Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 166. Membuang impian

Share

Bab 166. Membuang impian

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-01-05 04:20:33

Alzam muncul dari belakang Lani. Ia melirik ke arah ibunya, lalu mengangguk. "Ayo, Mi."

"Kamu ghak ngomong sama Lani duluh?"

"Ngomong apa, Mi?"

"Mereka sebenarnya menjemput Agna bersamamu. Kakak Agna datang dan ingin berkumpul dengan kalian."

"Maksudnya ke rumah orangtua Agna?"

"Iya, begitulah."

"Bagaimana ya, Mi, ini kan masih waktunya Alzam bersama dengan Lani. Kalau ke sana,.."

"Mas, ghak apa-apa. Pergilah," ucap Lani dengan menahan sesak di hatinya.

Salma memandangi putranya dan Lani bergantian dengan perasaan campur aduk. Dalam hatinya, ia mengulang-ulang doa yang sama: "Tuhan, lindungi mereka dari segala kesulitan."

Saat Alzam melangkah keluar rumah, Salma menoleh sekali lagi ke arah Lani dan Senja yang berdiri di ambang pintu. Bayangan mereka tersenyum, membuat Salma tak mampu menahan air mata yang menggenang. Ia berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa, namun hatinya terus berdoa. Do'a yang tidak sama dengan yang diucapkan Lani yang segera beranjak ke kamarnya dengan menyuruh Se
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
bener lani kalau alzam masih plin-plan dan tetep mempertahankan agna disampingnya maka tinggalin aja alzam itu, kamu cantik masih banyak lelaki di luaran sana yg siap menerimamu dan bahkan meratukanmu jadi buang aja lelaki pecundang seperti alzam yg hanya gila jabatan nama baik dan karirnya aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 167. Karena Cinta

    Lani duduk di ruang tengah, matanya menatap kosong ke arah jendela. Tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin, namun ia bahkan tak menyadarinya. Di sebelahnya, Towirah mencoba memulai percakapan."Lani, jangan begini terus. Kamu harus kuat, Nak," ucap Towirah dengan suara lembut.Wagimin mendekat, membawa sebuah baki berisi pisang goreng hangat. "Ayo makan dulu. Pikiran berat nggak akan hilang kalau perut kosong," katanya sambil tersenyum tipis.Namun, Lani tetap diam. Hanya sekelumit air mata yang tergantung di sudut matanya. Mbok Sarem, yang duduk di sebelahnya, memandang Lani dengan prihatin."Apa Mas Alzam nggak pamit baik-baik sama kamu, Lani?" tanya Mbok Sarem pelan, mencoba menguatkan Lani.Lani menoleh, suaranya serak ketika menjawab. "Dia pamit, Mbok. Tapi rasanya seperti dia pergi untuk selamanya.""Dia pamit, Lani. Dan aku rasa dia juga berat saat pergi sampai dia kembali lagi kan? Jadi jangan berfikir negatif duluh. Dia orang yang bertanggungjawab. Tidak akan mungki

    Last Updated : 2025-01-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 168. Mencari peluang

    Agna duduk di kursi kayu di sudut ruang makan, menatap secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Pagi itu terasa hampa. Langit mulai cerah, tapi suasana hatinya penuh awan gelap. Jam dinding berdentang, pukul sembilan lewat lima belas. Ia baru saja hendak menyendokkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya ketika ponselnya bergetar."Ini pasti dia," gumamnya, setengah berharap, setengah cemas. Pagi ini saat dia bangun, Alzam sudah pergi. Menurut yang dia dengar dari ibunya, Alzam pamit karena ada yang harus dikerjakan."Halo, Mas," ucap Agna tanpa melihat siapa yang menelpon."Pagi, Bu Agna. Saya Tono. Maaf mengganggu, tapi saya punya informasi penting soal Pak Alzam, sesuai permintaan Anda."Agna terdiam sejenak. "Ya, lanjutkan.""Beliau diskors selama seminggu, Bu. Ada masalah... urusan pribadi, poligami, ketahuan komandannya."Agna meremas gagang ponsel lebih erat. "Diskors karena poligami?" ulangnya lirih. Hatinya seperti ditusuk jarum tajam."Benar, Bu. Sepertinya masalah ini juga men

    Last Updated : 2025-01-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 159. Gudang jeruk

    Ruangan besar di pabrik terasa sibuk dengan hiruk-pikuk aktivitas. Tumpukan karung berisi kulit jeruk tertata rapi, siap untuk dikirim. Lani berdiri di depan, mengenakan blouse sederhana yang lebih longgar untuk menutupi kehamilannya agar tak menjadi fitnah di kalangan masyarakat sana yang kini kadang terdengar ada dasas desus tentang dirinya dan Alzam. Sekuat apapun mereka menutupi, ternyata orang malah curiga ada sesuatu diantara mereka, terlebih saat orang tau Lani tinggal di sebelah rumah Alzam. Ada yang sinis, ada yang berbisik kenapa? Apalagi saat melihat orangtua Lani yang terasa akrab dengan orangtua Alzam. Bahkan seorang anak kecil yang kemarin mereka telah tau kalau itu anak Lani."Ternyata Mbak Lani tak sebaik yang kita kira, ya? Anak itu siapa bapaknya juga masih ghak jelas," guman salah seorang diantara mereka kapan hari. Untunglah Lani tak mendengar semua itu walau dia juga kadang risih dengan tatapan orang yang kebetulan bersimpangan dengannya."Untung dia pemilik pabri

    Last Updated : 2025-01-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 170. Tak terduga

    Lani berdiri mematung di tengah gudang. Senyumnya mengembang, namun matanya berkaca-kaca. Di hadapannya, Alzam berdiri tegak, dikelilingi oleh pekerja gudang dan petani jeruk yang sebagian besar adalah pelanggan setia yang menyetorkan hasil panennya ke gudang milik Alzam. Suasana ruangan terasa penuh, tapi dalam pandangan Lani, hanya ada Alzam. Demikian juga dengan yang dirasakan Alzam.Lani dan Alzam saling menatap, seolah waktu berhenti. Alzam, dengan langkah tegas, mendekati Lani. Tanpa ragu, ia meraih bahunya dan memeluknya erat. Sebuah ciuman lembut ia daratkan di kening Lani.Desas-desus segera memenuhi ruangan. Bisikan kecil di antara kerumunan terdengar seperti suara lebah yang berdengung."Benar, kan? Selama ini mereka ada hubungan," ujar seorang ibu paruh baya di sudut. "Aku sudah melihatnya sejak mereka bersama di sini.Mereka sudah salin mencintai.""Mbak Agna yang menuntut Mas Alzam menikahinya karena dia memang tunangannya. Apa salah?" Sahut ibu-ibu yang lain. Mereka bahka

    Last Updated : 2025-01-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 171. Mengubur Impian

    "Kamu mau ke mana, Dhuk? " tanya Wagimin yang telah mendapati Mira datang dan terlihat rapi."Saya mau pulang Paklik. Tapi, entahlah. Rasanya... ada yang mengganjal."Wagimin mengernyit, melipat tangan di depan dada. "Apa yang mengganjal? Ceritakan. Jangan dipendam saja."Mira menunduk. "Bukan apa-apa, Paklik. Hanya perasaan aneh."Towirah, istrinya Wagimin, yang duduk di sudut ruang, ikut menimpali. "Perasaan aneh? Ah, biasanya itu tanda ada sesuatu yang besar. Apa jangan-jangan soal hati?"Mira tertegun. Ia melirik ke arah Towirah dan Wagimin yang kini menatapnya dengan penuh selidik. "Paklik, Buklik... sebenarnya aku ingin bercerita. Tapi takutnya malah jadi rumit.""Coba ceritakan dulu, Dhuk," bujuk Wagimin. "Kami di sini buat mendengarkan."Setelah ragu sejenak, Mira akhirnya menghela napas panjang. "Aku jatuh cinta, Paklik, Bulek. Tapi... aku takut."Towirah menyandarkan tubuh ke kursi, alisnya terangkat. "Takut kenapa? Jatuh cinta itu kan wajar.""Bukan cinta biasa, Bulek. Lela

    Last Updated : 2025-01-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   172. Bersamamu

    Alzam keluar dari rumah Lani dari arah depan, hal yang tak pernah dia lakukan selama ini. Dihirupnya udara sebanyak mungkin, seolah dia baru saja terbebas dari beban yang berat.Langit mulai meremang. Alzam yang berdiri di teras, menatap jauh ke arah jalan desa yang mulai ramai. Angin sepoi membawa aroma khas dedaunan basah. Ia menoleh dari kaca jendela yang bisa melihat ke arah Lani yang sedang membereskan sisa makanan di ruang tamu bersama Mbok Sarem. Sebuah senyuman kecil disunggingkan Alzam di bibirnya. Rasanya dia tak pernah bosan menatap orang yang paling dia cintai itu. Rambut Lani yang lebat, masih menutup sebagian wajahnya. Da begitu cantik, guman Alzam lagi dengan menatap Lani tak jemuh.Tiba-tiba dia ingat keinginannya selama ini. Dia lalu masuk, menghampiri Lani.“Lani,” panggil Alzam lembut, suaranya seperti menahan sebuah permintaan besar.Lani menoleh. “Ada apa?” tanyanya dengan senyum kecil.“Temani aku jalan-jalan sore ini. Aku ingin kita menikmati waktu berdua, seper

    Last Updated : 2025-01-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   173. Bayangan

    "Sebentar, sayang," pemit Alzam. "Jangan ke mana-mana, ya. Dan tetap wasapada."Lani kebingungan dengan pesan dari suaminya yang kemudian pergi , seolah mencari seseorang di antara kerumunan."Siapa dia, kenapa dari tadi dia menguntit kami?" pertanyaan itu memenuhi dada Alzam yang masih tengok sana, tengok sini. Dia yakin betul lelaki itu dari tadi mengikuti mereka."Ada apa, Mas?" tiba-tiba Parjo menyapa."Enggak, Cak, cuma cari seseorang. Sepertinya dari tadi aku merasa ada yang membuntuti aku dan Lani.""Mas Alzam sama MBak Lani ke sini?" tanya Paijo."Iya, Cak.""Lalu di mana dia, Mas?""Tadi aku tinggal di sana karena aku cari orang yang sepertinya sengaja buntuti aku.""Cepatlah ke sana saja, Mas. Takutnya terjadi apa-apa sama Mbak Lani."Alzam mendadak khawatir. Dia pun segera ke tempat di mana Lani tadi ditinggalkan."Terimakasih, Cak." Alzam segera berlari kecil, katekutan seolah menguasainya. Hinggah akhirnya dia mendapati Lani yang menelisikkan pandangan mencari sosok Alza

    Last Updated : 2025-01-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   74. Tak sesuai harapan

    "Assalamu'alaikum!" seru Mbok Sarem dari teras saat melihat Alzam dan Lani turun dari mobil."Wa'alaikumsalam, Mbok," jawab Lani dengan senyum lebar, tangannya memegang kantong plastik putih.Mbok Sarem mendekat, wajahnya berbinar melihat Lani yang memegang plastik itu. "Ini terang bulan, ya? Wah, pasti kesukaanku!"Lani tertawa kecil, menyerahkan plastik itu. "Iya, Mbok. Tadi aku lihat orangngnya kebetulan buka, jadi sekalian beli. Mas Alzam yang traktir.""Alhamdulillah, terima kasih, Mas. Kalian kelihatan bahagia sekali," ujar Mbok Sarem sambil meraih tangan Lani dan menggenggamnya hangat. "Semoga selalu rukun, ya.""Amin, Mbok," jawab Alzam, menatap istrinya dengan senyum yang sulit disembunyikan.Lani pun tersenyum, matanya menyiratkan kehangatan yang sama. Namun, ada sesuatu di wajah Alzam yang samar terlihat. Seperti ada yang mengganggu pikirannya, meskipun dia berusaha menutupinya."Mbok, kami masuk dulu, ya. Mbok makan terang bulannya pelan-pelan, biar nggak tersedak," ujar L

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 268. Reaksi Alzam

    Alzam tak bisa menahan diri. Jemarinya segera menekan nomor Lani. Begitu tersambung, tanpa basa-basi, ia langsung bicara."Agna ngajukan cerai."Tak ada respons di seberang."Lani?"Masih sunyi."Kamu nggak mau bilang sesuatu?"Suara napas terdengar sebelum Lani akhirnya menjawab pelan. "Aku ngerasa jahat."Alzam mengernyit. "Kenapa ngomong gitu?""Seolah ini bukan salahku. Aku yang merebut kamu darinya.""Lani, sudah berapa kali aku bilang, kamu yang tidak salah. Kamu tak tau aku bertunangan. Sedangkan aku sendiri memang dari awal tak mencintai Agna.""Aku seharusnya bahagia, kan? Agna menyerah, pergi dari hidup kita, membiarkan kita tetap bersama. Tapi kenapa aku malah ngerasa bersalah?"Alzam mengusap wajah. "Dengar, ini bukan salah kita. Dia yang lebih dulu bikin hidup kita berantakan."Lani tak langsung menjawab."Sudahlah, jangan mikirin hal nggak perlu."Lani diam sebentar sebelum berkata, "Tanya apa yang dia mau, Mas. Kamu harus memberinya sesuatu.""Apa? Kamu bisa-bisanya me

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 267. Keputusan

    Markas militer terasa lengang siang itu. Matahari bersinar terik, tapi udara di dalam ruangan terasa lebih dingin dibandingkan biasanya. Langkah Agna terhenti di depan pintu ruang komando. Sekilas, dia menarik napas, memastikan dirinya tetap tegar sebelum mengetuk pintu dan masuk.Di balik meja kayu yang kokoh, Letkol Bara menatapnya dengan ekspresi datar. "Selamat pagi, Pak!""Pagi, Agna," ucap Pak Bara dengan dahi berkerut mengulurkan tangan menyambut jabat tangan Agna."Ada masalah sampai kamu datang kemari?""Saya mau mengajukan gugatan cerai pada Kapten Alzam Pak.""Kamu serius?" Bara bertanya, suaranya tenang, tapi tajam.Agna duduk tegak, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. "Insyaallah yakin, Pak," jawabnya.Bara menghela napas, menatapnya dalam-dalam. "Aku nggak menyangka kamu akan mengambil keputusan secepat ini.""Aku sudah mempertimbangkannya," Agna menegaskan, suaranya tanpa ragu. "Di pernikahan itu saya benar-benar sadar, bahwa saya tidak sekuat yang

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 266. Fiting baju

    Butik itu tampak lengang saat Yasmin melangkah masuk bersama Arhand dan Manda. Aroma lembut lavender memenuhi ruangan berpendingin udara, sementara berbagai gaun pengantin tergantung rapi dalam lemari kaca berlampu redup.Seorang wanita paruh baya dengan setelan rapi menghampiri mereka dengan senyum profesional. "Selamat datang, Bu Manda. Tuan Arhand." Matanya kemudian beralih ke Yasmin. "Dan ini calon pengantinnya? Waw... sungguh cantik."Manda mengangguk kecil. "Kami ingin memastikan gaun ini sempurna untuk hari besarnya. Makanya jauh-jauh hari kami ke sini."Pemilik WO itu menepuk tangannya dua kali. Seorang pegawai segera datang, membungkuk sopan. "Silakan pilih gaunnya, Nona Yasmin. Kami sudah menyiapkan beberapa pilihan sesuai permintaan sebelumnya."Yasmin mengangguk, berusaha tetap tenang meskipun hatinya terasa gelisah. Ia mengikuti pegawai butik menuju rak panjang yang dipenuhi gaun putih dengan berbagai desain. Tangannya menyusuri kain-kain lembut itu, sementara matanya men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 265. Hancur

    "Biadab kamu, Arhand!" Umpatan dan cacikn berhamburan dengan barang yang terlempar dari segala penjuru. Tangisan pun tak dapat dibendung lagiAgna melempar vas ke dinding. Suara pecahan terdengar tajam, menghantam keheningan rumah itu. Tangannya gemetar, napas memburu.Bi Ani berlari masuk, wajahnya panik. "Nona, apa yang terjadi?"Agna tak menjawab. Kepalanya penuh dengan ingatannya sebulan yang lalu, saat lelaki itu datang lewat jendela dan memaksakan kehendaknya pada Agna di saat Agna tak sadarkan diri oleh bekamannya yang dicampuri sesuatu. Agna mencengkeram baju di dada, seperti ingin merobek kenyataan yang baru saja ia terima.Tespek itu masih tergeletak di meja. Dua garis merah terang setelah Dandi keluar membelinya ke apotik dan ingin memastikan dugaannya benar, kalau Agna sedang mengandung."Tidak. Ini tidak mungkin!" raungnya memenuhi ruangan, tak lama setela h Rey dan Dandi pamit keluar sebentar, katanya kangen dengan sungai tempat mereka mancing dahulu.Agna segera menga

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 264. Gemetar

    "Rey, bisakah kamu menolongku?" Terdengar suara Agna gemetar.Rey yang tengah duduk di beranda rumahnya mengernyit. Ia baru saja menikmati kopi panas ketika ponselnya bergetar. Suara Agna terdengar bergetar, seperti menahan sesuatu."Ada apa?" tanyanya."Nanti kamu juga tahu," jawab Agna cepat. "Cepatlah kemari. Aku takut."Suara di latar belakang terdengar riuh. Rey bisa mendengar dentuman keras, suara orang-orang berteriak, bahkan bunyi seperti sesuatu dipukul berkali-kali.Ia langsung bangkit."Aku ke sana sekarang."Tanpa menunggu jawaban, ia memasukkan ponsel ke saku dan melangkah ke garasi.Sementara itu, di depan rumah Agna, puluhan orang berdiri di halaman rumah Alzam yang ditempatinya. Wajah-wajah mereka penuh amarah. Beberapa bahkan mengetuk pintu dengan keras."Keluar!""Jelaskan uang kami!"Dari dalam, Agna melangkah ke pintu dengan rahang mengeras. Ia menarik napas dalam sebelum membukanya sedikit."Mau apa kalian datang dengan marah-marah begini?""Urusan gaji, Bu!"Seor

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 263. Curi pandang

    "Ya Allah, Le, aku kira siapa tadi yang tiba-tiba nongol di dekatku," ucap Marni sambil menyambut uluran tangan Rey.Lelaki itu terkekeh, duduk di sebelah Marni. Dilihat selintas mereka cocok jadi Ibu dan anak, sama-sama besarnya. Hanya Marni besarnya tak terbentuk seperti Rey. Banyak lemaknya.Atik menoleh, dahinya mengernyit. "Siapa dia, Mbak?"Marni terkekeh, menepuk pundak Rey. "Calon mantu yang belum pasti."Rey hanya tersenyum miring. "Insya Allah bisa terlaksana, Bu."Tapi, matanya tetap menatap lurus ke satu arah—ke Mira yang tengah duduk dengan Damar.Damar sadar betul tatapan Rey yang sejak tadi tak lepas dari Mira. Karena itu, tangannya sengaja menggenggam tangan Mira lebih erat. Bahkan, dengan gerakan yang seolah tanpa maksud, ia mengambil sepotong kue kecil dari piring, lalu menyuapkannya langsung ke mulut Mira.Mira tersenyum. Tapi senyumnya hambar. Tatapannya tak sepenuhnya pada Damar. Matanya melirik ke arah lain, sesekali menangkap ekspresi Rey yang kini menatapnya d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 262. Qobiltu,..

    Suasana hening. Semua mata tertuju ke arah Alzam yang duduk di depan penghulu. Wajahnya tenang, tapi jemari yang saling menggenggam erat di pangkuan menunjukkan ketegangan yang tertahan.Pak Kyai Abduh menatapnya lekat, lalu mengulang pertanyaan sakral itu dengan suara tegas dan berwibawa."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Alzam menarik napas dalam, lalu menjawab dengan lantang, suara bulat dan mantap."Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."Hening sejenak.Lalu, gemuruh suara takbir dan ucapan syukur menggema."Sah!""Alhamdulillah!"Beberapa orang bahkan menepuk paha atau bahu mereka sendiri saking gembiranya. Senyum merekah di wajah Wagimin dan Towirah yang berdiri di samping penghulu. Keduanya tak henti-hentinya mengucap syukur, seolah beban yang selama ini mereka tanggung luruh begitu saja.Salma yang sejak tadi menahan haru, akhirnya tak bisa lagi membendung air matanya. Ia merangkul Towirah erat, bahunya bergetar."Selamat, Mbak... Akh

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 261

    Alzam berdiri di depan pintu, menatap sosok yang memantul di permukaan kaca. Dada berdegup tak menentu. Hari ini, akhirnya semua akan sah.Lani menoleh, lalu berdiri, mengenakan gaun putih yang jatuh lembut hingga menyapu lantai. Cahaya pagi masuk melalui jendela, menyorot wajahnya yang berseri. Alzam menahan napas."Saya permisi duluh." Seorang perias berserta asistennya merasa malu melihat tatapan mesra mereka dan segera pamit keluar dari kamar itu."Kamu cantik sekali," bisiknya, hampir tanpa sadar.Lani tersenyum kecil, menunduk malu. Jemarinya meremas kain gaun yang dipakai. "Terima kasih."Alzam melangkah mendekat, mengulurkan tangan, lalu menggenggam jemari istrinya dengan erat. "Maaf, aku nggak bisa memenuhi impian kita dulu. Nggak ada pedang pora, nggak ada gemuruh rekan-rekan pasukan yang mengangkat pedang menghormati pernikahan kita."Lani menggeleng pelan. "Yang penting kita sampai di titik ini, Mas. Aku sudah bersyukur. Bapak juga kenapa dia memanggil tukang rias sama pela

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 260. Syarat

    "Assalamualaikum!" Semua yang ada di gudang serentak menjawab salam. Gudang pengepulan jeruk tampak lebih lengang dari biasanya. Biasanya, sejak pagi, suara petani berteriak-teriak membawa hasil panen mereka dan menimbangnya. Gudang akan semerbak, bercampur aroma jeruk segar yang memenuhi udara. Hari ini, hanya beberapa orang yang sibuk memilah buah. Tidak ada tumpukan jeruk yang melimpah seperti dulu.Pak Sajad berdiri di dekat timbangan, wajahnya muram. Tia dan Laras duduk di meja administrasi, catatan keuangan berserakan di depan mereka. Beberapa petani berkumpul di sudut, membicarakan sesuatu dengan nada kesal.Alzam melangkah masuk. Matanya menyapu keadaan sekitar. "Bagaimana perkembangannya, Pak?"Pak Sajad menoleh, menarik napas berat. "Nggak baik, Mas. Petani mulai beralih ke tempat lain. Harga yang kita tawarkan terlalu rendah buat mereka."Tia menambahkan, "Padahal harga jeruk memang turun di pasar, tapi mereka lebih pilih jual ke pengepul lain yang berani kasih spekulasi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status