Alma merutuki kekesalannya pada pria yang baru saja dikenalinya. Sampai-sampai gadis itu mendadak diam membisu dengan apa yang telah terjadi. Ia benar-benar tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan, sebab rasanya begitu beda dan terasa mengganjal dalam hati.
Alma duduk di tepi ranjang sembari menatap telapak tanganya yang sudah berani memegang adik kecilnya Daffa. Ia tidak habis pikir, bisa-bisanya berani memegang area terlarang itu, tanpa ada rasa malu sedikitpun. Sementara, Daffa masih sibuk berbicara dengan staff hotel yang teleponnya sudah terhubung dengan pihak tersebut.
"Apa yang sudah terjadi? Ya ampun, ini sulit dipercaya!" kata Alma dalam hatinya.
Alma mengingat kejadian-kejadian bersama Daffa mulai dari telanjang di depan Daffa, dan disentuh area sensitifnya oleh Daffa hingga membuat dirinya terbuai oleh hasratnya yang sudah membara. Dan kini dirinya malah berani membangunkan adik kecilnya Daffa yang
Daffa terus saja ngomel-ngomel karena Alma tak kunjung mau bertanggung jawab. Padahal, Daffa sadar kalau semua itu adalah salahnya sendiri."Ya terserah lah, itu kan bukan urusannya aku!" kata Alma menyunggingkan bibirnya."Bagaimana bisa kamu bilang seperti itu, sementara ini semua ulahnya kamu! Coba kalau kamu tidak menyentuhnya, pasti urusannya gak bakalan seperti ini!" kata Daffa geram."Ya terus aku harus bagaimana?" tanya Alma yang semakin jengkel."Apa aku harus mengajarimu, bagaimana cara menidurkan adik kecilku secara detail? Atau aku harus memesankan video tutorial, cara menidurkan barang berhargaku ini, biar kamu nonton sepuasnya?" kata Daffa menyengir licik."Tinggal pejamkan mata kamu, lalu tidur apa susahnya? Masa iya aku harus ngelonin barang milik kamu yang bentuknya seperti itu!" kata Alma sembari memicingkan matanya."Hey, memangnya kamu sudah melihat bentuk ya
Sebelumnya ...Di dalam kamar, Karin terlihat sedang serius membereskan alat-alat make-up dan beberapa keperluan pribadinya untuk dimasukan ke dalam tas mewahnya itu. Ia juga tidak lupa memasukan beberapa kartu ATM gold dan beserta beberapa uang tunai dan juga ponselnya.Sebelum berangkat, Karin juga tidak lupa untuk merapikan pakaian yang dikenakannya itu agar terlihat anggun dan modis. Setelah semuanya beres, ia pun segera keluar dari kamarnya.Namun, tampaknya Karin terlihat begitu tergesa-gesa, karena hari itu jadwalnya Karin untuk pergi ke rumah orang tuanya yang berada di kota Bandung. Ia tidak ingin terlambat sedikitpun walau hanya untuk menemui keluarganya.Setiap pulang ke rumahnya, Karin selalu membawakan sejumlah uang untuk kedua orangtuanya dalam jumlah yang cukup besar. Maka dari itu, ia takut jika hal ini diketahui oleh mertuanya, maka ia tidak bisa memegang uan
Nyonya Cristin benar-benar geram dengan apa yang sudah dikatakan oleh putra semata wayangnya. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa memberikan sebuah perusahaan dengan cuma-cuma walau untuk besan sendiri. Nyonya Cristin sampai pusing tujuh keliling, atas tindakan sang putra karena sangat ceroboh dan mudah percaya sama orang lain. "Sayang, apa kamu sudah tidak waras? Bisa-bisanya ngasih perusahaan tanpa sepengetahuan mama dan papa? Apa kamu pikir, dengan memberi perusahaan kepada mertua kamu, terus kamu bisa membuat keluarga ini menjadi harmonis?" Nyonya Cristin terus saja ngomel-ngomel karena kesal kepada anak semata wayangnya. "Tidak, Mah. Tujuannya bukan seperti itu. Aku sengaja memberi kesempatan kepada ayahnya Karin, untuk mengelola perusahaan itu, karena aku lihat cara kerja ayahnya Karin sangat bagus. Dan aku sebagai men
Daffa dan Alma masih menikmati suasana makan siangnya. Mereka saling melontarkan candaan dengan sangat gembira. Kebersamaan mereka berdua seakan terlihat sudah seperti layaknya sepasang kekasih, bahkan Alma semakin terlihat nyaman dengan adanya Daffa di sisinya.Apa yang Daffa rasakan saat bersama Alma, benar-benar melupakan segalanya, bahkan istrinya sendiri pun sudah tak diingat nya lagi. Yang ada dalam benaknya hanyalah Alma, Alma, dan Alma saja.*****Sementara di sisi lain, Karin sudah sampai di depan rumah orang tuanya. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah. Dan tidak lama kemudian, ibunya yang bernama Desy itu datang menghampirinya dan langsung menyambut Karin dengan gembira."Karin!" teriak Bu Desy sembari menghampiri puterinya."Mama!" balas Karin dengan sumringah.
Sementara di tempat lain, duabodyguardnyaDaffa sudah menemukan rumah Alma, ia diberitahu oleh warga Sukabungah yang hendak melayat ke sebuah rumah warga. Namun betapa terkejutnya, mereka bahwa rumah yang akan dilayat nya adalah rumah Alma. Sontak saja mereka segera menghubungi bosnya dengan cepat.Sementara Alma dan daffa setelah selesai makan siang, mereka menuju pusat perbelanjaan yang jaraknya tidak jauh dari area hotel Amaris. Mereka berdua masih dengan candaannya dan bahkan senyuman manis masih tersungging dalam bibir Alma. Bagaimana tidak, Daffa membelikan beberapa barang-barang yang begitu mahal dan bermerk, bahkan tanpa Alma minta pun Daffa membelikannya. Hal ini menjadi kesenangan bagi naluri wanita, jika sesuatu yang diinginkan ternyata dikabulkan oleh orang yang disayanginya."Ya ampun! Si Bos lagi ngapain sih! Di telepon gak diangkat-angkat!" gerutu Farhan sembari menggenggam ponselnya."Masih
Daffa benar-benar merasa bersalah, tidak seharusnya ia mengajak Alma menikah. Tapi apa mau dikata, ia sudah terlanjur cinta dan tidak mau melepaskan Alma yang sudah ada di dalam genggamannya."Pokoknya, aku tidak mau dalam pernikahanku ada kebohongan, yang akan membuat rumah tanggaku hancur. Kalau begitu, dari sekarang aku mesti jujur pada Alma, kalau aku masih ada ikatan pernikahan dengan perempuan lain. Aku pasti bisa!" kata Daffa dalam hatinya."Ya benar kata Bapak! Lebih cepat lebih baik, tapi saya masih menghargai kalian yang sedang berduka, jadi ... mungkin setelah selesai 40 harinya mendiang ibu Alma, saya bisa menikahi Alma, Pak," tutur Daffa dengan tegas."Nah kan! Apa bapak bilang, Nak Daffa pasti akan menikahi kamu, Nak!" ujar Pak Santoso sembari melirik ke arah Alma.Alma pun hanya bisa tersenyum manis, dan meras bahagia, walaupun rasa sedih masih menyelimuti hatinya, tapi hatinya tidak bi
BrakkSeketika itu pula, keduanya merasa kaget dan gelagapan. Daffa langsung tersungkur ke bawah ranjang saking begitu kagetnya. Sementara, Alma hampir saja ikut terjatuh."Adam!" teriak Daffa dan Alma dengan serempak."Ya elah Kakak! Ngapain kalian berduaan di kamar, kalian belummahramnya. Aku bilangin sama bapak loh!" kata Adam menyunggingkan bibirnya."Jangan dong, jadi adik gitu amat sih!" kata Alma kesal."Ya udah sana keluar! Ngapain coba malah diam di sini! Mau aku bilang ke bapak ya?" kata Adam menyeringai."Iya-iya aku keluar!
Bab 24. Kecupan ManisNyonya Cristin mengerutkan keningnya, ia heran, mengapa suaminya bisa berkata seperti itu, sedangkan untuk ganti istri saja mana mungkin bisa terlaksana jika pihak dari istri tidak mau dipisahkan."Memangnya Karin setuju kalau Daffa akan ganti istri?Feelingmama sih gak bakalan mau. Jangankan diganti istri, dimadu saja, dia gak bakalan rela!" kata Nyonya Cristin sembari mengambil cangkir yang berisikan teh hijau yang hangat."Ya, kalau tidak begitu, kapan kita punya cucunya? Jadi siap tidak siap, dia harus berkorban dong," kata Tuan Dimas dengan santainya."Iya juga sih, tapi mama tidak akan mendukung, kalau anak kita menyakiti perempuan, Pa. Biar bagaimana pun, mama juga seorang perempuan. Jadi sama lah perasaan perempuan kalau suaminya berpaling ke lain hati itu bagaimana! Mama hanya bisa mendoakan yang terbaik saja buat Daffa dan kelu
Hari demi hari telah mereka lalui bersama dengan penuh suka cita. Apa lagi semakin hari, kehadiran Alma di keluarganya Daffa, semakin disukai banyak orang. Bahkan suasananya pun menjadi hangat dan damai. Sebelum acara syukuran tiba, Alma ingin meminta izin kepada Daffa untuk menemui Ririn, teman kosannya dulu. Teman yang selama ini sudah ia lupakan karena kelicikannya. Akan tetapi, Alma masih punya hati untuk menemuinya karena biar bagaimanapun juga, Ririn adalah sahabatnya yang pernah membantunya ketika dirinya sedang kesusahan. "Mas, hari ini kamu ada waktu tidak?" kata Alma manja. "Mas? Tumben, apa aku tidak salah dengar?" kata Daffa sembari duduk di dekatnya Alma. "Tidak, aku sengaja ingin memanggil kamu Mas, mungkin karena bawaan bayi kali," kata Alma dengan santainya. "Hem, begitu ya. Terus kamu nanyain waktu sama aku, untuk apa? Kamu mau kemana? Bukannya ke dokte
Semenjak Ririn disangka perebut suami orang oleh orang-orang disekitarnya, kini beritanya sudah tersebar luas sejagat maya. Hari-hari yang Ririn lalui begitu menjadi tidak berarti. Dan akibatnya, ia juga di usir oleh ibu kos yang dulu pernah mengusir Alma dari kos-kosannya. Bahkan, ibu kos itu sangat menyesal telah mengusir Alma tanpa tahu kebenarannya. Kini, Ririn hidup menjadi wanita yang tertutup dan pensiun dari kehidupan matrealistisnya. Ia bahkan mencari tempat yang jauh lebih sepi dari tempat sebelumnya. Mantan-mantan pacarnya pun hanya bisa tertawa sinis, melihat kabar dirinya dari media sosial dan sudah tidak sudi lagi berhubungan dengan Ririn, walaupun itu hanya sebatas teman. Dan kini Ririn memilih hidup menyendiri dari orang-orang yang sudah mengenalnya. Akan tetapi, meskipun Ririn sudah pindah ke tempat yang sepi dan jauh dari kata ramai, tetap saja Kania bisa menemukannya. Ia masih saja mendendam kepada Ririn
"A-apa? Istri?" kata Nyonya Cristin kaget."Jadi ini menantu baru kita?" tambah Tuan Dimas tersenyum lebar."Iya Ma, Pa, mulai sekarang dan selamanya, dia yang akan menjadi pendamping hidup aku," kata Daffa sembari melirik ke arah Alma dan tersenyum manis."Ya ampun! Ini benar-benar kejutan yang tidak terduga, ayo kita duduk dulu," ajak Nyonya Cristin yang masih belum percaya, jika anaknya sudah menikah lagi.Mereka pun duduk di ruang tamu dengan berbagai hiasan yang menarik. Dan disertai dengan desain yang membuat para tamu menjadi semakin nyaman. Tuan Dimas dan Nyonya Cristin saling menatap Alma yang terlihat menunduk dengan sopan. Kebetulan Nyonya Cristin duduk bersampingan dengan Alma sehingga wanita paruh baya itu bisa melihat jelas kecantikan Alma yang sederhana namun elegan."Ya ampun kamu cantik sekali, siapa namanya?" tanya Nyonya Cristin sembari tersenyum bahagia.
Kriing kring kringSuara ponsel milik Nyonya Cristin berdering, setelah melihat ponselnya, ternyata yang menelepon adalah anak semata wayangnya. Betapa bahagianya Nyonya Cristin saat itu, ia pun langsung mengangkatnya dengan begitu sumringah.Beberapa menit setelah Daffa meneleponnya, hati Nyonya Cristin semakin berbunga-bunga, karena anaknya memberitahukan jika masalahnya dengan Karin telah berakhir.Kini, ia berjanji akan membawa sebuah kejutan untuk dirinya. Entah apa yang akan diberikan Daffa, yang pasti hari ini Nyonya Cristin begitu gembira sekali."Pa!" teriak Nyonya Cristin sembari menghampiri suaminya di teras rumah."Ada apa? Kok kelihatannya senang begitu?" kata Tuan Dimas dengan santainya."Tentu saja Pa! Aku sangat senang sekali, soalnya anak kita mau pulang sekarang, dan apa kamu tahu? Dia akan membawa sebuah kejutan loh!" ucap Nyonya Cristin sumringah.
"A - apa! Menemui orang tuamu!" jawab Alma kaget. "Iya Sayang, meskipun kamu tidak mau, tetap saja kamu pasti akan menemui mereka dikemudian hari. Jadi apa bedanya bertemu sekarang sama bertemu nanti? Toh sama saja bukan?" kata Daffa dengan santainya "I - iya sih! Tapi aku belum siap karena istrimu—" Belum juga selesai bicara, Alma sudah diselang oleh Daffa, "Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, kamu kan istri sahnya aku, dia udah aku ceraikan, udah kutalak tiga malah, jadi stop! Jangan bilang dia masih istriku, karena istriku yang sekarang sudah ada di depan mataku." "Tapi, tetap saja ini salah, Daff! Harusnya kamu sebelum menikahiku, urusan antara kamu dengan istrimu itu harusnya sudah beres. Biar aku tidak minder, karena aku merasa posisiku ini terkesan seperti per
Setelah beberapa bulan lamanya menjalani kehidupan baru menjadi Nyonya Di apartemennya Daffa, kehidupan Alma berubah drastis. Ia menjadi seorang istri yangmatre. Akan tetapi, meskipun Alma menjadi seorang istri yangmatre, ia tidak pernah absen untuk mengirim bantuan kepada anak yatim, para jompo, dan orang lain yang benar-benar membutuhkan bantuannya. Hal ini lah yang membuat Daffa semakin menyukainya karena berbeda dengan perempuan mana pun. Jalinan asmara mereka berdua pun semakin lengket. Sampai-sampai suami-istri ini tambah begitu mesra bagaikan seluruh dunianya serasa milik berdua. Di sisi lain, perkataannya Ririn yang dulu terus saja terngiang di telinganya Alma, bahwa, agar dirinya menjadi wanita yang matre. Walaupun keduanya sudah renggang dan belum pernah bertemu lagi, tapi kata-kata itu sudah menempel dalam benaknya Alma. Setiap melakukan senggama, ia pasti meminta D
Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, di mana Alma dan Daffa sedang membereskan segala peralatan yang ada di dapur. Maklum, apartemen itu jarang di tempati, sehingga barang-barang yang ada di sekitar dapur terlihat kotor dan berdebu. Bahkan, rencananya mereka akan bersih-bersih ke setiap ruangan agar suasananya kembali bersih lagi.Ketika sedang sibuk-sibuknya bersih-bersih, tiba-tiba saja kedua orangbodyguardnya Daffa datang mengetuk pintu. Alma yang mengetahui hal itu, menjadi ketakutan karena takut jika ada salah seorang keluarga dari Daffa maupun Karin datang ke apartemen itu. Dan sudah pasti urusannya akan semakin besar."Daff, aku harus sembunyi di mana ini?" tanya Alma panik."Tenang dulu, jangan panik, aku akan melihatnya," kata Daffa sembari melangkah menuju ke arah pintu."Ah, tetap saja aku takut. Aku ke kamar saja lah," kata Alma sembari berlari k
Alma pun tercengang atas perkataan dari Daffa yang ingin menikahinya. Ia pun membalikkan tubuhnya, sehingga mereka berdua saling bertatapan satu sama lainnya. "Apa kamu serius?" tanya Alma dengan sungguh-sungguh. "Kenapa tidak?" kata Daffa dengan singkat. "Besok aku akan mengurus semuanya. Kamu tidak perlu khawatir, aku tahu apa yang harus aku lakukan nanti." "Kenapa rasanya senang sekali saat dia mengajakku untuk menikah, padahal semua ini sangat salah. Ya benar, ini salah. Aku mana mungkin tega menghancurkan rumah tangga orang, Daff. Tapi aku tidak mungkir, karena aku juga ingin memiliki dirimu, Daff," kata Alma dalam hatinya. "Kenapa kamu diam terus? Apa perasaanmu saat ini masih tidak menentu?" tanya Daffa sembari membelai rambutnya dengan lembut. Alma pun hanya menundukkan kepalanya, perasaannya sudah tidak sinkron lagi, dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hatin
Daffa sungguh tidak menyangka jika Alma masih dalam pengaruh obat perangsang itu. Entah apa yang harus ia lakukan, karena selama ini ia tidak pernah melakukan hubungan intim dengan menggunakan obat perangsang, walaupun itu dengan istrinya sendiri."Bantu aku, Daff. Ini benar-benar membuat aku tersiksa," lirih Alma."Oke-oke, kamu tenang saja, aku akan panggilkan dokter pribadiku ke sini," kata Daffa yang terlihat seperti cemas dan panik. Ia pun segera mengambil ponselnya di atas meja, untuk menghubungi temannya yang berprofesi sebagai dokter. Akan tetapi, Alma malah melarangnya dengan cepat."Daff, tunggu! Kemarilah!" teriak Alma dengan keras.Daffa pun menoleh ke arah belakang dan berkata, "Kenapa? Apa ada sesuatu?""Kemarilah, aku ingin bicara dulu sama kamu," kata Alma dengan manjanya.Tanpa berpikir panjang lagi, Daffa pun segera menghampiri Alma lagi. "Kenapa? Aku mau menel