Keesokan harinya ...Vito bekerja secara remote sesuai dengan ucapannya kemarin. Dia tidak bisa meninggalkan Elitta setelah tahu kalau musuh mereka masih dalam pencarian polisi.Sejak pagi, dia sudah ada di ruang kerjanya, sudah berpakaian formal nan rapi. Dia melakukan rapat bersama dengan bawahannya melalui layar laptop.Hari ini mereka membicarakan tentang masalah bulanan yang dihadapi oleh semua supermarket miliknya. Orang dari divisi pemasaran terlihat memberikan pendapatnya.Melihat orang tersebut, Vito jadi ingat kalau hari ini harusnya ada wawancara dengan Lana. Tetapi, dia sudah memberitahu HRD untuk mengurus semua. Harusnya semua baik-baik saja.Dia kembali fokus ke jalannya rapat tersebut.Sebenarnya wawancara Lana memang berjalan mulus. Dia bisa melewati semua itu tanpa ada masalah. Bahkan, pihak HRD juga senang pada kepribadiannya.Dia mendapatkan posisi yang sudah sesuai dengan permintaan Vito. Dia baru boleh bekerja seminggu kemudian.Lana pura-pura bahagia, tapi sebena
Lana diajak untuk makan siang bersama di meja makan. Dia sudah duduk di salah satu kursi. Sementara itu, Elitta membantu Ibu Mugi untuk menyajikan makanan di meja. Ibu Mugi beberapa kali menatap putrinya— agak heran, kenapa berpakaian seperti itu?Atasan blus putih dipadu dengan blazer hitam, lalu sok span. Penampilan yang sudah seperti pegawai kantoran.Elitta berkata, "bentar, aku mau ngeliat Vito dulu, dia lama banget di atas.“Usai mengatakan itu, dia segera pergi meninggalkan ruang makan, untuk ke lantai atas dan menemui sang suami.Begitu majikannya sudah pergi, Ibu Mugi memandang anaknya dan bertanya, ”kamu ngapain ke sini? Terus apa-apaan baju kamu itu? Kamu nggak kerja?“"Mulai sekarang, aku bakalan kerja sama Vito, Bu.” Lana menjelaskan."Kerja sama Tuan Vito? Kok bisa? Kamu nggak ngasih tahu Ibu sama sekali?“"Habisnya ini dadak, Vito nawarin kerjaan kemarin— dia mungkin kasihan soalnya kerjaanku berat dan pulangnya malam, jadi dia nawarin kerjaan di kantornya. Enak disitu,
Suara tawa Vito bersama istrinya terdengar hingga ke bawah. Lana yang mendengarnya sampai kesal sendiri. Telinganya terasa panas. Dia penasaran, kenapa setiap kali dia ke sini, mereka berdua selalu mesra-mesraan? Apa mungkin setiap hari seperti ini?Ini semakin menyakiti hatinya. Kedengkian yang ia rasakan makin memuncak. Bagaimana bisa ada wanita lain yang bahagia, sementara dirinya yang single itu hanya bisa mendengar dan menonton?Dia terdiam sendirian di ruang makan itu, sementara ibunya sudah pergi untuk mengurus hal lain. Duduk sendirian— membuat dirinya menjadi kesal.Vito sampai lebih dahulu di ruang makan, dan segera menyeret kursi, dan berkata, "maaf ya Lana, aku agak lemot barusan ...""Nggak apa, kayaknya aku salah waktu aja ke sini, kamu lagi pengen berduaan aja sama istri.“Vito tersenyum sambil duduk di kursi yang berseberangan meja dengan Lana. Dia mengatakan, "nggak juga, kok. Kamu datang kapan aja juga pasti kayak gini suasana rumahku."Dia menengok ke luar pintu ru
Tidak lama berselang, akhirnya Vito kembali ke ruang makan lagi. Dia tidak mengatakan apapun kepada Elitta. Elitta pun tidak ingin membahas juga. Mereka menahan diri karena masih ada tamu di sini.Ketiganya makan siang bersama, dan selama itu pula— Lana terus mencuri pandang kepada Vito. Beruntung, Elitta tidak menyadarinya, jadi aksinya tetap tersembunyi.Tidak hanya Elitta, bahkan Vito juga tidak sadar. Dia malah lebih fokus melirik ke sang istri, sesekali menggodanya karena makan lebih banyak.Elitta kesal. Vito semakin suka melihatnya begitu. Jadinya mereka berdua malah menunjukkan keromantisan di depan Lana.Lana yang sadar hal itu makin cemburu. Dia semakin sadar kalau sebenarnya Vito dan Elitta selalu bermesraan di mana pun mereka berada dan terkadang tidak sadar kalau ada orang lain. Iya, seolah-olah dunia memang hanya ada mereka berdua.Perasaan cemburu itu memenuhi raut wajahnya dan itu terlihat jelas. Satu-satunya yang menyadari hal itu adalah Ibu Mugi yang masuk ke dalam r
Elitta bingung harus berbuat apa. Dia hanya bisa terdiam melihat mereka di balik pepohonan. Dia maju selangkah demi selangkah, dan terlihatlah kini tinggal pria misterius dengan topi tukang kebun sedang berkelahi dengan suaminya.Pria misterius itu membawa pisau dan berhasil menyayat lengan kiri Vito. "AAGH!" Vito kesakitan.Elitta panik. "Vito!"Spontan, semua yang ada disitu menoleh. Vito, Ibu Mugi dan si pria misterius yang menunjukkan wajahnya. Elitta melotot kaget— tidak salah lagi, itu adalah si buronan Alvaro. Karena Vito lengah, Alvaro langsung mengalihkan perhatiannya ke Elitta. Dia melompati semak belukar, lalu berlari menghampiri wanita itu. Kalau menjadikannya sandera, maka dia bisa bebas melakukan apapun."ELITTA!“ Vito makin panik. Dia berusaha mengejar Alvaro."Nyonya! Nyonya cepat masuk ke dalam!” teriak Ibu Mugi yang berlari juga menghampiri Elitta.Elitta panik dan ketakutan sampai mematung di tempat. Tetapi, dia berusaha menyadarkan diri, menepis rasa takutnya de
Vito mengurus semua yang dibutuhkan untuk membuat Alvaro makin lama terjerat hukuman penjara. Dia menambahkkan tuntutan seperti penyerangan, memasuki wilayah pribadi secara illegal, penyekapan terhadap tukang kebun mereka, juga terhadap Elitta.Selama beberapa hari itu, Vito sibuk mengurus hal tersebut. Dia mengutamakan masalah ini karena tidak mau kejadian lolosnya Alvaro terjadi lagi. Dia juga mendesak agar orang yang membantu pria itu melarikan diri ditangkap.Berkat pengakuan dari Alvaro, para polisi langsung mendatangi Vivian dan menangkapnya. Hal ini cukup membuat Vito kaget. Dia tahu kalau Vivian pasti mengenal Alvaro, mengingat mereka satu sekolahan dahulu, tapi tak dia kira akan terlibat kejahatan seperti ini.Begitu dia pulang ke rumah, dia membicarakan hal itu dengan Elitta di dalam kamar tidur mereka.Vito baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggang. Sembari mengeringkan rambut dengan handuk kecil, dia mengamati istrinya ya
Hari-hari Elitta kembali membaik setelah ditangkapnya Alvaro. Kini, dia bisa menikmati waktunya di rumah ataupun belanja di luar dengan nyaman. Iya, walaupun dia harus tetap ditemani oleh sopir.Hari ini sebenarnya dia berencana untuk pergi ke dokter. Dia merasa badannya tidak enak. Sekalian, dia juga ingin memeriksakan diri karena belum juga hamil. Tadinya, dia ingin pergi bersama sang suami— tapi karena pria itu sibuk kerja, maka lebih baik sendirian saja.Setelah menunggu cukup lama dan menjalani pemeriksaan yang intens, Elitta pun duduk menghadap sang dokter, menanti kabar."Bagaimana, Dok?" Dia bertanya dengan was-was, takut kalau ada masalah dengan rahimnya atau semacamnya.Seorang dokter wanita yang berumur sekitar empat puluh tahunan tersenyum saat membaca berkas hasil pemeriksaan. Dia seperti sudah tahu, tapi ingin memastikan lagi.Dia berkata, "mungkin gejalanya belum terlalu kentara ya, Nyonya, tapi Nyonya sebenarnya sudah hamil, loh— dua minggu.""Heh ..." Elitta terkejut
Elitta sudah berjam-jam ada di dalam toko baju favoritnya. Dia betah juga berada di area untuk bumil dan busui. Sudah lama sekali, dia ingin berbelanja baju untuk ibu hamil. Hatinya terlalu gembira sampai lupa waktu.Ini sudah hampir sore, dan ia tidak peduli itu— yang penting dia harus membeli baju baru.Saking sibuknya memilih baju dan memasukkan ke dalam keranjang, dia tidak sadar kalau sudah diperhatikan terus oleh seseorang.Lana.Wanita itu tidak mengira pulang kerja, dan ingin berbelanja baju, tapi malah bertemu dengan istri bosnya. Dia memperhatikan Elitta sangat gembira. Ketika dia menyadari itu adalah area pakaian untuk ibu hamil, dia menjadi kaget."Nggak mungkin 'kan?" Dia tidak percaya, masih menganggap ini ini halusinasi. Berdasarkan informasi dari sang ibu, wanita itu belum hamil— Vito pun tidak mengatakan apapun.Jika Elitta hamil, maka keinginannya untuk menjadi nyonya besar menjadi sirna. Ini tidak bisa dibiarkan.Untuk memastikan apakah dia benar Elitta, wanita itu
Keesokan harinya ... Elitta dan Vito berangkat pagi sekali untuk menuju ke rumah Tuan Zero. Di sana mereka direncanakan untuk bertemu dengan Pak Derry. Sudah sangat lama sejak terakhir bertemu dengan ayahnya, Elitta sudah tidak sabar. Di sepanjang perjalanan, dia menyempatkan diri untuk membeli buah melon kesukaan sang ayah. Setelah sampai di rumah megah ayah kandung Elitta itu, mereka disambut oleh oleh Dino. Elitta sesekali melihat ke sekitar, tapi tak menemukan yang dicari. Iya, selain Pak Derry, dia juga penasaran kemana sang ayah kandung? Dino bisa menebak jalan pikirannya, dan menjawab, "santai aja nanti juga ketemu papa." Karena malu, Elitta berdusta, "nggak, aku nggak nyariin dia, kok, aku cuma nyari Papa Derry.'" Dino hanya menahan tawa saat membawa mereka menuju ke lantai dua, dan kemudian memasuki salah satu ruangan. Begitu pintu dibuka, terlihatlah pemandangan meriah dengan spanduk yang bertuliskan "SELAMAT UNTUK KEHAMILANMU, ELITTA!" Banyak sekali pita warna-warni
Elitta dan Vito menenangkan diri dengan mampir ke kafe dekat rumah sakit. Emosi mereka sudah sama-sama reda. Elitta juga tidak mungkin marah terus apalagi Vito sudah mengatakan segalanya untuk minta maaf. Vito sengaja memesankan es krim coklat untuk makin menenangkan hati istrinya. Selama hampir lima menit, dia hanya memperhatikan wanita itu menikmati es krim. Karena es krim dalam mangkuknya sudah hampir habis, dia menawarkan, "mau nambah lagi nggak?" Elitta mengangguk. Vito tersenyum. Dia lega melihat Elitta sudah tidak memandangnya dengan kekecewaan lagi. Dia meminta waiter untuk membuatkan satu es krim coklat lagi. Sambil menunggu, Elitta hanya diam memandangi suaminya. Dia tidak tahu harus berkata apa sekarang. Vito bertanya, "Sayang, tadi kamu bilang kalau ada orang yang tahu lebih dahulu tentang kehamilan kamu daripada aku 'kan? Siapa itu? Jangan-jangan dia yang ngedit suratnya?" Elitta menjawab, "Lana." "Apa ..." Vito terkejut. "Dia?" "Dia yang tahu lebih dahulu, aku s
Elitta meminta sopir untuk mengantarkannya pergi ke rumah sakit. Dengan atau tanpa Vito, dia akan membukikan kalau dirinya tidak berbohong.Perkataan manja Lana sebelumnya masih terngiang di kepalanya. Kenapa wanita itu berani sekali bersikap seperti itu? Apa dia tidak melihat dia ada di sana? Dia adalah istri Vito!Elitta selama ini menyadari kalau perubahan dari Lana seperti mengikuti dirinya. Bahkan, aroma wewangiannya, tapi sebelumnya dia hanya menganggap itu hal biasa.Akan tetapi, dia jadi teringat oleh Vivian, yang teman sendiri menggoda mantan pacarnya dahulu, kemudian tunangannya, sekaligus ayahnya. Semua pria yang ada di dalam hidupnya seolah direnggut. Dia tidak menerima perselingkuhan lagi.Apa vito sungguh berselingkuh darinya? Apa pria itu mulai dekat dengan Lana di belakangnya? Apa itu alasan wanita itu diberikan pekerjaan di kantor? Elitta merasa dadanya sangat sakit. Dia tidak mau membayangkan hal buruk, tapi yang muncul di kepalanya hanya hal-hal yang jelek. Sudah b
Elitta dan Dino masih berdiam diri di halte selama setengah jam. Keduanya membahas beberapa hal, termasuk tentang kesehatan Pak Derry.Elitta lega bisa mendengar dari mulut Dino langsung kalau sang ayah baik-baik saja. Dia benar-benar sudah membuka hati untuk pria itu sekaligus ayah kandungnya.Dia berkata, "maaf ya, selama ini aku agak sinis sama kamu terus sama ..."Wanita itu masih bingung harus memanggil ayah kandungnya dengan sebutan papa atau sekedar Tuan Zero seperti julukannya?Dino paham dengan apa yang dipikirkan Elitta. Dia tersenyum, lalu mengatakan, "nggak usah minta maaf, aku yang harusnya minta maaf. Jujur aja, niatku jelek loh sama kamu sebelumnya.""Jelek?""Iya pokoknya gitu lah, tapi Papa buat aku sadar kalau kita ini sekarang keluarga."Elitta hampir tidak mengira kalau orang seperti Dino akan berkata seperti itu. Tetapi, dia tidak mengatakan apapun, takut menyinggung.Halte tersebut ada di dekat kantor.yang secara otomatis berseberangan jalan dengan restoran. Deng
Elitta sedih sampai ketiduran. Ketika dia bangun keesokan harinya, tidak ada Vito di atas ranjang. Dia semakin khawatir dengan pria itu. Dia segera pergi keluar, mencari-carinya dan ternyata memang tidak ada tanda-tanda Vito pulang sejak kemarin. Khawatir, dia menelpon ponselnya, tapi malah tidak aktif. Perasaannya jadi campur aduk. Apa pria itu sehancur itu hanya karena tulisan di kertas kemarin? Kenapa bisa langsung percaya Dia menghampiri Ibu Mugi yang ada di dapur, lalu bertanya, "Bu, mana Vito? Apa dia enggak pulang semalaman?“ "Nggak, Nyonya. Tapi, tadi telpon di telepon rumah, katanya suruh bilang ke Nyonya, Tuan lagi kerja, mungkin pulang nanti malam.” “Dia nggak pulang terus langsung kerja?“ Elitta kaget. Yang lebih mengejutkan, kenapa malah menghubungi telepon rumah? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselnya? Bukankah dia itu istrinya? "Iya, Nyonya.” Ibu Mugi merasa kalau ada sesuatu semalam. Hanya saja, dia tidak tahu apa yang terjadi karena saat Vito pergi dia sibuk
Lana sempat mampir ke rumah Vito. Tentu saja, dia diam-diam menuju ke dekat pintu garasi, dan membuang amplop putih di sekitar mobil yang biasa dipakai Elitta.Setelah itu, dia masuk ke dalam— lalu menyapa sang ibu, dan akhirnya ikut makan siang bersama. Tidak ada kecuriagaan sama sekali. Baik Elitta dan Vito terlihat mesra seperti biasa. Malahan lebih mesra, mereka juga saling suap, bahkan di hadapan Lana.Ibu Mugi mulai sadar kalau anaknya menyukai Vito. Tetapi, dia lega karena yakin majikannya tidak akan pernah menanggapi perasaan Lana.Situasi ini cukup rumit.Lana berpamitan pulang lebih awal. Dia terlalu mual melihat kebersamaan mereka.Sore harinya, Elitta mengalami mual-mual, jadi beristirahat di dalam kamar. Selama itu pula, Vito dengan setia memijat kakinya— memanjakannya sebisa mungkin."Kamu mau sesuatu, Sayang? Minuman hangat mungkin? Teh kesukaan kamu?“ Vito menawarkan. Dia tahu kebiasaan Elitta yang sering minum teh tiap sore.Elitta menggelengkan kepala. Dia masih mer
Sepulang kerja, Vito sangat antusias untuk mampir sebentar ke supermarket miliknya yang ada di dekat rumah. Lana ikut bersamanya. Jadi, dia ikut untuk berbelanja juga di dalam."Maaf ya kamu ikutan belanja juga jadinya," kata Vito yang masih sibuk melihat-lihat susu untuk ibu hamil."Nggak apa, kok." Lana berjalan di sebelahnya terlihat murung. Dia terlihat sangat iri, tidak bisa kalau tidak iri— Vito terlalu perhatian dengan istrinya. Pria seperti ini jarang sekali ditemui.Kenapa pria seperti ini malah sudah menikah? Sementara pria-pria miskin di luaran sana sok jadi playboy dan suka mempermainkan wanita?Lana semakin kesal. Dia tidak terima. Ada pria yang luar biasa sempurna di depannya, tapi tak bisa dia sentuh. Sudah berhari-hari, dia mencoba mendekati Vito, tapi tak berhasil juga. Padahal, setiap siang, mereka menghabiskan waktu bersama di kafetaria. Akan tetapi, Vito tidak menunjukkan ketertarikan.Pria itu memperlakukannya seperti pegawai yang lain. Tidak ada yang istimewa.I
Berita baik apa yangelibatkan sang ayah? Elitta sangat penasaran dengan hal itu. Dia masih diam, menanti sang suami untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Setelah mendengar ada berita baik tentang ayahnya itu, dia tidak mungkin bisa tidur.Vito menjelaskan, "tadi siang Dino datang ke kantorku. Dia bercerita tentang papa kamu.""Ini papa yang aku cari 'kan?""Iya, Papa Derry. Beberapa hari yang lalu, Papa kamu yang satunya itu ketemu sama Papa Derry di jalan. Karena kasihan, dia membawanya pulang ke rumah. Selama beberapa hari itu, Papa Derry nggak mau ngomong atau apapun— jadi Dino ataupun Papa Zero nggak tahu apa yang udah terjadi.“Elitta tidak tahu harus merespon apa setelah mendengar penjelasan suaminya. Dia tidak mengerti juga apa yang terjadi pada sang ayah. Tetapi, dia bisa merasakan mungkin ada sesuatu yang terjadi. Karena Elitta diam saja, Vito melanjutkan, "sampai sekarang, papa Derry nggak mau cerita apapun. Dia juga nggak mau ketemu siapapun untuk sekarang. Dino
Elitta sudah belanja banyak sekali baju yang dia sukai. Dia pulang sebelum pukul empat sore.Beruntung, Vito pulang sekitar sejam kemudian. Seperti biasa, dia terlihat lesu dan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi air hangat dahulu. Tubuhnya terasa lebih ringan setelah merasakan hangatnya air tersebut.Elitta masih menyembunyikan berita tentang kehamilannya. Dia menunggu Vito di ruang makan. Wajahnya tidak dapat berbohong kalau dia sangat bersemangat.Bahkan, Ibu Mugi jadi ikutan tersenyum saat menyajikan makan malam di atas meja. Dia bertanya, "Nyonya hari ini bahagia sekali, ada apa?"Elitta hanya berkata, "nggak apa, Bu, soalnya tadi saya beli banyak baju.""Oh." Ibu Mugi tidak percaya kalau itu alasannya. Dia jadi penasaran, tapi tida mungkin memaksa majikannya sendiri untuk memberitahu ada apa.Usai menyiapkan segalanya di atas meja makan, dia berpamitan, "iya udah, Nyonya, saya pergi ke belakang dahulu kalau nggak ada lagi yang Nyonya inginkan.""Nggak ada kok, Bu, maka