Alea kembali berdiri di dalam lift yang tertutup bersama Anmar Haris, pria yang selalu berlebihan untuk sekedar dia pikirkan. Entah hal gila apa yang membuat Alea tadi setuju untuk ikut masuk ke dalam lift bersamanya. Alea juga masih belum lupa sama sekali dengan kejadian di dalam lift tempo hari. Alea masih ingat seperti apa rasa dan tekstur dari bibir pria itu ketika tiba-tiba mendesak dan menggigitnya. Syaraf Alea kembali menegang tapi dia juga ingin membuktikan jika dirinya seharusnya bukan pengecut.
"Aku sudah berjanji untuk menghormatimu, jangan takut padaku." Suara pria itu selalu terdengar agak serak dan berat layaknya pria dewasa akhir dua puluhan, tinggi tegap dan tampan. Sangat tampan hingga Alea tidak berani lama-lama memandangnya.
"Ya," Alea mengangguk setelah menatapnya beberapa saat untuk meyakinkan dirinya tidak akan a
YUK VOTE YA
Alea masih terduduk bingung di kamar kostnya, Alea tidak percaya dengan apa yang telah dia bahas bersama pak Anmar Haris siang ini. Pria itu menawarkan pernikahan untuknya, dan memberi waktu pada Alea untuk memikirkannya dulu. Alea masih ingin menyelesaikan kuliahnya, bekerja dan melakukan banyak hal seperti cita-citanya selama ini, bukan menikah. Tapi tadi pria itu juga berjanji akan bersama Alea mewujudkan semuanya, bahkan menjanjikan masa depan yang lebih baik untuk adik-adiknya di panti. Pak Anmar Haris juga bukan pria yang buruk karena itu Alea merasa sangat tidak masuk akal hingga ia ingin kembali mencubit lengannya sendiri. Setelah menghela napas dalam dan mengehembuskanya lagi pelan-pelan akhirnya Alea memberanikan diri untuk menelepon bunda Yuli. Panggilannya juga langsung diangkat seolah ibu asuhnya itu sudah tahu jika Alea akan menelepon. Setelah mengucapkan salam seperti bia
Alea berangkat bekerja dengan dada berdebar-debar, pikirannya masih belum bisa beranjak dari sosok Anmar Haris yang terlalu berlebihan untuk dia pikirkan. Bagaimana Alea bisa beraktifitas normal jika napas, otak, hati, dan jantungnya sudah terkontaminasi separah ini. Alea memang masih sangat lugu belum pernah benar-benar suka atau tertarik dengan teman pria dan bosnya itu jelas bukan cuma sekedar pria. Anmar Haris adalah pria yang terlalu sempurna dari berbagai sudut pandang dan kemarin pria itu menawarinya pernikahan. Meskipun Alea sudah mencubiti lengannya sendiri berulang kali tetap saja rasanya seperti mimpi yang sulit dipercaya, terlalu indah, terlalu berbunga-bungan, dan mendebarkan untuk dipikirkan. Namanya mimpi pastinya jauh dari kenyataan cuma indah dalam angan. Alea jadi membayangkan dirinya sendiri yang cuma mahasiswa dari panti asuhan, biasa naik angkutan umum dan tin
Alea baru kembali ke tempat uduknya saat Sofie kembali mengajaknya bicara. "Akhir pekan ini adikku ulang tahun, kami mengadakan acara kecil-kecilan apa kau mau datang?" "O, tentu." Alea menyambut dengan gembira karena dia juga ingin bertemu dengan adik-adik Sofie yang selama ini cuma sering Alea dengar ceritanya keributannya pada dasarnya Alea memang menyukai keributan anak-anak yang membuatnya rindu dengan suasana panti. "Datang lah besok sore jam lima, nanti akan ku share lokasinya, naik ojol aja karena rumahku masuk gang." "Ya." Alea mengangguk kemudian melanjutkan sisa pekerjaannya. Karena hari Jumat kali ini mereka semua pulang lebih cepat, Alea bisa pulang barengan dengan
"Apa kau sudah memikirkannya Alea?" tanya bunda Yuli ketika mereka sama-sama meperhatikan pria yang kali ini sedang mencuci tangannya di wastafel bersama anak-anak yang juga baru selesai makan. "Dia ingin menikahimu, akan memberimu tangungjawab. Pria seperti itu tidak akan datang setiap hari Alea." "Bunda benar," Alea setuju. Bunda Yuli meraih tangan Alea dan menggenggamnya untuk tersenyum. "Lihatlah, dia sangat rupawan, pasti kau juga senang melihatnya." Alea juga tidak pernah berpikir bakal melihat pria seperti pak Anmar Haris sampai mau datang ketempat mereka dan tanpa canggung berbaur dengan anak-anak di panti, ikut makan bersama dan tetap menaruh hormat pada siapapun meski dia seorang bos besar. "Kami semua juga terkejut ketika kemarin dia datang sendiri kemari untuk langsung terus terang memintamu. Dia juga bersumpah akan menunggumu sampai kau mau." Alea mendengarkan nasehat ibu asuhnya sambil masih memperhatikan pak Anma
Walaupun dadanya terasa keras tapi hangat dan harum sampai Alea ingin terus memejamkan mata untuk kembali mengingat seperti apa rasanya, dan ternyata Alea juga sudah tidak ingin dilepaskan lagi. Alea kembali menelusuri jejak kemerahan di sisi lehernya yang berulang kali juga membuatnya merinding. Entah bagaimana pria itu bisa sangat tidak bertanggung jawab seperti ini, meninggalkan jejak bukan hanya di permukaan kulitnya tapi juga di hatinya yang terus menghangat dan berdebar. Alea juga sedang meraba dadanya sendiri sambil berbaring di atas ranjang dan tetap tidak bisa memejamkan mata meskipun sudah hampir lewat tengah malam. Otaknya benar-benar sedang tidak bisa dihentikan untuk terus memikirkannya. Tiba-tiba sebuah pesan masuk dan membuat layar ponsel Alea berkedip. Cuma sepenggal nama tapi selalu mampu membuat dada Alea berdebar-de
"Kenapa tidak kau makan?" tanya Sofie melihat makanan di depan Alea yang belum disentuh, cuma dibuka kotaknya. Baru kemudian Alea mengambil satu tusuk untuk dia suapkan ke dalam mulutnya. Mereka sedang istirahat, biasannya akan Alea gunakan untuk makan siang karena dia juga tidak pernah keluar dari kantor. Hari ini Alea juga mendapat kiriman makanan yang sebenarnya enak tapi Alea sedang kehilangan napsu makan karena memikirkan pesan terakhir pak Anmar Haris. Alea merasa benar-benar bodoh karena tidak tahu apa yang harus dia persiapkan untuk seorang pria sementara dia sudah setuju untuk dinikahi Jumat ini. Alea sampai terpikir untuk browsing di internet karena bertanya pada bunda Yuli pasti juga akan sangat memalukan. Selama ini Alea hanya tahu menjaga tubuhnya dengan bersih tidak pernah melakukan perawatan macam-macam sepeti kebanyaka
Selasa pagi Sofie kembali datang lebih dulu dari Alea dan langsung menyambutnya dengan pertanyaan. "Apa kemarin kau bertemu bang Toriq?" "Ya," jawab Alea sambil menghidupkan layar komputernya. "Pantas dia langsung bertanya, apa kau sudah memiliki kekasih?" Alea langsung mengerutkan Alis karena cemas dengan kelanjutan pertanyaan Sofie. "Kuberi tahu saja jika kau sudah dilamar." Sofie mengatakannya sambil mengedikkan bahu dan bibir cemberut masam utuk bersimpati pada nasib sepupunya. "Apa kemarin kau bersama tunanganmu?" "Ya."
Rabu pagi Anmar Haris sudah tiba di tempat kost Alea untuk mengantarkan Alea pulang ke panti. Sebenarnya rencananya kemarin sore tapi karena Alea juga harus berkemas akhirnya Alea minta diantar pagi. Barang-barang Alea tidak banyak tapi karena setelah menikah dia sudah tidak akan kembali ke tempat kostnya jadi Alea harus membawa pulang semuanya. Alea menjejalkan semua pakaian dan barangnya yang lain dalam dua koper berukuran sedang, Alea sudah minta bantuan pak Salim untuk membawanya turun tapi yang naik ternyata malah pak Anmar Haris. Alea terkejut tapi pria itu tetap menghampirinya. "Kemari biar kuangkat?" "Ini berat Pak." "Jangan terus memanggilku, Pak," protes Anmar sebelum menenteng kedua koper Alea sekaligus. "Biar yang satu
"Aku tidak percaya akan melihat hari seperti ini," tuntut Mike ketika harus menelan kekecewaan pada wanita yang ingin dia genggam hatinya. "Kau pilih menikah dengannya pria yang bahkan baru kau kenal setelah lima tahun kita menjalani komitmen." "Ini bukan pilihan tapi keputusanku." "Kau membuat keputusanmu sendiri, kau sangat tidak masuk akal Alea!" tegas Mike "Aku hampir sinting mencarimu, aku tidak menemukanmu di partemen atau di rumah sakit, tidak ada yang memberitahuku dan ponselmu juga tidak pernah bisa dihubungi. Kemudian lihat apa yang kutemukan sekarang!" Mike mulai mengeraskan suaranya dan Troy sudah tidak tahan untuk berdiri menghampiri mereka. "Biarkan Alea meny
Keluarga Alea di panti asuhan benar-benar sangat luar biasa hingga Tuan Herlambang juga tidak bisa berhenti untuk terus bersyukur karena tahu putrinya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya. Berulang kali manusian tidak akan pernah tahu bagaimana cara Tuhan akan membalas amal dan dosa. Mungkin karena kebaikan nyonya serta tuan Herlambang yang juga sangat dermawan maka di manapun putrinya berada dia tetap terjaga dengan baik, dikelilingi orang-orang baik yang selalu menolongnya, dan dipertemukan dengan jodoh yang baik. Kadang buah dari keikhlasan yang ditabur orang tua juga bisa mengalir sebagai rizki untuk anak-anaknya kelak, karena mereka juga termasuk kebahagiaan dan ladang amal orang tuanya yang tidak akan terputus. Bagi Tuan Herlambang menyaksikan dua anak perempuannya yang tiba-tiba sudah tumbuh dewasa dan saling menyayangi adalah berkah yang luar biasa. Mereka juga a
Anmar menarik Alea lebih merapat untuk dia cium dengan intens dan dia raba perutnya. Dunianya sedang sangat bahagia, Anmar sudah tidak sabar untuk menunggu kehadiran buah cinta mereka. Miliknya yang sedang tumbuh di dalam tubuh Alea, wanita yang rasanya memang sudah dia tunggu untuk kembali menjadi miliknya. Wanita yang selalu ada dalam setiap doa-doanya dan wanita yang telah berjuang menjaga diri untuknya. Kadang rasanya memang seperti ujung dari perjuangan dan perjalanan panjang, perjuangan dari kesabaran dan doa. "Sungguh aku tidak pernah berpikir jika akan ada hari seperti ini." "Jangan gugup, aku yakin mereka juga akan sangat menyukaimu sepertiku." Anmar kembali menciumi Alea, walaupun alasannya untuk menenangkan Alea tapi sebenarnya Anmar memang suka melakukannya, dia suka menciumi Alea seperti itu jika sedang tidak
Kondisi Nyonya Camila sudah jauh membaik dan mulai beraktifitas normal paska serangan terakhirnya kemarin tapi kali ini nyonya Camila mulai rewel untuk makan. Nyonya Camila masih ingat seperti apa rasanya ketika mengira dirinya telah kehilangan seorang putra. Meski sekarang Nyonya Camila menyesal dengan semua sikapnya kemarin tapi sepertinya tidak akan mudah untuk membuat anak-anak kembali terutama Anmar dan keteguhannya. Hidup kesepian di hari tua sepertinya memang akan menjadi hukuman yang layak baginya. Celina akan datang setiap siang untuk mengontrol obatnya yang harus diminum rutin dan membujuk Nyonya Camila agar mau makan. Memiliki dua anak laki-laki ternyata membuatnya kesepian, Troy yang suka bepergian sesuka hati dan Anmar yang pilih menjaga jarak membuatnya semakin sedih sebagai seorang ibu. Walaupun sudah terlalu tua untuk merajuk dan mencari perhatian dari putra-putranya tap
Dokter Alea langsung menunjukkan foto yang kemarin dia ambil bersama saudarinya. "Sepertinya Papa dan Mama memiliki putri yang lain." "Apa maksudmu?" tanya Tuan Herlambang masih bingung ketika memperhatikan foto di layar ponsel putrinya. "Sepertinya ada yang menukar kami saat masih bayi itulah kenapa aku dan Lisa tidak pernah mirip dan justru ada Alea yang lain di luar sana." "Alea!" kutip Nyonya Herlambang dengan manik mata membulat. "Ya, nama panjang kami juga sama persis." "Mustahil." Kali ini kedua orang tua Dokter Alea sama-sama terkejut. "Dia istri dari kakak laki-laki
"Seorang kekasih?" tanya Troy. "Ya, kami sudah bersama selama lima tahun." "Aku bisa melamarmu dan memberi cincin yang lebih pas untuk jari manismu." Dokter Alea langsung berjengit mendengar ucapan Troy yang bisa begitu enteng membicarakan lamaran seperti lelucon. "Kau tidak bia seperti itu." "Aku bisa, aku bisa menikahimu!" "Aku sudah lima tahun menjalin hubungan yang stabil." Dokter Alea ingin Troy berhenti mengajaknya bercanda. "Masih ada banyak tahun lagi ke depan, lima tahun tidak akan ada apa-apanya!" keras Troy. "Aku tidak bisa seperti itu!" tegas Dokter Alea begitu s
"Mustahil!" Anmar juga terkejut ketika mengetahui Alea benar-benar ada dua. Walaupun Anmar langsung bisa membedakan yang mana istrinya tapi memang tetap sangat aneh bisa ada dua orang yang sangat mirip bukan hanya fisiknya tapi juga namanya. "Sepertinya kita memang harus menemui bunda Yuli!" Anmar menoleh pada Alea. "Semoga mereka punya jawaban masuk akal untuk semua ini, karena mustahil jika kalian tidak memiliki kekerabatan sama sekali." Apa lagi Anmar juga ingat jika istrinya sedang mengandung anak kembar. Anmar juga sepakat dengan Troy jika kedua Alea yang ada di hadapan mereka kali ini adalah saudara meskipun tanpa harus melakukan tes DNA sekalipun. Sudah sejak lama Alea ingin mengetahui siapa orang tuanya, sesuatu yang selama ini Alea pikir mustahil dan seperti jalan buntu. Ta
"Sumpah aku baik-baik saja, kau boleh menanyakan tanggal lahirku dan aku bisa menjawab dengan benar!" Troy terus berusaha meyakinkan jika tidak ada masalah di kepalanya. "Keluargaku kenal baik dengan ibumu, ayahku bisa ikut malu jika aku sampai salah diagnosa menanganimu." "Kau masih Dokter muda?" tebak Troy. "Ya." "Tapi kau putri dari pemilik rumah sakit ini?" "Ya, kau pati langsung tahu dari nama belakangku." Dokter Alea terlihat pasrah saat identitasnya bisa begitu mudah untuk ditebak oleh pemuda itu padahal dia sengaja tidak pernah memakai nama panjang di jasnya selama ikut program kerja di rumah sakit milik keluarganya sendiri agar tidak ketahuan.
Jika melihat kondisi mobil yang dikendarai Troy nampaknya memang mustahil siapapun bisa selamat. Nyonya Camila langsung jatuh pingsan begitu mendengar berita kecelakaan yang menimpa putra keduanya. Tadi Troy sudah dia peringatkan agar tidak pergi tapi anak itu tetap bersikeras dan mengabaikan semua peringatan ibunya. Nyonya Camila juga sempat sangat sedih karena kedua putranya jadi tidak ada yang mau perduli mendengarkannya hanya karena seorang wanita. Tidak ada yang bisa dia salahkan selain Alea untuk semua bencana ini. Ketakutan seorang ibu ketika hanya memiliki anak laki-laki adalah saat kelak anak laki-lakinya akan pergi meninggalkannya demi seorang wanita. Walaupun tidak selalu seperti itu tapi nyatanya Anak perempuan tetap lebih dianggap mampu untuk mengurus dan menjaga ibunya. Semuanya sangat kacau karena kondisi nyonya Camila