"Bagaimana kalau yang ini?" Arjun mengeluarkan kartu debit yang lainnya kepada kasir toko branded tersebut karena dia masih ada lagi satu kartu debit yang masih tersisa.Dengan hati-hati, kasir itu menerima kartu dari Arjun dan memasukkannya ke dalam mesin pembayaran. Namun, sekali lagi, hasilnya sama: transaksi ditolak. Mayang merasa semakin malu dengan situasi ini dan menatap Arjun dengan kesal.Akhirnya Arjun mengajak Mayang untuk keluar dari toko tersebut dan tidak jadi membawa pulang semua belanjaannya. Mayang tampak sangat kecewa dengan sikap Arjun yang sama sekali tidak bisa membayar semua barang belanjaannya."Mas kau ini sengaja ya mau buat aku malu?" tanya Mayang dengan raut kekecewaan yang jelas terlihat di wajahnya. Ia merasa seperti menjadi bahan olok-olok di depan orang banyak.Arjun terlihat bingung dan cemas melihat reaksi Mayang. Ia tidak pernah bermaksud membuat Mayang merasa malu atau tidak nyaman dalam situasi apapun. "Mayang, aku bena
"Sita, apakah tagihan ini benar adanya?" tanya Arjun saat dia menutup panggilannya dengan Mayang.Sita merasa hatinya teriris saat Arjun mulai meragukan kejujurannya. Dia tidak pernah berpikir bahwa suaminya akan mempertanyakan tagihan kartu kredit mereka. Rasa kecewa dan kesal melanda dirinya, membuat Sita tak bisa menahan emosinya."Mas, apa gunanya aku memalsukan tagihan kartu kredit kita? Apa yang ada dalam pikiranmu?" tanya Sita dengan nada tinggi, sambil menatap tajam suaminya.Arjun terdiam sejenak, menyadari betapa kata-katanya telah melukai hati Sita. Ia mencoba menjelaskan alasan keraguannya, "Maafkan aku, Sayang. Aku hanya takut kau telah menghalalkan segala cara untuk memuluskan niatmu untuk menguasai harta yang telah kita kumpulkan bersama,"Penjelasan Arjun semakin membuat Sita sangat kecewa dan murka. Hatinya sangat terluka karena sang suami telah meragukan integritasnya sebagai
"Aaaargggghhh!!!!" erang Arjun dengan suara yang penuh keputusasaan, sambil merebahkan dirinya dengan kasar ke ranjangnya. Tubuhnya terasa lelah dan pikirannya dipenuhi oleh rasa frustasi yang begitu mendalam. Mayang, merasakan ada sesuatu yang tidak beres saat melihat suaminya pulang dengan ekspresi wajah yang begitu murung. Ia segera mendekati Arjun dengan perasaan cemas yang tak bisa ia sembunyikan. Dengan tatapan penuh perhatian, Mayang bertanya kepada Arjun dalam nada khawatir, "Mas kau kenapa? Apa yang terjadi?" Arjun menatap istrinya dengan mata penuh kesedihan dan kemarahan. Ia mencoba untuk mengendalikan emosinya sebaik mungkin saat menjawab pertanyaan Mayang. "Sita sudah memisahkan rekening bersama kami," ucapnya lirih namun terdengar jelas oleh telinga Mayang. "Sejak itu, aku tidak memiliki uang seperti saat rekening bersama itu belum dipisahkan." Mayang tampak gelisah, matanya penuh dengan kekhawatiran. Dia tidak bisa menahan rasa penasaran dan akhirnya mengeluarkan pe
"Mayang, ma-maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membandingkanmu dengan Sita, hanya saja aku tadi kesal saja dengan keadaan yang ada," ujar Arjun sambil meraih lembut tangan Mayang yang kini sedang merajuk karena tindakannya yang telah membandingkannya dengan istri pertamanya. Dia benar-benar menyesal atas kata-katanya yang terlontar tanpa berpikir panjang.Arjun melihat betapa Mayang tampak sedih dan terluka oleh perbandingan tersebut. Ia menyadari bahwa sikapnya bisa membuat Mayang stres dan khawatir akan berdampak buruk pada anak yang dikandungnya saat ini. Hatinya penuh penyesalan dan ia ingin segera memperbaiki kesalahannya."Dengarkanlah, sayangku," lanjut Arjun dengan suara lembut namun penuh rayuan. "Aku sangat mencintaimu, lebih dari apapun di dunia ini. Kamu adalah wanita istimewa bagiku, tak ada duanya."Mayang mengernyitkan dahinya, masih sulit menerima ucapan Arjun setelah apa yang baru saja terjadi. Namun dia juga bisa melihat raut wajah Arjun yang penuh penyesalan dan
"Akhirnya kita sampai juga, Mas," ucap Mayang dengan suara penuh kegembiraan dan tidak sabar lagi untuk segera memasuki gerbang rumah mewah yang megah berdiri di depan mereka. Wajahnya berseri-seri, mencerminkan betapa bahagianya ia saat ini. Arjun hanya tersenyum melihat ekspresi kebahagiaan Mayang. Ia merasa senang bisa membuat Mayang bahagia seperti ini.Tangan Arjun sibuk mencoba membuka gembok yang terpasang di dalam gerbang tersebut. Ia fokus pada tugasnya, berusaha semaksimal mungkin untuk membukanya. Namun, ternyata gembok itu sangat sulit untuk dibuka. Arjun mengernyitkan keningnya, menunjukkan rasa frustasi karena kesulitan yang sedang ia hadapi."Mas, buruan buka dong!" pintanya dengan nada cemas dan tak sabar ingin segera masuk ke dalam rumah tersebut. Mayang sudah tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya lagi.Arjun tetap tenang meskipun ada sedikit ketegangan dalam dirinya akibat kesulitan membuka gerbang tersebut. Ia tidak ingin mengecewakan Mayang atau merusak momen in
"Tidak bisa!!! Aku tidak setuju!" berontak Sita menatap tajam ke arah Arjun. Wajahnya memancarkan kemarahan yang begitu kuat, membuat udara di sekitarnya terasa tegang. Dia merasa sangat tidak setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Arjun."Kenapa kau tidak setuju, Sayang? Bukankah Mayang juga istriku juga?" jawab Arjun dengan nada sedikit lembut namun penuh pertanyaan. Dia mencoba untuk mengerti dan mencari pemahaman dari sudut pandang Sita.Sita menghela nafas panjang, mencoba menenangkan diri sejenak sebelum menjawab pertanyaan Arjun. "Kau benar bahwa Mayang adalah istrimu juga," ucap Sita dengan suara yang lembut namun tetap tegas. Matanya memandang lurus ke mata Arjun, mencoba menyampaikan keyakinannya pada kata-kata tersebut. "Namun itu bukan alasan bagimu untuk mengijinkannya tinggal disini."Arjun terdiam sesaat mendengar penjelasan Sita. Wajahnya tampak tegang dan penuh dengan emosi yang sulit ditahan-tahan lagi. Dalam hatinya, ia merasa marah dan kecewa atas apa yang
"Sita, malam ini saja kau ijinkan Mayang untuk tinggal di sini. Aku janji besok akan aku carikan tempat tinggal yang layak untuknya," pinta Arjun dengan penuh iba kepada Sita. Matanya memancarkan kelembutan dan rasa sayang yang mendalam saat ia berbicara.Sita merasa terpukul oleh permohonan Arjun. Meskipun dia sangat membenci Mayang dan Arjun, hatinya tidak bisa menolak ketulusan dalam suaranya. Dia tahu bahwa meski mereka telah menyakitinya begitu banyak, cinta yang pernah ada di antara mereka masih tersimpan dalam lubuk hatinya.Dengan ragu-ragu, Sita akhirnya menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuannya. Ia tidak ingin melihat Mayang tidur di rumah sempit kontrakannya.Arjun merasakan lega ketika Sita setuju dengan permohonannya. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhir baginya untuk memperbaiki segalanya dan membuktikan bahwa dia bisa menjadi lebih baik bagi mereka berdua.Malam itu, s
"Mas kau dari mana?" tanya Mayang dengan wajah polos, berusaha menyembunyikan kegembiraan yang meluap-luap dalam hatinya. Dia tidak ingin terlalu cepat menunjukkan betapa senangnya dia mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama Arjun.Arjun tersenyum lembut pada Mayang dan menjawab, "Aku berasal dari desa kecil di pinggiran kota ini. Tapi sekarang aku tinggal di sini untuk bekerja."Mayang merasa semakin bahagia mendengar jawaban Arjun. Dia tidak bisa menahan rasa gugup dan cemas karena bertemu dengan pria yang begitu tampan seperti Arjun. Namun, dia mencoba tetap tenang agar tidak memperlihatkan perasaannya yang terlalu jelas."Mayang, sebaiknya kita istirahat. Hari sudah malam," ajak Arjun sambil mengusap lembut rambut Mayang.Mayang kemudian protes tentang kondisi kamar tersebut. "Mas, bukankah sudah aku bilang sebelumnya? Kamar ini banyak debunya! Aku tak bisa tidur nyenyak jika ada debu-debu di sekitarku."Wajah murung pun kembali menghinggapinya setelah sempat meras
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun