SEBENING CAHAYA CINTA 11.**"Jadi kamu mau mempertimbangkan aku, Ayu?" tanya Arman ke Cahaya. Lelaki itu sama sekali gak sadar kalau Ayu adalah Cahaya. Cahaya sangat pintar memanipulasi pikiran Arman. Apalagi Cahaya sekarang memakai kawat gigi disertai kulit putih bersih sama sekali Arman tidak menyangka kalau istrinya bisa secantik itu. Dia malah mengira orang lain. "Ya, tergantung sikap kamu sama aku. Bukankah seorang pria itu dinilai bagaimana dia sukses atau tidak untuk mendapatkan wanita yang tepat. Maka kamu juga harus menunjukkan jati diri kamu." "Baiklah, aku akan memberikan yang terbaik buat kamu." "Aku akan tunggu perkataan kamu. Apakah benar-benar kamu jalankan atau tidak untuk mendekatiku," kata Cahaya. Arman mengangguk. Dia merasa senang sekali. Tiba-tiba gawai Cahaya bergetar. Ada panggilan dari Mbak Rahma. "Assalamualaikum, Mbak." "Waalaikumsalam, kamu di mana. Mbak udah di Toko. Mau ketemu anak kamu," katanya. "Oh, aku juga dekat kok. Sebentar lagi aku ke sana
"Cahaya. Kenapa sih kamu harus tinggal di ruko ini? Kamu berantem sama suami kamu? Beberapa waktu yang lalu kamu bilang kalau suami kamu Arman. Jujur aja, Mbak kaget." "Iya Mbak Rahma aku udah nggak cocok lagi sama dia. Kayaknya aku nggak sanggup jadi istrinya. Aku akan mengirimkan surat perceraian kepada Mas Arman dan tekadku sudah bulat untuk bercerai darinya." "Kamu sabar ya, Cahaya. Semoga Allah memberikan pengganti yang jauh lebih baik dan kamu bisa strong bersama anak-anak kamu. Kalau suami seperti Arman itu memang harus ditinggal. Apa lagi dia ngaku pacaran sama Angela di belakang kamu. Mbak aja kesel melihatnya." "Iya, Mbak. Nggak ada inisiatif sama sekali justru dia menghubungiku untuk memarahiku. Aku dianggap seperti babu oleh keluarganya. Aku lelah. Aku sudah mendaftarkan surat perceraian kami. Mungkin akan datang ke dia sebentar lagi. Bagaimana dengan mbak sendiri? Apakah udah periksa ke Dokter tentang kesehatan, Mbak yang baru-baru ini Mbak ngomong sering lupa? Kesehat
SEBENING CAHAYA CINTA 12. **Arman merebahkan dirinya di kasur. Kata Ibunya, Ayu tadi mirip seseorang. Dia juga merasa demikian. Seperti sudah lama mengenal. Tapi dia bingung siapa. Lelaki itu lalu mengambil undangan perceraian. Dia akan mengakhiri ini semua dengan Cahaya. Tiba-tiba gawainya bergetar. Panggilan dari Angela. Arman mendesah. Sekarang dia bingung, bagaimana mengakhiri hubungan dengan Angela. Wanita itu menggebu-gebu terus ingin di perhatikan. Dengan malas Arman mengangkat teleponnya. "Mas, lagi apa? Kamu kok jadi dingin gini sama aku. Kamu seperti ngejauhi aku. Di kantor juga begitu. Salah aku apa?" kata Angela dengan suara mendayu."Maaf, Angel. Aku lagi pusing menghadapi problematika rumah tanggaku. Bukankah kamu tahu kalau aku sudah menikah dan hubunganku sedang kurang baik dengan istriku." "Kamu bilang kalau kamu udah mau bercerai dan nggak ada lagi problematika. Sekarang kenapa kamu ngomong kayak gini. Sebenarnya hubungan kamu tuh gimana sih sama dia. Kamu mau
Di Puskesmas Rahma di periksa. Kondisinya tiba-tiba drop dan di pasang selang infus. Kata Dokter umum tekanan darahnya rendah makanya dia pingsan. Rahma sudah sadarkan diri. Cahaya mendekati. Dia gak bisa menghubungi keluarganya karena gawainya menggunakan kunci. "Mbak, Bagaimana keadaan, Mbak. Mbak Sebenarnya sakit apa? Beberapa waktu yang lalu Mbak juga bilang kalau lagi sakit. Aku khawatir sekali. Sekarang aku nggak bisa menghubungi keluarga, Mbak. Ini gawai Mbak Rahma coba tolong Mbak Rahma telepon mereka biar nggak khawatir," kata Cahaya. Rahma dengan lemah menerima gawainya tersebut kemudian dia mencoba untuk membukanya setelah dibuka dia memberikan lagi ke Cahaya. "Kamu tekan aja nomor ini. Ini adalah nomor suamiku. Kamu bisa segera menghubunginya. Maaf kondisiku sangat lemah dan benar-benar pusing Mbak minta tolong sama, Cahaya," lirih Rahma pelan. Cahaya melakukan instruksi Rahma. Dia menghubungi Pras. Suami Rahma. "Halo, Sayang. Kamu di mana?" "Maaf, Pak. Saya bukan Mb
SEBENING CAHAYA CINTA 13. **PoV Cahaya Aku tersentak saat Angela datang. Segera ku simpan kalung yang di berikan Mas Arman padaku. Tentu aku gak mau Angela mengambilnya. "Apa-apaan kamu, Mas?! Jadi ini alasan kamu menghindar dariku!" katanya. "Angela, kamu apa-apaan!" kata Mas Arman. "Kamu yang apaan! Kamu udah sulit kuhubungi dan kamu jalan sama dia. Ini selingkuhan kamu?!" katanya sengit. "Heh, dasar perempuan pelakor. Kamu sadar gak siapa yang kamu rebut!" Angela bagaikan singa betina yang mengamuk. Sungguh aku takut. Padahal dia yang pelakor. Enak sekali dia menuduhku. "Siapa? Kamu istrinya? Enggak, 'kan?" kataku berusaha santai. "Kurang ajar kamu!" Dia hendak mengamuk dan menyakitiku. Namun, Mas Arman berusaha merelai dengan ada di depanku. "Angela. Apaan kamu. Jangan sakiti Ayu!" "Oh, jadi kamu lebih pilih perempuan pelakor ini dari aku?!" katanya melotot.Aku berusaha tenang. Mau melihat sampai di mana Mas Arman memilihku. Tentu apa yang terjadi menjadi bahan gibah
Kalung ini akan aku simpan dan mungkin akan aku jual lagi untuk kebutuhan putriku. Ini akan meringankan beban Mas Arman sebagai nafkah dia kepada mereka. Bahkan dalam keadaan seperti ini aku berpikir untuk membantunya. Kapan dia berubah? Kalau perceraian yang dia inginkan maka aku akan kabulkan. Tapi, selama dia hidup nafkah anak-anak tetap tanggung jawabnya. Gawai-ku tiba-tiba bergetar dan itu panggilan dari Mas Arman. Aku mengangkatnya sepertinya Mas Arman masih terus berusaha untuk mendapatkan cinta Ayu. "Halo, Ayu. Kamu lagi apa?" tanyanya. "Anakku sudah tidur. Lagi bersama mereka." "Wah. Aku mau panggilan video boleh gak. Aku mau lihat anak kamu." "Jangan dulu. Nggak enak nanti dia terbangun. Kapan-kapan aja." "Oh, yaudah. Kamu udah makan belum. Ini baru jam setengah sembilan. Anak kamu kok cepat tidur ya. Mau keluar gak bareng aku," katanya. Aku mendesah berani sekali dia ngajakin keluar malam-malam. Walaupun masih jam 08.30 tentunya sudah malam sepertinya Mas Arman lebih
SEBENING CAHAYA CINTA 14**PoV Cahaya Aku tersentak saat Mas Arman memegang tanganku. Aku meliriknya. Dia tidak begitu saja melepaskannya kemudian aku menatap dirinya dia juga melihatku dengan seksama. Jujur saja saat itu aku takut. Aku lebih takut ketahuan. Bagaimana kalau dia tahu aku benar-benar Cahaya, istrinya.Bisa gawat kan. Suaraku sudah ku lembut-lembutan dan juga penampilanku kurubah total. Aku pakai behel serta seluruh wajahku kubersihkan agar tidak ada jerawat lagi. Aku berharap Mas Arman nggak tahu kalau Ayu adalah aku. Aku berusaha melepaskan tanganku dan dia akhirnya melepaskannya juga. "Ayu, Bagaimana kalau ku antar kamu ke rumah aja kan nggak enak turun di depan Kafe." "Gak apa, Mas. Nanti aku dijemput adikku dan sebentar lagi dia bakal pulang. Aku belum siap kamu bertemu anak-anakku. Jadi nanti aja kalau aku benar-benar udah siap dan mereka udah siap pasti aku perkenalkan kamu dengan keluargaku." "Ayu, Kenapa ya aku melihat kamu seakan-akan aku sudah kenal lama
"Wah kamu serius, Mbak? Dia baik banget mau belikan kamu barang-barang banyak kayak gini. Kamu bilang kalau jadi istrinya kamu nggak pernah dibelikan seperti ini." "Ya, makanya aku bilang sama kamu ternyata lebih enak jadi selingkuhannya daripada istrinya. Dia baik sama perempuan yang gak ada hubungan apa-apa sama dia. Sementara dengan Cahaya dia begitu kejam.""Kalau begitu semangat ya. Aku mendukung kamu untuk ngerjain dia. Beberapa hari lagi kamu bilang persidangan kamu akan digelar. Aku memberikan dukungan penuh untukmu, Mbak supaya kamu segera bercerai dari laki-laki seperti itu," kata Fikar. "Makasih, Fikar." Aku senang sekali. Beberapa waktu lagi aku akan bercerai dari Mas Arman. Semoga saja lancar dan aku secepatnya berpisah darinya. Gawai ku bergetar aku melihat ada panggilan dari Mbak Rahma. Kenapa Mbak Rahma menghubungiku? Mungkin ada suatu hal yang penting. Bagaimana keadaan dia? Apakah dia udah sehat atau seperti apa. Sudah beberapa waktu aku nggak menghubunginya, aku
Sekarang memohon kembali ke Cahaya juga percuma. Mantan istrinya sudah bahagia dengan lelaki lain. Mungkin Arman bisa merelakan hal tersebut karena sebagai suami Cahaya dulu dia tidak pernah membahagiakan Cahaya justru selalu membuat Cahaya terluka. Ini adalah balasan untuknya dan Arman harus siap menerimanya."Aku memang sengaja melakukan itu, Bu. Maafkan aku hanya itu yang bisa ku katakan ke ibu!""Kenapa kamu melakukan hal yang menyakiti ibu?! Sekarang ibu minta kamu tidak perlu lagi berhubungan dengan Cahaya. Sudah cukuplah perbuatan baik kamu sama dia. Dia itu sudah menjadi mantan istri kamu dan kamu tidak punya kewajiban apa-apa lagi untuknya!"Saat Ibu mengomel Ria dan Arum hanya terdiam. Mereka tidak berani ikut campur, kalau terlalu dalam ikut campur Arman akan marah ke mereka berdua."Tugasku memang sudah selesai untuk Cahaya tetapi tanggung jawabku ke Ratu dan Rani tidak pernah selesai, Bu. Sampai mereka besar, mereka tetap anakku. Meskipun kita tidak pernah menginginkan me
SEBENING CAHAYA CINTA TAMAT**PoV Author"Mas, bicarakan hal apa dengan Mas Arman? Apakah masalahnya sudah selesai? Sekali lagi aku minta maaf sama kamu, Mas. Karena Mas Arman terus-terusan mengganggu rumah tangga kita. Ya seperti itulah, dia Ayah dari anak-anakku yang tidak bisa ku pisahkan dari Ratu dan Rani. Kedatangan dia kemari juga memberi kartu debet untuk Ratu dan Rani, aku juga nggak tahu kenapa dia melakukan ini. Padahal dia dulu tidak seperti itu," kata Cahaya panjang lebar ke Pras. Cahaya meringis merasa gak enak untuk meyakinkan suaminya kalau dia dan Arman hanya ngobrol seputar masalah anak.Bagaimanapun jika sudah menikah pasti ada saja fitnah antara hubungan suami istri terutama mantan suami."Kamu nggak perlu khawatir, Sayang semuanya udah selesai. Beberapa waktu yang lalu Arman mengajukan proposal dia hendak pergi ke luar kota. Mas nggak tahu kenapa dia mengambil keputusan ini. Perusahaan sedang membutuhkan beberapa orang yang ditugaskan untuk bekerja di sana dan Ar
Pras tersenyum sebentar, dia mengambil tangan Cahaya lalu dia mengelusnya. Ketika masuk ke ruangan tersebut Fikar juga sudah ada di dalam. Pras ingin melakukan hal-hal yang lebih romantis, tapi, nggak mungkin, di sana ada adik ipar yang harus dijaga perasaannya. Bagaimanapun adik iparnya itu masih jomblo dan Nggak enak juga melihat kebahagiaan pasangan suami istri yang sedang di mabuk asmara."Dek, nggak salah seharusnya Mas Pras yang salah. Tadi ada rapat dan tidak mengaktifkan handphone. Mohon maaf sekali lagi, Sayang. Lagi pula memang kamu ini agak sakit jadi tidak perlu lelah sekali bekerja.""Iya, Mas. Masalah Mas Arman kamu gak marah?""Buat apa aku marah, sebentar lagi masalah ini juga pasti Mas Pras selesaikan. Aku mendengar dari Fikar yang berbicara kepadaku. Jadi Mas Pras sudah mengerti segala permasalahan yang ada," kata Pras."Hmm ... Mbak kalau kayak gitu aku permisi dulu ya. Mau menjemput Ratu dan Rani. Sekarang sudah ada Mas Pras di sini yang bisa menemani Mbak. Aku aka
SEBENING CAHAYA CINTA 48**POV AUTHORCahaya terbengong-bengong dengan perkataan Arman yang tegas ke ibunya. Cahaya sama sekali tidak menyangka kalau Arman bisa seperti ini. Andaikan saja dulu dia seperti ini dan bisa lebih menghargai Cahaya sebagai istri mungkin semua ini nggak akan terjadi.Satu rumusan yang perlu diingat. Istri hanya membutuhkan suami menghargainya, suami menyayangi dan mencintainya. Kalau hal itu tidak didapatkannya lagi maka istri akan menjadi wanita rapuh yang akan mencari kebahagiaannya sendiri. Perasaan tidak dihargai itu sakit. Itulah yang dirasakan Cahaya hingga akhirnya dia bisa keluar dari belenggu Arman.Ah, semuanya sudah berakhir. Semoga menjadi pembelajaran buat Arman. Bukankah hidup ini hanya persoalan ujian dari Tuhan. Semoga dengan ujian masing-masing diberikan Tuhan, Arman bisa mengerti Kalau menghargai orang lain terutama istri itu adalah suatu keharusan. Karena wanita yang diambilnya dari seorang ibu dan keluarga yang membesarkannya perlu mendap
Akibat PHK besar-besaran dan penurunan jabatan yang berimbas kepada kondisi keuangan Arman yang tidak stabil. Roda kehidupan bener-bener sudah berputar. Kini Cahaya yang berada di atas dengan segala kemewahan yang dimilikinya serta keluarga mereka tertimpa musibah. Bu Heni nggak menyangka kalau wanita yang dulu dihina-hina nya jelek, gendut, miskin. Bisa berubah drastis dari apa yang sekarang dia lihat."Cahaya, kamu gak apa-apa?" tanya Arman yang jelas terlihat khawatir. Lelaki itu benar-benar memperlihatkan wajah serius dan juga prihatin dengan kondisi yang dialami Cahaya."Oh, aku cukup baik sekarang," ucap Cahaya lemah."Apa yang dilakukan Pras kepada kamu? Kenapa kamu terlihat pucat dan menyedihkan? Apakah dia tidak baik ke kamu? Apakah dia berbuat yang menyakitkan kamu sehingga kamu jadi jatuh sakit kayak gini? Cahaya jika dia menyakiti kamu maka lebih bagus kamu tinggalkan aja dia. Aku janji sama kamu, akan berubah dan aku ingin kita kembali lagi seperti dulu," kata Arman duduk
SEBENING CAHAYA CINTA 47.**PoV AuthorCahaya melihat kedatangan Ria dan juga Arum. Apalagi saat ini Ria tiba-tiba memegang tangannya dan mengatakan kalau kondisi mantan suaminya kurang baik akibat dirinya.Saat ini Cahaya sendiri kondisinya juga kurang sehat. Ditambah mendengarkan kabar seperti itu kondisinya semakin drop. Rasanya kepala Cahaya berputar-putar. Cahaya heran dengan kondisinya. Mungkin dia memang sakit dan tidak harus memaksakan untuk bekerja.Saat itu Cahaya ingin jatuh dan Fikar memeganginya. Ketika itu pula Ria terus saja mengoceh tentang kondisi dari Abangnya, Arman."Mbak, kasih kesempatan Mas Arman untuk berbicara dengan Mbak Cahaya dari hati ke hati. Mungkin dia memang perlu bicara dengan Mbak Cahaya supaya kondisinya jauh lebih baik. Bagaimanapun dia adalah Abang kami yang selalu membantu keluarga, Mbak," kata Ria masih membujuk Cahaya."Lebih baik Mbak duduk dulu," ucap Cahaya dengan suara lemah.Cahaya ingin duduk. Tetapi setelah beberapa langkah, dia pingsan
"Dek, kamu cantik banget. Mas pengen ..." kata mas Pras menggantung ucapannya. Mendengar ucapannya aku menjadi malu. Wajahku memerah Karena rasa malu Yang menjalar ke seluruh tubuhku.Mas Pras justru menggantung ucapannya tidak melanjutkan. Namun dia senyum sendiri membuat aku semakin salah tingkah."Kamu malu ya?" tanyanya."Mas, kamu jangan mikir macam-macam deh. Ya udah sekarang kamu kerja aja dulu. Nanti telat. Masih banyak waktu, Mas," kataku."Hehe ... Andai gak kerja," kata Mas Pras kecewa menggaruk kepalanya.**Ternyata benar berkumpul dengan teman-teman yang sudah aku anggap keluarga di pekerjaan ini menyenangkan. Apalagi beberapa waktu yang lalu aku membagi-bagikan oleh-oleh dari Jepang."Mbak, kamu mau gak?" tanya Fikar menawarkan aku makan. Fikar makan dengan lahap. Ada juga menu ikan asin nya dengan sambal terasi tomat. Biasanya aku sangat senang kalau makan masakan tersebut. Tapi entah kenapa tiba-tiba aku merasa mual. Aku merasa jijik dan aku merasa nggak bisa memasukk
SEBENING CAHAYA CINTA 46.**PoV CahayaBeberapa waktu kami berada di Jepang dan akhirnya rombongan kami pulang juga ke tanah air. Liburan ini sangat berkesan untukku karena ini adalah perjalanan pertamaku ke luar negeri sekaligus perjalanan pertamaku dengan Mas Pras. Tidak disangka dia benar-benar mengajakku ke luar negeri. Aku berpikir dulu dia bakal mengajakku ke daerah-daerah yang dekat saja. Tempat-tempat yang ada di dalam negeri. Namun di luar dugaan, ternyata tempat yang indah yang ku datangi aku sangat bersyukur dan berterima kasih ke suamiku.Kini kami melepas lelah dan sudah kembali ke tanah air. Anak-anakku sedang berada di kamar. Mereka juga terlihat lelah dan sudah tertidur. Mama mertua menyuruh kami istirahat saja terlebih dahulu. Bagi-bagi olehnya bisa nanti setelah lelah kami hilang. Benar-benar ibu mertua yang pengertian karena dia juga mungkin sudah terbiasa pergi ke luar negeri atau ke tempat-tempat yang jauh untuk berlibur, jadi tahu bagaimana rasanya kalau pulang
"Nyaman banget, Mas," kataku."Apasih yang enggak untuk kamu, Sayang," katanya.Dia memercikkan air ke wajahku. Aku kemudian cemberut sambil pura-pura merajuk. Aku juga melakukan hal yang sama Kemudian kami saling menggoda satu sama lain. Hingga akhirnya tindakan kami semakin brutal."Udah, Dek," katanya cekikikan.Mas Pras memegang tanganku. Aku menghentikan aktivitasku mengganggunya setelah dia lebih dulu menggangguku. Kemudian kami saling menatap satu sama lain memancarkan perasaan cinta diantara kami. Merasakan kebahagiaan itu benar-benar datang. Melihat wajahnya. Aku semakin menyayanginya dengan kelembutan dan kebaikan. Dia yang bisa menerima ku sebagai seorang istri. Padahal aku pun punya banyak kekurangan.Begitu pula mas Pras bisa menerima anak-anakku dan menganggap seolah-olah mereka juga anak-anaknya. Itu sudah jauh lebih dari cukup untukku. Entah kapan bibir kami pun saling menempel satu sama lain menikmati romansa bulan madu yang membahagiakan."Kamu bahagia?" bisiknya pad