Mayang berdiri di depan kaca berputar-putar, merasa takjub pada kecantikannya sendiri. Hari ini adalah hari yang istimewa baginya, hari di mana dirinya sejak lama menantikan momen seperti ini. Mayang telah menyiapkan dirinya dengan sangat teliti. Dia memakai kebaya akad yang indah dan make up yang cantik.Dengan penuh ejekan, Mayang bertanya kepada kakak angkatnya, "Kak, bagaimana penampilanku?"Sita hanya memandang sinis ke arah Mayang. Hatinya terasa sangat sakit ketika melihat adiknya begitu percaya diri dan bahagia dengan penampilannya saat ini. Bagaimanapun juga, Sita tidak bisa menerima Mayang sebagai madunya begitu saja."Aku datang ke kamar ini hanya ingin bilang kalau kau harus ke altar pernikahan sekarang!" ucap Sita dengan nada agak dingin.Tanpa berkata apa-apa lagi, Sita berbalik hendak meninggalkan Mayang sendirian di kamarnya. Hati Mayang tampak sangat bahagia melihat Sita menahan rasa sakit di ulu hatinya.Dua pengiring Mayang, yaitu teman-teman kantornya, berjalan men
"Sita, kenapa kau menyaksikan pernikahan mereka?" tanya Anand, kemudian dia melepaskan genggamannya perlahan-lahan saat melihat bahwa Sita sudah bisa berdiri dengan mantap sendiri meskipun wajahnya masih pucat pasi.Anand ingin memberikan dukungan kepada Sita namun ragu-ragu apakah kata-kata akan mampu menyembuhkan luka emosional yang sedang dialami oleh wanita itu."Anand, antarkan aku ke hotel. Aku akan kembali ke ibu kota sekarang juga," pinta Sita dengan nada yang lemah.Anand, seorang pria yang tegap dan berwibawa, mengangguk dengan tegas sebagai tanggapan atas permintaan Sita. Dia bisa merasakan kelemahan dalam nada suara Sita saat itu. Anand tidak bisa menolaknya karena dia merasakan betapa besar beban yang ditanggung oleh Sita.Tatapan Anand terus tertuju pada wajah depresi Sita. Matanya tak henti-hentinya menatap wanita itu dengan perasaan khawatir yang mendalam. Ia tidak dapat membaya
Sita memeluk erat Yuni, dia meneteskan air matanya di pundak orang yang saat ini menjadi satu-satunya orang yang paling berarti dalam hidupnya. Yuni merasakan betapa hancurnya hati Sita saat itu, tapi dia tidak mengerti mengapa putrinya sampai sehancur ini."Hey, kau kenapa? Bukankah kau menyusul Arjun untuk memberi pelajaran kepada mereka berdua?" tanya Yuni kepada putrinya dengan melepaskan pelukannya dan memegang pundak Sita.Sita terisak mencoba untuk menjelaskan apa yang telah terjadi disana. Yuni mengajaknya untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Dia mencoba untuk menenangkan putrinya dengan memberinya segelas air putih.Sita tak kuasa lagi untuk kembali memeluk ibunya untuk melepaskan semua bebannya."Sayang, coba kau tenangkan dirimu dulu, lalu ceritakan perlahan-lahan," pinta Yuni mengusap punggungnya perlahan."Bu, Arjun menikahi Mayang," tuturnya dengan terisak dan sesenggukan.Yuni merasa seperti dunia seketika runtuh di hadapannya. Dia tidak pernah menduga bahwa hal se
35Malam itu, Sita sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Dia terus kepikiran tentang Arjun. Pikirannya melayang ke masa-masa indah yang pernah mereka lewati bersama. Mereka telah menikah selama bertahun-tahun dan berbagi banyak kenangan manis bersama.Sita merasakan kekosongan dalam hatinya sejak Dia mengetahui perselingkuhan Arjun dan Mayang. Hatinya hancur ketika mendengar kabar tersebut. Ia mencoba untuk bahagia bagi Arjun, tetapi sulit baginya untuk melupakan semua momen indah yang mereka habiskan bersama."Malam ini, kau pasti sangat bahagia, Mas," gumam Sita pelan sambil menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Air mata mulai mengalir di pipinya saat ia membayangkan betapa bahagianya Arjun saat ini sedang merayakan malam pernikahan dengan Mayang.Namun, Sita cepat-cepat menghapus air matanya ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Yuni, ibunya datang masuk dengan wajah penuh perhatian."Kau masih belum tidur, Sayang?" tanya Yuni dengan nada khawatir sambil mendekati temp
"Anand adalah seseorang yang sangat istimewa bagi kita, Sayang," jawab Yuni perlahan.Sita semakin penasaran mendengar jawaban singkat tersebut. Ia ingin tahu lebih banyak tentang sosok Anand dan kenapa ibunya sangat percaya sekali dengan Anand."Dia adalah putra dari sahabat lamaku dan juga mendiang ayahmu," lanjut Yuni menjelaskan.Sita kini semakin bingung."Kenapa aku tidak pernah tahu tentang dia? Kenapa ibu mengenalkan dia sebagai detektif kepada Sita?" desak Sita dengan raut wajah penuh kebingungan."Ibu juga baru bertemu dengannya saat ulang tahun pernikahanmu tahun lalu dan sejak saat itu menjadi dekat seperti keluarga sendiri."Sita merasa hatinya berdesir kencang. Ada sesuatu yang disembunyikan oleh ibunya selama ini dan ia ingin tahu apa itu."Oh jadi itu alasannya, kenapa ibu sangat mempercayai dia menjaga Sita?"
37CS itu tersenyum lembut melihat ekspresi wajah Sita. Ia kemudian menjawab dengan penuh keyakinan, "Tentu saja bisa Bu! Kami menyediakan layanan pengalihan tabungan bersama ke rekening pribadi. Namun, ada beberapa prosedur yang perlu Anda ikuti. Saya akan menjelaskan secara detail langkah-langkahnya."Sita merasa lega mendengar jawaban dari CS tersebut. Ia merasa yakin bahwa urusannya akan segera terselesaikan dengan bantuan CS yang profesional ini. Mereka pun mulai membahas prosedur dan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mengalihkan tabungan bersama ke rekening pribadi.Dengan senyum ramah di wajahnya, CS menatap Sita dengan tatapan percaya diri yang memancarkan rasa profesionalisme dalam setiap kata-katanya. Dalam hatinya, ia berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan seperti Sita."Baiklah Bu," ucap CS sambil mengangguk ringan. "Pertama-tama, Anda perlu mengisi formulir pengalihan tabungan bersama ke rekening pribadi kami. For
Mayang mencoba untuk tetap tenang dan meminta penjelasan lebih lanjut kepada sang kasir. Namun, jawaban dari sang kasir membuatnya semakin terkejut."Maaf, tapi kami tidak bisa menerima kartu ini karena sudah melewati masa berlakunya," jelas sang kasir dengan nada ramahnya.Mayang seketika merasa sangat geram dan malu. Dia merasa seperti semua orang di toko sedang menatapnya dengan pandangan penuh hinaan. Hatinya berdegup kencang saat dia menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan yang besar dengan membawa kartu tersebut tanpa memeriksa tanggal kadaluwarsanya terlebih dahulu.Dalam kebingungannya, Mayang mengambil telepon genggamnya dan langsung menghubungi Arjun, sahabat baiknya yang juga bekerja di dekat sana. "Arjun, aku butuh bantuanmu! Tolong datangi aku segera di meja kasir!" ucap Mayang panik melalui telepon.Arjun yang mendengar suara panik Mayang segera memberikan respons cepat. "Tenangkan dirimu, Mayang! Aku akan segera datang," kata Arjun dengan suara lembut namun tegas.
"Bagaimana kalau yang ini?" Arjun mengeluarkan kartu debit yang lainnya kepada kasir toko branded tersebut karena dia masih ada lagi satu kartu debit yang masih tersisa.Dengan hati-hati, kasir itu menerima kartu dari Arjun dan memasukkannya ke dalam mesin pembayaran. Namun, sekali lagi, hasilnya sama: transaksi ditolak. Mayang merasa semakin malu dengan situasi ini dan menatap Arjun dengan kesal.Akhirnya Arjun mengajak Mayang untuk keluar dari toko tersebut dan tidak jadi membawa pulang semua belanjaannya. Mayang tampak sangat kecewa dengan sikap Arjun yang sama sekali tidak bisa membayar semua barang belanjaannya."Mas kau ini sengaja ya mau buat aku malu?" tanya Mayang dengan raut kekecewaan yang jelas terlihat di wajahnya. Ia merasa seperti menjadi bahan olok-olok di depan orang banyak.Arjun terlihat bingung dan cemas melihat reaksi Mayang. Ia tidak pernah bermaksud membuat Mayang merasa malu atau tidak nyaman dalam situasi apapun. "Mayang, aku bena
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun