faisal masih berpikir alasan apa yang membuat aku kekeh ingin bercerai dengannya..[Dua minggu sebelumnya]"Kamu tidak perlu tahu alasan apa aku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Harusnya kamu mikir Mas, kesalahan kamu apa?" ucapku memaki-maki dan Mas Faisal terdiam beberapa saat lantas ia menjawab"Iya ... Aku memang salah. Tapi, aku tidak mau berpisah denganmu. Apa kamu tidak ingin anak yang kamu kandung, setelah lahirnya tidak ada Papanya! Apa kamu mau hah?" ujarnya tak kalah membentakku"Biarkan aku menjanda, aku tidak sudi lagi hidup bersamamu. Kamu
part 77''Sudah Nak, biarkan saja Papa sama Mama yang bertugas mengerjakan ini. Kamu istirahat saja jaga anak-anak, nanti pada tidak bisa diam lagi,'' ujar Papa, aku menghela nafas berniat ingin membantu tapi di larang.''Biar Dira saja. Papa dan Mama istirahat, sepertinya lelah sekali. Dira ingin bantu,'' sahutku memegang pergelangan tangan papa.''Ya sudah, jika kamu mau membantu. Silahkan saja, kebetulan Papa dan Mama juga sangat cape sekali ingin istirahat,'' sahut Papa duduk di kursi.''Nah, lebih baik istirahat saja. Aku tidak mau melihat Papa dan Mama kecapekan,'' sahutku tersenyum.''Terima kasih, Dira. Yasudah, Papa dan Mama istirahat dulu ya. Anak-anak biar Papa yang jaga,'' ujar Papa, aku hanya mengangguk saja.Papa pergi dan masuk kedalam ruangan k
Aku segera membaca lembaran kertas yang sudah aku raih.Aku sangat kaget setengah mati membaca lembaran ini. Ternyata sebuah surat warisan."Maksudnya apa, Pah?" tanyaku menatap Papa tak percaya akan isi didalam surat ini."Ini surat warisan dari suamimu, sewaktu Pratama masih hidup ia memberikan surat ini pada Papa. Jadi, almarhum suamimu memberikan semua harta yang ia miliki untuk kamu dan anak-anakmu. Yaitu sebuah perusahaan, apartement dan seratus hektar tanah," sahut Papa memberitahu, aku sangat schok mendengar ucapannya."Tapi, Pah. Dira sudah memeliki rumah makan dan banyak cabang dimana-mana. Dira tidak mau menerima harta ini karena Dira masih mampu membiayai anak-anak, lagi pula Papa dan Mama juga butuh harta ini kenapa merelakkan untukku?" tanyaku dengan perasaan yang sangat sedih.Beta
Part 75"Betul, Dira. Mama dan Papa sangat setuju jika kamu menikah dengan Marcell," ujar Mama yang tiba-tiba datang menghampiri kami."Tapi, Mah. Dira tidak mau," kataku menolak lamaran ini dengan sungguh-sungguh."Kenapa emangnya? Apa ada yang kamu tak sukai dari Marcell?" tanya Pak Bayu menatapku penuh arti."Bukan tak menyukai, Pak. Tapi saya masih ingin menyendiri saja," kataku sembari menunduk.Pak Bayu dan Marcell terdengar menghela nafas kasar, mereka mungkin mengerti tentang kondisiku saat ini."Kalau begitu, saya paham. Mungkin kamu masih terluka karena di tinggal pergi oleh suamimu. Saya dan anak saya hanya bermaksud baik saja, kalau tidak menerima lamaran ini saya dan anak saya mengerti akan keputusanmu. Kalau begitu saya dan
Part 74Aku menghirup udara di taman Rumah sakit, menatap sekeliling dengan perasaan tenang. Sungguh hatiku sedang merasakan kebahagian. Karena mengingat orang tuaku yang tengah berbahagia.Aku pun sebenarnya ingin bahagia, hm ... Kalau saja Mas Pratama masih hidup aku tidak akan merasakan kesepian seperti ini, kamu pasti hidup bahagia selalu dan saling bersama-sama dalam suka maupun duka.Pernah aku berfikir ingin mengakhiri hidup karena telah kehilangan sosok suami yang begitu perhatian, tanggung jawab dan selalu membuat hari-hariku bahagia.Tapi keinginan itu tidak terwujud sebab aku masih punya keluarga yang amat aku cintai.Aku punya kedua orang tua yang baik dan penuh perhatian begitu juga punya buah hati yang begitu menggemaskan. Disisi lain aku sangat bahagia tapi di lain sisi
Part 73"Dira ...."Terdengar suara bariton laki-laki mengagetkanku, seketika aku membuka selimut dan menatapnya."Bikin kaget saja!" kataku kesal."Maaf," sahutnya tanpa merasa bersalah.Aku memalingkan badan tak menatapnya."Maaf aku telat memeriksakan kesehatanmu, hari ini aku sangat sibuk sekali," ujar Dokter Marcell."Iya, tidak apa-apa," ucapku acuh.Ia mendekati dan aku langsung di periksa olehnya."Apa sekarang mau dilepas kain penutup kepalanya?" tawarnya, aku menatapnya."Besok sajalah, sekarang aku mau tidur sudah ngantuk!" kataku sambil memalingkan tubuh membelakanginya.
Part 72Aku membuka mata perlahan menatap sekeliling ruangan yang bernuansa berwarna putih. Terlihat Mama sedang menangis tersedu-sedu memeluk tubuhku.Papa terlihat menundukan kepala sambil terus mengusap air matanya yang mengalir sedih."Pa-pa, Ma-ma ..." kataku bersuara terbata-bata.Kedua orang tuaku menatapku dan mereka menghampiriki."Alhamdulillah ... akhirnya kamu sudah sadarkan diri, Sayang!" ujar Mama menghapus air matanya."Kami dari semalam menghawatirkan kamu tidak sadarkan diri, sekarang bagaimana kondisi kamu? Apa masih sakit?" tanya Papa penuh perhatian."Hanya sedikit pusing saja, Pah!""Kalau ada yang sakit, bilang sama Mama dan Papa biar dipijit," kata Mama tersenyum m
Part 71Tapi sepertinya aku tidak bisa berhenti bekerja di perusahaan PT Atmajaya Gruop. Aku tidak mau mencoreng nama baik dan malah akan di cap sebagai karyawan yang tak bertanggung jawab. Baru bekerja satu hari malah keluar.Aku tidak mau hal itu terjadi."Iya, Pah, Mah. Nanti akan Dira pikirkan. Kalau begitu, aku mau ke kamar dulu ya, udah gerah soalnya," ujarku beranjak pergi."Tunggu dulu, Dira. Papa juga kesini berniat memberikan hasil omset selama satu tahun lamanya. Ini semua dari pusat mau pun cabang," Papa membuka koper lalu membuka resleting dan betapa terkejutnya aku melihat uang sebanyak itu di simpan diatas koper."Banyak sekali, Pah!"Aku kaget sekali. Ternyata Papa menyimpan dan tidak mempergunakannya sama sekali selama Papa menguru
"Dira!''Aku membalikan badan, dokter muda itu menghampiriku."Kenapa kamu pergi?" tanyanya menatap tajam."Aku tidak pergi, hanya ingin duduk di ruang keluarga saja, ada apa emang?" tanyaku menyilangkan kedua tangan di dada."Aku tahu kamu masih sangat terluka, maafkan aku karena sudah lancang bertanya tentang statusmu, aku sama sekali tidak bermaksud ikut campur!" ujarnya merasa bersalah."Tidak apa, aku hanya ingin sendiri saja.'' ucapku tak ingin mengatakan hal yang lebih dari hal itu."Maafkan aku, Dira. Karena telah membuat hatimu terluka," imbuhnya, Dokter Marcell meminta maaf. Padahal aku sama sekali tidak marah, hanya kesal saja.Lantas, ia duduk di sebelahku.Jujur, aku merasa sangat ris
Part 69"Astagfirullahal adzim ..."Aku menatap pria yang tiba-tiba berusaha mengagetkan.Ternyata ia Dokter Marcell."Ini, Dok, ban mobil kempes dan ternyata ada paku di sekeliling jalan," Mama sambil memperlihatkan paku yang tertancap di ban."Biar saya bantu, saya akan panggilkan tukang untuk membereskan semua ini," ujar Dokter Marcell hendak menolong."Lantas, kami 'kan harus pulang ke rumah,""Lebih baik Ibu, Dira dan anak-anak naik mobil saya dulu kebetulan saya juga mau pulang melewati rumah Ibu," ujarnya.Aku menatap Mama, ia langsung meng-iyakan saja."Baiklah kalau begitu, kami mau," Mama segera menyerahkan kunci mobil pada Dokter Marcel dan seketika itu ia langsung menelepon tukang langganannya.