Pada saat ini, Anthony bingung harus berkata apa. Dia telah tidur bersama dengan Alicia, seiring berjalan waktu dia juga telah merasa dekat dengan istrinya itu, Dan, yang paling terpenting wanita itu telah berhasil menaklukan Lionel. Dan, sepertinya sudah cukup lengkap untuk mengambil hatiinya juga. Tapi. lagi-lagi dia dihadapkan pada situasi jika dia berhutang satu nyawa kepada Anna. Kala itu, ketika Anthony tersadar di rumah sakit, Wanita yang pertama dia lihat adalah Anna Hwang. Lalu mendapatkan cerita jika Anna yang menyelamatkan dia ketika mobilnya menghantam bahu jalan dengan keras, Anna mengeluarkan Anthony dari mobil sebelum mobil itu terjatuh ke laut. Anna menghempaskan tangan Anthony. "Aku ingin kita menikah!" Seketika saja tubuh Anthony membeku, dulu menikah dengan Anna adalah hal yang paling dia inginkan. Tapi saat ini, dia memilih untuk memikirkannya matang-matang lebih dulu. "Mari kita bicarakan ini nanti!" "Tidak aku ingin agar kau memastikan tentang ini sekarang
Sekali lagi Chen Li dan Anna bergumul dalam percintaan yang hangat. Selesai bercinta, kali ini pria itu yang terpulas tertidur. Dengan Perlahan Anna turun dari ranjang. Melihat kembali berkas yang tadi Chen Li berikan kepadanya. "Bankir," gumam Anna berulang-ulang. kedua matanya terbelalak ketika membuka diakhir halaman. Ada foto Claudius dengan wanita yang mirip dengan Alicia. "Apakah mereka ini kembar!" ujar Anna terperanjat lalu berpikir pantas saja Anna mendapatkan pinjaman dengan begitu mudah. Anna membuka lembaran selanjutnya. "Keluarga Yin!" ujarnya dengan terkejut.Pada saat ini di kediaman Smith suasana hangat tengah menghinggapi. Kehadiran Lionel sang magnet, benar-benar mengikat Mamanya itu menjadi semakin mendekat kepada Papa-nya. Para pelayan juga menyukai Alicia. Mereka menganggap Alicia adalah Nyonya rumah yang ramah. keesokan paginya, Alicia tidak pergi ke kantor lagi. Karena hari ini adalah hari terakhir Lionel di rumah, sebelum kembali ke asrama. Kepulangan Lione
Alicia pun setuju dengan usul dari Tuan Feng. Mereka berdua pun pergi menuju ke Vendor yang sudah bekerja sama dengan mereka. Sementara itu berita berembus dengan cepat. Perumahan Milenial keluaran Grup Huang menggunakan materi kelas rendah, sehingga mudah retak, patah dan hasilnya sangat buruk. Pada saat ini tim marketing banyak menerima telpon dari para pelanggan untuk meminta kejelasan tentang berita yang telah viral di media sosial. Bahkan beberapa foto keadaan rumah telah tersebar. Di grup Smith. Asisten Lee tergopoh masuk ke ruangan Tuannya. "Tuan ... Eum, Nyonya!" ujarnya ingin melapor tapi meragu. Anthony mengernyitkan satu alisnya, "Katakan ada apa?" "Ini Tuan," ujar Asisten Lee seraya memberikan ponselnya kepada Anthony. Pria itu memasang wajah serius ketika membaca berita tentang istrinya. Dia mengetuk-ngetukan jari tangannya ke meja solid mahoni yang ada di ruang kerjanya itu. "Eum ... belikan satu unit atas namaku!" perintah Anthony. Asisten Lee pun langsung mengerj
Sebenarnya anthony ingin membantu Alicia, tapi Ego pria itu masih terlalu tinggi. Dia ingin Alicia yang memintanya, bukan dia yang mendatangi. Pada saat ini ponsel Anthony berdering itu adalah panggilan dari Anna. “Sudah di mana?”“Sedang menuju ke sana!” jawab Anthony.Demi menghibur Anna, maka Anthony mengabulkan permintaan Anna untuk berlibur bersama di salah satu resor hutan pinus. Sebuah resor rekereasi kekaisaran yang banyak terdapat pohon cemara bergelombang berhektar-hektar.Area resor ini juga dipenuhi kuil, paviliun. Pada saat musim gugur pohon maple terlihat terang benderang. Bahkan pada hari yang cerah, dapat melihat gedung-gedung pencakar langit yang berjarak dua puluh kilometer, pemandangan ini dapat dilihat dari salah satu kuil yang ada di sana. Anna pun sudah berdiri di teras rumah, ketika dia melihat mobil Anthony tiba.Anna pun tersenyum dengan manis dan menunjukan wajah yang polos. Dari dalam mobil, Anthony memandangi Anna yang hari ini terlihat begitu murni. Semen
Alicia menghentikan laju mobilnya dia menoleh kepada si wanita tua. “Nenek, apa kau yakin ini jalannya?” “Sebentar aku coba mengingat-ingatnya dulu!” ujar si wanita tua seraya keluar dari mobil . Alicia pun ikut turun lalu berkata, “Katakan saja di mana alamat Nenek!” Tiba- tiba saja beberapa pria datang dan sebuah tangan besar langsung membekap mulut Alicia dan memaksanya naik ke dalam sebuah mobil Van hitam lalu membawanya pergi. Ponsel Alicia pun terjatuh, dan beberapa jam kemudian Tuan Han menghubunginya. Menelepon dan yang menjawab malah orang lain, seorang bocah laki-lak yang baru saja menemukan ponsel Alicia. “Tuan, pemilik ponsel ini tadi di bawa oleh mobil Van berwarna hitam,” jawab bocah tersebut. Mendengar laporan anak itu, Tuan Han pun berdiri dengan hati yang terasa panik, “Katakan lokasi kalian!” Bocah itu pun segera mengatakan lokasinya saat ini. Tuan Han merasa bingung, lalu meminta Tuan Feng agar menghubungi seseorang yang bisa membantunya mengecek keadaan.Jika
Anthony memutuskan untuk ikut pergi mencari keberadan Alicia. "Jadi kau mau pergi ke mana dulu?" tanya Dixon. Anthony memperhatikan dua lokasi yang asisten Lee kirim. Lalu dia memilih dengan hatinya. "Kita ke sini dulu!" Setelah mendapatkan lokasi, dan memilih. Anthony pun segera melajukan mobilnyai ke lokasi pertama dari dua lokasi yang diberikan oleh asisten Lee. Mereka pun sampai di lokasi tambang yang sudah di tutup itu. Anthony memandangi area pertambangan itu. melihat dipermukaan tambang itu sudah ada bagian yang baru saja dikeruk, tapi ditinggalkan karena pernah ada kejadian longsor. Anthony berkata kepada Dixon, "Aku yang masuk, dan kau yang tunggu di sini!" "Tapi kenapa begitu?" tanya Dixon yang sedari awal merasa aneh, karena Anthony memilih turun tangan dari awal mencari orang hilang ini. "Karena, Alicia adalah istriku!" jawab Anthony. "Wah, kau ini sungguh penyembunyi yang pandai!" ujar Dixon tidak menyangka. "Aku masuk, kau tunggu di sini!" ujar Anthony sekali lag
"Jika pelan, bisa jadi kita akan mati bersama di sini!" imbuh Dixon seraya tetap fokus melajukan mobil. Anthony pun di skak mat oleh perkataan kawannya itu. Anthony pun terdiam Sambil menahan hati seraya melihat Alicia yang yang tadi baru saja terpelanting dari kursi belakang. Mobil pun sudah melaju cukup jauh menjauhi wilayah tambang. "Berhenti!" ujar Anthony seraya membuka sabuk pengaman. Sementara Dixon langsung menepikan mobil yang sedang dia kendarai. Anthony turun dari mobil, pindah ke kursi belakang. Dia langsung saja memapah tubuh Alicia, membenarkan posisi duduk istrinya itu seraya memeluknya sambil sesekali Anthony mengecup-kecup puncak kepala istrinya itu. Dari kaca spion dasboe, Dixon memperhatikan gerak-gerik bahasa tubuh kawan baiknya. Terlihat sekali dari bahasa tubuhnya jika Wanita yang sebenarnya dia cintai adah Alicia, bukan Anna Hwang. Dixon pun tertawa lalu menebak, kasus selanjutnya pasti akan berkaitan dengan Alicia Huang. Mereka pun tiba di rumah sakit. Dok
Bibi Huang langsung sibuk mempersilakan masuk. Dalam hati berpikir ada angin apa yang membawa Anthony Smith bersedia datang ke rumahnya. Dia juga segera meminta pelayan untuk membangunkan Rose. Pada saat ini pikiran Bibi Huang malah sedang melambung tinggi. Dia berpikir jika Tuan Smith datang ke rumah mereka karena menyukai putrinya ini. "Apa, Anthony Smith ada di sini."' ujar Rose kepada pelayan yang memberitahunya, Dan dia langsung saja mengganti bajunya.Rose segera pergi ke ruang tamu, Tedengar Bibi Huang memuji betapa baiknya putrinya itu. Melihat Rose telah datang Bibi Huang pun langsung saja tersenyum dan menyambut putrinya itu. "Tuan, ini adalah Rose, putriku!" ujar Bibi Huang. "Nah, karena sudah lengkap mari kita bicara ke intinya saja!" imbuh Anthony. Rose dan ibunya pun duduk di sofa dengan memasang wajah bahagia. Pada saat ini, Asisten Lee masuk sambil membawa sebuah berkas. "Silakan Nyonya dibaca!" Rose begitu bersemangat untuk membuka isi dari amplop coklat itu. Ant
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin