Pengunjung itu mengenali karena pernah satu universitas dengan Ariana. Pada saat ini dia pun menghampiri meja makan Tuan dan Nyonya Yin. "Halo apa kabar, apa masih mengingat aku?" Alicia menatap pria itu, merasa dalam seumur hidup ini belum pernah bertemu dengan oang yang sedang menyapanya itu. "Eum, aku kabar baik. Tapi maaf apa kita pernah bertemu, maksudku apa kita saling mengenal?" tanya Alicia, "Apa kau lupa? Kita pernah di satu universitas yang sama." jelas pria yang terlihat seumuran dengan Alicia. Claudius langsung saja berdiri, dan menarik lengan pria itu. "Tuan, apa kita bisa bicara sebentar!" ujar Claudius. Alicia memperhatikan ke mana Claudius membawa pergi pria itu. Tuan yin pun berkata, "Zaman kini para pria tidak bisa melihat wanita cantik sedikit, langsung saja dikejar!" "Untuk soal itu tidak banyak berubah, sayang!" ujar Nyonya Yin seraya berkata lagi, "Buktinya sedari dulu kau mengejar aku terus!" Wajah Tuan Yin pun memerah. "Mengapa kau membuka rahasia itu di
"I-ini, bukankah ini kalung milik Alicia!" pikir Anna yang mengenali kalung itu. "Dari mana kau mendapatkan ini?" tanya Anna dengan nada suara yang terdengar sedikit gemetar. "Apa kau mengenali kalung ini!?" tanya Anthony. "Tidak, aku tidak tahu!" jawab Anna sambil menggelengkan kepalanya. Anthony pun membuka Liontin yang terjuntai di rantai kalung itu. "Apa yang ini juga tidak tahu!" kedua mata Anna terasa ingin lepas dari tempatnya. Jejak digital sudah dihapus, tapi kenangan tidak akan pernah bisa dihapus. itu adalah foto ketika alicia baru saja lulus SMA. Dan, masa-masa Anthony masih kuliah. Di foto itu nampak senyuman keduanya penuh kebahagian. "I-itu pasti foto palsu!" ujar Anna lagi.Anthony memgambil kalung liontin itu dari tangan Anna. Dan, menggenggamnya erat-erat. Dia pun berdiri di depan Anna. "Kebohonganmu selama ini, aku anggap sebagai penebus hutang nyawaku!" "Apa ... maksudmu kita putus?" tanya Anna. "Iya, bahkan sekarang kau memiliki hutang nyawa kepada Alicia
Anthony bersimpuh di depan putranya itu, "Mama tidak marah. Nah, ayo sekarang kita pulang. Tidak baik jika terus merepotkan Mama Edna!" Mendengar Anthony berkata seperti itu, Edna pun langsung tersedak air yang sedang diminumnya, "Apa otaknya baru tertendang!" "Mama Edna ... dia memanggilku Mama Edna."Ayo, sekarang ucapkan terima kasih!" ujar Anthony kepada Lionel sebelum mereka pergi. Pada saat ini, Claudius menunggu kedatangan Alicia di teras rumahnya. Dia menunggu dengan sabar sambil membaca sebuah buku. Ini adalah sebuah buku yang tidak akan pernah bisa Ariana tamatkan. Melihat sebuah mobil memasuki teras rumahnya. Claudius pun segera menutup buku itu. "Alicia!" panggilnya senang dalam pelan. "Ayo duduk dulu, aku sudah membuatkanmu teh!" ujar Claudius. Alicia pun mengangguk seraya menarik kursi teras. Claudius menuangkan teh yang masih hangat ke gelas. Alicia menyesapnya. "Wah teh ini harum dan enak sekali!" "Ya ini adalah salah satu teh terbaik di dunia!" ujar Claudius de
Alicia Mengabaikan Anthony, dia berjalan melewati suaminya itu. "Kita hatus bicara," ujar Anthony seraya menarik tangan Alicia kuat-kuat. "Tidak ada yang perlu kita bicarakan, semua sudah jelas!" jawab Alicia setenang mungkin sambil menghempaskan tangan suaminya itu. "Apanya yang sudah jelas?" tanya Anthony dengan nada marah. "Kau dan aku sudah jelas tidak berjodoh, jadi aku mohon akhiri saja!" ujar Alicia lagi. "Aku melepaskanmu ... aku melepaskanmu!" ujar Alicia lagi. "Kau benar-benar ingin melepasku ya!" tantya Anthony seraya mendorong tubuh istrinya itu. Anthony pada awalnya ingin memberi tahu Alicia jika tidak ada apa-apa lagi diantara Dirinya dan Anna Hwang. Tapi, sikap Alicia telah memprovokasi sisi kelaki-lakianya, karena itu urung mengatakan tentang hal itu. Anthony menundukan kepalanya lalu berbisik, "Kita tidak akan bercerai, Coba saja lari. Kita lihat apa kau mampu atau tidak?" Anthony melepaskan kungkungannya, lalu pergi meninngalkan Alicia. Lalu kali ini dia yang
Anthony mendudukan Lionel di sofa, "Tuan, Nyonya!" sapa Anthony sembari sedikit menundukan kepalanya, memberi hormat pada yang lebih tua. "Kalian sudah menikah berapa tahun?" tanya Tuan Yin."Satu tahun!" jawab Anthony. "Satu tahun, lalu Ini ... maksudku kalian bukan ayah dan ibu Lionel!" tanya Nyonya Yin dengan nada yang terdengar sedikit kecewa, karena mengetahui jika Lionel bukan anak kandung Alicia. Anthony menjelaskan jika Lionel juga bukan putra kandungnya, hanya seorang keponakan yang ada dibawah pengasuhannya saja. "Tuan Smith, bisa kita bicara serius!" ujar Tuan Yin. Anthony pun mengantarkan Lionel kepada pelayan. "Bawa dia ke kamarnya!" Hati Alicia semakin berdebar, mencoba menebak arah pembicaraan mereka nanti, hanya saja otaknya seperti berhenti memuat, sehingga tidak bisa mendapatkan petunjuk. "Silakan Tuan, jika ada hal yang ingin dibicarakan!" imbuh Anthony dengan sopan."Kedatangan kami ingin menjemput putri kami!" jawab Tuan Yin tanpa berbasa-basi. "Menjemput
Melihat jika keluarga Yin, sudah begitu baik denganya maka Alicia pun menerima ajakan makan siang dari Claudius. Claudius membawa Alicia pergi ke taman. "Nyonya Yin memasakan ini khusus untukmu!" "Ini adalah minuman sarang burung walet!" kata Claudius lagi. "Minuman sarang burung walet terbuat dari campuran sarang burung walet, air, dan bahan tambahan lainnya. Sarang burung walet memiliki tekstur yang kering, tetapi setelah diolah teksturnya menjadi lebih lembut dan kenyal.""Sarang walet dapat mencegah pengentalan darah yang menyebabkan penyakit jantung. Kandungan di dalamnya memiliki efek yang mirip dengan obat penurun kolesterol," jelas panjang lebar Claudius."Dulu Nyonya Yin, selalu memasakan ini untuk Ariana. Jadi mungkin ini diberikan kepadamu, agar jantungmu sehat!" ujar Claudius lagi."Apakah dia pergi karena terkena serangan jantung!" tanya Alicia. Claudius mengangguk dengan wajah sendu. "Dia masih terlalu muda!" "Dia beruntung memiliki seseorang yang sangat mencintainy
"Jadi, bagaimana?" tanya Anthony dengan hati yang tidak sabar. "Kalian bisa lihat sendiri!" jawab Megan seraya memperlihatka layar laptopnya kepada Dixon dan Anthony.Kedua mata Anthony tidak berkedip, layar laptop itu dipenuhi foto dirinya dengan Alicia dan semuanya sama-sama memancarkan senyuman bahagia. "Hei, sedari tadi kau tidak berkedip!" ujar dixon membuyarkan tatapan Anthony kepada istrinya. "I-ini ... kami sudah saling jatuh cinta Dan, sekarang bahkan ketika aku melupakannya, dia sekali lagi berhasil membuatku jatuh cinta kepadanya!" pikir Anthony. "Tapi, mengapa ketika kami mencari jejak digital ini. Tapi tidak menemukan sama sekali?" tanya heran Dixon. "Sudah jelas ada pihak yang tidak ingin ini terkuak!" jawab sederhana Megan Chu. "Wah, orang itu benar-benar hebat kemampuannya!" ujar Dixon. "Apa kau bisa mencari tahu pelakunya?" tanya Anthony. "Apa itu penting?" tanya Megan. "Iya," jawab Anthony tanpa terdengar ada sedikit keraguan dalam nada suaranya. "Ok, aku
Bahkan Anthony tidak lupa membawakan buku cerita dongeng. "Gajah yang pelupa!" gumam pelan Alicia membaca judul buku untuk dongeng pengantar tidur malam ini. Anthony dan Lionel telah selesai mandi, Saatnya Alicia yang mandi sekarang. Anthony mengganti jubah handuknya dengan piyama, lalu memakaikan Lionel Piyama yang sama dengan miliknya, "Nah, saatnya membaca buku dongeng!" ujar Anthony. Lionel pun patuh dan naik ke atas ranjang, pada saat ini hatinya merasa senang karena bisa tidur satu kamar dengan Mama, papanya. Anthony pun mulai membacakan cerita "Gajah yang pelupa"Tepat ketika Alicia selesai mandi, Anthony baru saja selesai membaca cerita itu. "Jadi apa pesan moral dari cerita ini?" " Eum jika kita pelupa, seharusnya mencatatnya di buku agar tidak terus lupa seperti Peter si Gajah Pelupa.""Lalu apa lagi?" tanya Anthony."Jika memiliki teman yang pelupa, maka harus selalu ingatkan mereka agar tidak lupa," jawab Lionel.Anthony pun menatap kepada Alicia, "Yang sebaiknya meman
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin