SEBENING CAHAYA CINTA 13. **PoV Cahaya Aku tersentak saat Angela datang. Segera ku simpan kalung yang di berikan Mas Arman padaku. Tentu aku gak mau Angela mengambilnya. "Apa-apaan kamu, Mas?! Jadi ini alasan kamu menghindar dariku!" katanya. "Angela, kamu apa-apaan!" kata Mas Arman. "Kamu yang apaan! Kamu udah sulit kuhubungi dan kamu jalan sama dia. Ini selingkuhan kamu?!" katanya sengit. "Heh, dasar perempuan pelakor. Kamu sadar gak siapa yang kamu rebut!" Angela bagaikan singa betina yang mengamuk. Sungguh aku takut. Padahal dia yang pelakor. Enak sekali dia menuduhku. "Siapa? Kamu istrinya? Enggak, 'kan?" kataku berusaha santai. "Kurang ajar kamu!" Dia hendak mengamuk dan menyakitiku. Namun, Mas Arman berusaha merelai dengan ada di depanku. "Angela. Apaan kamu. Jangan sakiti Ayu!" "Oh, jadi kamu lebih pilih perempuan pelakor ini dari aku?!" katanya melotot.Aku berusaha tenang. Mau melihat sampai di mana Mas Arman memilihku. Tentu apa yang terjadi menjadi bahan gibah
Kalung ini akan aku simpan dan mungkin akan aku jual lagi untuk kebutuhan putriku. Ini akan meringankan beban Mas Arman sebagai nafkah dia kepada mereka. Bahkan dalam keadaan seperti ini aku berpikir untuk membantunya. Kapan dia berubah? Kalau perceraian yang dia inginkan maka aku akan kabulkan. Tapi, selama dia hidup nafkah anak-anak tetap tanggung jawabnya. Gawai-ku tiba-tiba bergetar dan itu panggilan dari Mas Arman. Aku mengangkatnya sepertinya Mas Arman masih terus berusaha untuk mendapatkan cinta Ayu. "Halo, Ayu. Kamu lagi apa?" tanyanya. "Anakku sudah tidur. Lagi bersama mereka." "Wah. Aku mau panggilan video boleh gak. Aku mau lihat anak kamu." "Jangan dulu. Nggak enak nanti dia terbangun. Kapan-kapan aja." "Oh, yaudah. Kamu udah makan belum. Ini baru jam setengah sembilan. Anak kamu kok cepat tidur ya. Mau keluar gak bareng aku," katanya. Aku mendesah berani sekali dia ngajakin keluar malam-malam. Walaupun masih jam 08.30 tentunya sudah malam sepertinya Mas Arman lebih
SEBENING CAHAYA CINTA 14**PoV Cahaya Aku tersentak saat Mas Arman memegang tanganku. Aku meliriknya. Dia tidak begitu saja melepaskannya kemudian aku menatap dirinya dia juga melihatku dengan seksama. Jujur saja saat itu aku takut. Aku lebih takut ketahuan. Bagaimana kalau dia tahu aku benar-benar Cahaya, istrinya.Bisa gawat kan. Suaraku sudah ku lembut-lembutan dan juga penampilanku kurubah total. Aku pakai behel serta seluruh wajahku kubersihkan agar tidak ada jerawat lagi. Aku berharap Mas Arman nggak tahu kalau Ayu adalah aku. Aku berusaha melepaskan tanganku dan dia akhirnya melepaskannya juga. "Ayu, Bagaimana kalau ku antar kamu ke rumah aja kan nggak enak turun di depan Kafe." "Gak apa, Mas. Nanti aku dijemput adikku dan sebentar lagi dia bakal pulang. Aku belum siap kamu bertemu anak-anakku. Jadi nanti aja kalau aku benar-benar udah siap dan mereka udah siap pasti aku perkenalkan kamu dengan keluargaku." "Ayu, Kenapa ya aku melihat kamu seakan-akan aku sudah kenal lama
"Wah kamu serius, Mbak? Dia baik banget mau belikan kamu barang-barang banyak kayak gini. Kamu bilang kalau jadi istrinya kamu nggak pernah dibelikan seperti ini." "Ya, makanya aku bilang sama kamu ternyata lebih enak jadi selingkuhannya daripada istrinya. Dia baik sama perempuan yang gak ada hubungan apa-apa sama dia. Sementara dengan Cahaya dia begitu kejam.""Kalau begitu semangat ya. Aku mendukung kamu untuk ngerjain dia. Beberapa hari lagi kamu bilang persidangan kamu akan digelar. Aku memberikan dukungan penuh untukmu, Mbak supaya kamu segera bercerai dari laki-laki seperti itu," kata Fikar. "Makasih, Fikar." Aku senang sekali. Beberapa waktu lagi aku akan bercerai dari Mas Arman. Semoga saja lancar dan aku secepatnya berpisah darinya. Gawai ku bergetar aku melihat ada panggilan dari Mbak Rahma. Kenapa Mbak Rahma menghubungiku? Mungkin ada suatu hal yang penting. Bagaimana keadaan dia? Apakah dia udah sehat atau seperti apa. Sudah beberapa waktu aku nggak menghubunginya, aku
SEBENING CAHAYA CINTA 15. **PoV Author"Oke, ketemu keluarga kamu kapan? Kamu mau mengajak ku untuk bertemu keluarga kamu?" tanya Cahaya lewat penggilan telepon. Arman awalnya chat biasa dengan Cahaya yang dikenalnya dengan Ayu. Tetapi, dia memutuskan untuk menghubungi lewat panggilan telepon karena kangen. "Serius kamu mau ketemu keluargaku? Aku benar-benar senang loh, Ayu. Besok aku bakal ngajak kamu untuk ketemu sama ibu dan adik-adik. Mereka bakal siap-siap untuk bertemu kamu.""Oke besok kamu jemput aku aja kayak biasa di Kafe. Kita sama-sama pergi ke rumah kamu. Aku juga mau lihat rumah kamu seperti apa setelah kamu bilang istri kamu kabur dari rumah." "Iya sekarang aku jauh lebih tenang setelah istriku kabur. Aku udah nggak nyaman lagi sama dia. Lagian ngapain sih kita cerita dia mending kita cerita tentang kita aja.""Kalau boleh tahu kamu nggak nyaman Kenapa dengan istri kamu, Mas? Boleh dong aku tahu. Bukankah kamu bilang mau serius samaku. Tentu aku harus tahu bagaiman
Mereka bertiga saling pandang mendengar ucapan Arman. Mereka tentu saja tidak terima dan tidak mau melakukannya. "Apa-apaan kamu! Kenapa kamu malah nyuruh ibu dan adik-adik yang lainnya kamu bisa sewa pembantu kan untuk membersihkan rumah kamu? Ibu nggak mau ya.""Tolonglah, Bu. Untuk sementara aku belum bisa menyewa pembantu karena gajiku belum turun. Nggak tahu kenapa keuanganku seret beberapa bulan ini." "Emangnya, Ayu itu siapa sih? Kamu bisa jelasin dulu sama ibu dia itu siapa?" "Dia tuh perempuan cantik dan dia punya usaha. Pokoknya dia tuh keren lah. Ibu nggak akan nyesel kalau punya menantu dia.""Apakah dia itu kaya sehingga kami punya pertimbangan untuk membantu kamu?""Ya bisa dikatakan seperti itu. Makanya untuk menarik perhatiannya kalian berdua harus bahu membahu membantuku agar kita terlihat sebagai keluarga harmonis dan rumah ini juga bersih. Aku Ingin Menjadi laki-laki bahagia setelah ditinggalkan Cahaya.""Aku nggak mau lah, Mas aku capek lagian ngapain juga aku b
SEBENING CAHAYA CINTA 16. **PoV Author. Cahaya berusaha tenang saat sudah datang ke rumah Arman. Sebenarnya Cahaya juga tidak mau datang ke sini cuma Arman suka memberikan dia hadiah, makanan, pakaian dan sesuatu yang harganya lumayan mahal jadi Cahaya nggak enak kalau menolak dia. Terpaksa Cahaya datang ke rumah di mana dulu dia terusir di rumah ini. Sebenarnya Cahaya sendiri yang mau pergi dari rumah ini. Cahaya udah nggak tahan lagi dengan sikap Arman yang selalu saja menyepelekannya sebagai istri dan dia bahagia apalagi sekarang dia bisa menipu Arman sesuka hatinya. Saat Arman tidak tahu kalau sebenarnya yang menjadi Ayu adalah Cahaya. "Ayu, Tante," kata Cahaya. Cahaya berkenalan dengan ibu dan juga adik-adik Arman. Mereka saling pandang dan merasa curiga. Apakah ini Cahaya atau bukan. Mukanya mirip sekali dengan Cahaya walaupun beberapa ada yang di permak dengan make up. "Nak, Ayu. Kamu cantik sekali. Tetapi melihat wajah kamu mengingatkan ibu kepada seseorang," kata Ibuny
"Lebih bagus dong kalau tidak ada yang ditutup-tutupi jadi semuanya bakal lebih jelas. Ya udah kamu jelaskan aja supaya kami semua di sini paham," sahut Ibu. "Aku itu sebenarnya bekerja di toko orang. Maksudnya, aku hanya seorang pekerja di sana. Aku bukan pemilik toko itu tapi aku hanya bekerja saja di sana.""Loh, tapi kata Arman kamu pemilik toko jadi mana yang benar? Apakah kamu itu berpura-pura seperti apa, Nak? Jangan dong berbohong katakan saja Sejujurnya."Ibu Heni terlihat kecewa dan langsung berbicara seperti itu tidak terima. "Sejujurnya aku mau sekali jujur ke Mas Arman. Tetapi aku nggak bisa soalnya dia begitu baik sama aku. Tetapi aku takut memanfaatkan kebaikan dia lebih dalam lagi. Aku hanya bekerja di sebuah toko yang cukup terkenal. Bukan pemilik toko dan aku sungguh bahagia kalau Mas Arman bisa menerima ku apa adanya.""Maksudnya kamu hanya bekerja dan menjadi karyawan biasa?" Bu Heni tak terima. Cahaya hanya menganggukan kepalanya dan menatap Arman. Arman terlih