Chen Li langsung menaiki taksi yang melintas di depannya. Dia memakai Syal yang menutupi matanya sampai batas hidung. Syal itu sengaja dia pakai untuk menutupi bekas luka kasar di pipinya. Begitu sampai di rumah sakit, Chen Li langsung masuk ke kamar rawat inap Anna, setelah perawat memberi tahunya.Dia hanya bisa melihat dari balik kaca, Perawat bilang tadi hanya baru dia saja yang datanga, sejak kecelakaan itu terjadi. Melihat Anna yang sedang tidur tidak berdaya, Maka timbul rasa tamak di hati Chen Li. “Tidak perlu khawatir, meski seisi dunia tidak menginginkanmu, kau akan selalu memilikku!”Pada saat ini seorang perawat mendatangi Chen Li, “Tuan, untuk pegobatan Nona Anna Hwang belum ada yang menjamin baik dari keluarga ataupun asuransi.”Pihak asuransi menganggap ini adalah percobaan bunuh diri, karena menyetir dalam keadaan mabuk. Chen Li mendengarkan perkataan perawat itu tanpa menoleh. “Di mana aku harus tanda tangan. Tagihkan semua biaya perawatan kepadaku saja!”“Baik akan
“Kau pikir kita hidup dizjaman apa. Masa kini wanita juga memiliki pengaruh kuat baik dalam hal professional ketika bekerja di sebuah organisasai perusahaan, atau pun bekerja di pemerintahan politik, jadi menurut aku, setidaknya wanita harus memilki penghasilan sendiri!” tambah kata Alicia.“Aku tahu, zaman kini wanita dan pria memang tidak ada beda. Tapi, karena kau adalah wanitaku maka aku ingin agar kau duduk santai saja, menerima semua hal terbaik yang akan aku beri kepadamu dan Lionel!”“Aku belum setuju menjadi wanitamu, jadi aku masih harus bekerja keras!” ujar Alicia seraya menyesap jus jeruknya sampai habis.Lalu dia mengambil piring-piring kotor dan gelas kotor, sisa mereka sarapan tadi. “Kau yang cuci piring ya. Kau bilang wanita dan pria kan tidak ada beda!” ujar Alicia sambil berlalu pergi.Anthony menaikan satu alisnya, “Maksud aku bukan setara dalam hal pekerjaan rumah!” pikirnya sembari menggulung lengan kemejanya dan memulai pekerjaan mencuci piringnya.Alicia pun ti
Begitu sampai di kediaman Smith, Alicia mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Dia pun segera menuju ke kamarnya. Begitu membuka pintu dia melihat semua isi di kamarnya telah di tutupi oleh kain putih. “Apa-apaan ini!” pikir Alicia. Alicia pun langsung mengecek lemari bajunya. “Kemana perginya semua bajuku!” “Ada apa ini!” pikir Alicia sembari pergi dari kamarnya mencari kepala pelayan. “Apa yang terjadi dengan kamarku, kemana semua pergi baju-bajuku?” “Semua barang-barang Nyonya sudah dipindahkan semua ke kamar utama!” jawab si kepala pelayan. “Apa katamu? Kamar utama!” imbuh Alicia yang berpikir itu adalah kamar Anthony Smith. “Tunggu dulu, apa kau tidak salah!” Alicia mencoba meyakinkan pendengarannya lagi, yang mungkin saja salah dengar. “Tuan yang meminta untuk memindahkannya!” jawab si kepala pelayan itu lagi. "Apa dia sedang mabuk!" gumam pelan Alicia seraya langsung melangkah pergi ke kamar utama. Alicia menerabas masuk. "Anthony!" panggilnya dengan suara yang sediki
Edna pun menoleh dengan nada sedikit terkejut dia menjawab. “A-aku teman Tuan Muda Chen!”“Di mana dia!” tanya wanita itu.Edna membuka celemek memasaknya. “Dia tidak ada di sini!”“Apa semalam kalian tidur bersama?” tanya wanita itu menyelidiki lagi.“Apa … tentu saja tidak!” Imbuh Edna yang sudah sedikit tersinggung.“Bagaimana kau bisa masuk ke sini?” tanya wanita itu lagi.“Tuan Muda Chen memberi tahu kata sandinya kepadaku!” ujar Edna yang mulai kesal, karena merasa sedang dicurigai, “Jika tidak percaya, tanya saja sendiri kepadanya!”Edna tidak jadi makan, karena seleranya sudah hilang. Dia pun merapikan peralatan masak. Lalu masuk ke kamar utama. “Apa orang kaya selalu seperti itu, mudah sekali meremehkan orang!” pikir Edna sambil sedikit menangis dan menghapus air matanya.Dia pun mulai berkemas, Lalu membawa kopernya keluar dari kamar. Edna memutuskan tidak ingin tinggal di rumah ini, meski hanya sementara. Baginya lebih baik menghadapi kekerasan Alex dari pada harus dihina s
Alicia menganggukan kepalanya, dengan memasang senyum di wajah dia berkata, "Ya, tentu saja aku akan memakan dan menghabiskannya!""Tidak baik menyia-nyiakan makanan apalagi jika sampai membuangnya!" tambah kata Alicia lagi. Anthony semakin menaikan satu alisnya, ketika melihat Alicia menyingkirkan mangkuk nasinya. Dan, lebih memilih mengambil piring Mangga bubuk cabe pedasnya. Kedua mata Lionel dan papanya saling bertemu. Anthony pun langsung berkata kepada Alicia, "Makan dulu nasinya!" Alicia yang baru saja ingin melahap mangganya, langsung saja meletakan kembali ke piring. Tidak ingin terlihat sedang berdenat di depan putra mereka, maka dia pun menarik mangkuk nasinya dan mulai mencapit lauk pauk yang tersedia. Anthony dan Lionel pun ikut mulai makan. Sedikit-sedikit pria itu memandang ke arah istrinya. yang terlihat tidak banyak makan. Menyelesaikan satu mangkuk nasi yang hanya bertakaran setengah, tapi memakan waktu yang lama. Pada akhirnya Alicia pun menghabiskannya, dia p
Napas keduanya pun terdengar stabil, mereka berdua terpulas bersama. Mereka terbangun menjelang makan malam. Mengetahui Putrinya sedang hamil maka Nyonya Yin memasak makanan sehat untuk Alicia. Merasa demi kebaikan si bayi, maka Alicia pun dengan patuh menghabiskan semuanya. "Apa sudah memberi tahunya?" tanya Alicia kepada Papa dan Mamanya itu. "Lebih baik kalian saja yang memberi tahu!" ujar Nyonya Yin. Tatapan Anthony dan Alicia pun saling beradu. Mereka harus memberi pengertian pada Lionel tentang kehadiran bayi mereka nanti. Agar Lionel tidak merasa iri jika nanti si adik bayi telah lahir. Anthony pun tersenyum sembari berkata, "Esok pagi kami akan menjelaskannnya dengan berhati-hati." Menyambut kehadiran anak memang menjadi suatu momen mendebarkan sekaligus membahagiakan. Memiliki anak kedua juga sama bahagianya sebab hal ini membuat keluarga tampak semakin lengkap.Meski demikian, memiliki anak kedua juga lebih menantang sebab ada pertimbangan yang berasal dari calon kakak.
Claudius teringat Syal merah buatan Ariana. "Akan aku ambilkan!" ujarnya seraya masuk ke ruang kerjanya. Claudius membuka laci meja kerjanya. Sehari sebelum kepergian Ariana, tunangannya itu memberikan Syal merah. "Ini nanti berikan kepada adikku ya!" pesan terakhir yang Ariana berikan kepadanya.Selama ini dia tidak percaya di tiap kali Ariana mengatakan jika adiknya masih hidup. Tunanganya itu selalu bercerita bahwa dia selalu melihat adiknya di dalam mimpi. Dan, ternyata itu adalah salah satu bentuk kotak batin mereka. Claudius meneteskan air matanya. Menstabilkan emosinya sebentar, dia pun mengambil kotak syal itu, membawanya untuk diberikan kepada Alicia."Ini pasti akan sangat cocok untukmu!' ujar Claudius seraya membuka kotak syal, dan langsung mau memakaikannya kepada Alicia. Tangan Anthony langsung saja mencegahnya, "Biarkan aku saja yang memakaikannya!" Claudius pun memberikan Syal yang ada di tangannya ke tangan Anthony. Alicia sedikit berjinjit, Ketika Anthony ingin me
Claudius pun memutuskan untuk pergi menemui Edna. Dia datang ke sekolah tempat Edna mengajar. Tapi, wanita itu malah menolak menemuinyaBeralasan karena dia harus mengajar sesuai jadwal kerja. "Baiklah nanti aku akan datang lagi!" ujar Claudius seraya menutup sambungan ponselnya. Edna menatap layarnya yang langsung meredup berubah menjadi gelap. Berpikir jika Claudius adalah pria yang harus dia jauhi, jadi sudah betul jika dia memutuskan mengabaikanya.Usai jam mengajar, Anthony sudah menunggu di depan pintu gerbang sekolah. Beberapa wali murid yang menjemput berbisik-bisik. "Bukankah itu Tuan Muda Chen, dari keluarga Bankir Chen!" "Mau apa dia datang ke sekolah TK ini!" ujar salah satu dari wali murid lagi. Edna yang melihatnya juga langsung saja memutar mengambil jalan lain. Claudius melihat ini, dia pun mengejar Edna yang melangkah semakin cepat. "Ya, Ampun dia benar-benar mengikuti!" "Edna ..." panggil Claudius. Edna pun semakin berlari tak tentu arah. Sampailah dia di kerum
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin