"Ayahmu adalah seorang koruptor, sekarang semua orang di seluruh penjuru negeri ini juga menbencinya. Walaupun kau tidak tahu apa-apa tapi mereka semua mengenalmu sebagai putri Herlambang dan tidak akan mudah untukmu mendapatkan pekerjaan di manapun, Alea."
Bibi Rosita masih terus bicara sambil mengajak duduk keponakannya baik-baik.
"Sekarang juga sudah tidak ada yang membiayai kuliahmu. Bibi serta paman-pamanmu hanya bisa bantu mengurus ibumu sebisa kami dan tidak mungkin selamanya kami bisa mengurus kalian."
Alea sudah tidak bisa menangis lagi, air matanya sudah kering sejak dua bulan yang lalu ketika ayahnya tersangkut masalah korupsi dan tertangkap tangan di sebuah hotel bersama teman wanitanya. Karena berita itu ibu Alea juga langsung terkena serangan struk dan sekarang dirawat oleh keluarga paman serta bibinya.
Kekayaan keluarga Alea dibekukan oleh negara. Sekarang Alea bukan hanya tidak bisa melanjutkan kuliah lagi tapi dia benar-benar sudah ikut tidak memiliki masa depan. Semua orang membencinya dan benar apa yang dikatakan bibi Rosita 'dia juga tidak akan diterima bekerja di manapun!'
Walaupun seorang anak tidak tahu apa-apa mengenai perbuatan orang tuanya tapi nyatanya dia tetap ikut dihakimi atas dosa mereka.
"Jika kau mau mendengarkan saran pamanmu, menikahlah saja dan terima lamaran tuan Anmar kemarin. Toh, sebentar lagi umurmu juga sudah dua puluh tahun tidak apa-apa menikah agar ada yang mengurus kalian."
Alea masih diam belum bicara apa-apa. Meskipun bibinya bicara pelan-pelan dan tidak ingin memaksa tapi dengan sama sekali tidak diberi pilihan maka artinya akan sama saja. Alea yakin bibi Rosita juga disuruh oleh paman-pamannya untuk membujuk Alea supaya mau menerima lamaran tuan Anmar, seorang duda beranak satu yang anak laki-lakinya juga merupakan teman Alea di kampus.
Alea merasa masih sangat muda, belum mau menikah, Alea masih sanggup bekerja untuk membiayai ibunya, 'tapi siapa yang mau menerima anak seorang koruptor seperti dirinya?' Semua penduduk negeri ini sedang mengutuk keluarganya. Bahkan keluarga paman dan bibinya juga ikut malu dengan kasus korupsi ayahnya. Andai saja Alea tidak ingat masih memiliki ibu pasti dia sudah kabur sejauh mungkin entah ke mana agar tidak merepotkan mereka semua, tapi Alea sedang tidak memiliki banyak pilihan.
"Menurutku tuan Anmar juga tidak buruk. Dia masih bisa memberimu seorang anak, dan ingat Alea!" bibi Rose kembali mengingatkan, "tidak banyak pria yang mau menikahi anak seorang koruptor. Tuan Anmar mau menikahimu karena dia masih ingin memiliki keturunan dari wanita yang lebih muda."
Tanpa kenal putus asa bibi Rosita terus membujuk keponakannya. Pada kenyataannya keluarga mereka bukan keluarga kaya, mustahil mereka bisa terus menanggung biaya hidup Alea serta ibunya.
"Aku masih belum bisa berpikir Bibi tolong beri aku waktu," hanya itu yang bisa diucapkan Alea.
Sang bibi meraih tangan Alea dan mengenggamnya layaknya seorang ibu.
"Bibi mengerti, Alea. Bibi mengerti perasaanmu. Tapi seperti yang Bibi katakan tadi, tuan Anmar orang yang baik. Bibi yakin nanti kau akan mengerti jika di dalam rumah tangga wanita tidak cuma membutuhkan cinta yang menggebu-gebu, kita perlu seseorang yang lebih tenang sebagai sandaran."
Akhirnya Alea mengangguk. "Aku ingin bertemu dengannya dulu."
Bibi Rosita langsung tersenyum meskipun sambil menahan isakan haru. "Percayalah Alea tuan Anmar bukan pria yang buruk dia juga masih tampan andai saja kau mengerti nantinya."
Tentu Alea sudah pernah melihat tuan Anmar, dia pengusaha kaya raya, duda dengan satu anak. Walaupun masih terlihat gagah dan berkarisma tapi tetap saja pria empat puluh tahun akan lebih cocok sebagai ayah Alea. Tuan Anmar sudah dua puluhan tahun menduda sejak kepergian istrinya, dan tiba-tiba mau kembali menikah karena ingin memiliki keturunan lagi.
Dari beberapa pilihan antara dijemput di rumah, diantar ke rumah tuan Anmar, atau datang ke kantornya, ternyata Alea pilih datang sendiri ke kantornya. Entah apa alsan Alea, tapi dalam bayangannya bertemu dengan seseorang dalam suasana kantor sepertinya tidak akan terlalu menakutkan walau ternyata anggapannya tidak selalu benar. Alea sudah menjadi pusat perhatian sejak dirinya mulai masuk dari pintu lobi. Alea baru sadar jika dirinya sudah salah kostum karena datang ke gedung perkantoran semewah itu hanya dengan memakai celana jeans dan sweater rajut. Alea terus berjalan mengabaikan pandangan sebagian orang, dia langsung masuk ke dalam lift menuju lantai yang tadi sudah diberitahukan oleh resepsionis. Selama di dalam lift Alea terus berusaha mengabaikan semua ketakutannya dan berpur
Alea baru mau keluar dari pintu Lobi ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. "Alea!" Gadis itu langsung berpaling ke asal suara yang memanggilnya dengan sangat familiar meskipun dari nadanya kelihatan sekali jika Troy terkejut melihatnya Alea di tempat itu. "Kau dari mana?" tanya Troy ketika menghampiri Alea. "Aku mau pulang," jawab Alea buru-buru. Padahal Troy bertanya Alea 'dari mana' bukan dia 'mau ke mana'. Troy jadi meneliti penampilan Alea yang terlihat santai hanya dengan celana Jeans dan sama sekali tidak terlihat seperti seseorang yang sedang baru melakukan wawancara kerja. "Aku sedang mencari informasi pekerjaan." "Ini perusahaan keluargaku, kenapa kau tidak tanya padaku?" "Oh, aku tidak tahu." Alea pura-pura terkejut dengan manik mata kecoklatannya yang membulat. "Aku bisa membantumu." "Oh, tidak sepertinya aku akan mencari yang lebih sesuai dengan dasar pendidikanku." T
DUA MINGGU SEBELUMNYA"Alea Marisa Herlambang."Tuan Anmar langsung kembali mendongak dari berkas yang baru dibacanya untuk bertanya pada kepala cabang personalianya. "Herlambang?" tanya pria karismatik itu hingga dahinya berkerut."Ya, Tuan Anmar, itu putri dari adik saya." Awalnya Kamir masih takut-takut untuk mengajukan berkas lamaran pekerjaan keponakanya itu karena kasus korupsi dari adik laki-lakinya yang sedang panas di perbincangkan."Keponakanku sangat membutuh pekerjaan untuk bisa mengurus ibunya yang sedang terkena serangan struk. Dia juga sudah terpaksa berhenti dari kuliah karena sudah tidak ada lagi yang bisa membiayainya. Jadi saya mohon kemurahan hati Anda agar keponakan saya bisa bekerja di sini."Tuan Anmar te
Meskipun akhirnya Alea setuju mengenai pernikahannya, tapi sebenarnya mereka semua tidak ada yang tahu mengenai apa yang sudah dibahas Alea bersama tuan Anmar ketika mereka bertemu di kantornya kemarin. Bahkan Alea juga tidak berani memberi tahu ibunya jika dirinya sudah menerima lamaran dari seorang duda berumur empat puluh tahun. Malam ini kedua paman Alea berkumpul di rumah paman Kamir untuk menyambut kedatangan tuan Anmar yang akan bertamu ke rumah mereka. Dari sore bibi Rosita dan bibi Mala sudah sibuk merapikan rumah dan mengganti taplak meja agar rumah mereka terlihat rapi. Akan kedatangan tamu seperti tuan Anmar ternyata membuat mereka semua panik. Belum apa-apa Alea juga seperti ikut gugup dan takut. Alea tahu dirinya sudah tidak bisa mundur lagi karena akan membuat malu keluarganya. Sebentar lagi Tuan Anmar akan datang untuk membicarakan perihal pernikahan mereka, sesuatu yang sama sekali belum berani Alea bayangkan. "Kak Alea mau menikah?" tanya sa
Alea sedang membatu kedua sepupu kembarnya untuk mengerjakan tugas sekolah ketika bibi Rosita ikut menengok ke dalam kamar untuk memangilnya. "Alea, ada temanmu." "Siapa Bibi?" tanya Alea yang baru mendongak dari lembar buku paket yang sedang dia baca. "Anak laki-laki tuan Anmar." Seketika Alea langsung menutup buku di pangkuannya dan bergegas berdiri untuk keluar mengikuti bibinya. "Kak Troy," sapa Alea ketika melihat Troy masih berdiri di ambang pintu dan Alea tetap saja terkejut dengan kedatangan tiba-tibanya. "Maaf aku tidak memberitahu jika akan ke mari." "Tidak, apa-ap
"Alea kau jangan ke mana-mana, hari ini tuan Anmar akan ke mari."Bibi Rosita baru kembali dari arisan keluarga ketika membawa berita itu untuk Alea."Tuan Anmar ingin mengajakmu ke luar," lanjut bibi Rosita.Alea belum selesai dari keterkejutannya yang pertama dan sekarang sudah terkejut lagi karena akan di bawa keluar oleh tuan Anmar."Mau ke mana, Bibi?" tidak tahu kenapa tiba-tiba Alea panik meskipun tidak berani menunjukkan kecemasannya."Aku juga tidak tahu, pamanmu juga cuma berpesan seperti itu."Bibi Rosita sudah kembali pergi dan masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian.
Tuan Anmar sudah kembali memegang kemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Mobil mahal berbodi kokoh itu mulai berjalan meninugalkan gang komplek menuju jalan utaman sehingga tidak terlalu terlihat mencolok lagi. Alea sempat menyibukkan otaknya dengan berpikir jika mobil tersebut mungkin dilapisi baja anti peluru karena bodinya sangat tidak biasa, gelap tapi tetap elegan dengan nuansa yang sulit untuk dijelaskan. Tak mengherankan jika Troy juga memiliki selera yang tinggi mengenai kendaraannya, ibarat buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Untuk sekian kalinya Alea menyimpulkan jika mereka mirip, bukan cuma secara fisik tapi juga gaya.Tiba-tiba ponsel tuan Anmar yang terletak di atas dashboard menyala dan Alea langsung memperhatikan tampilan wallpaper. Sepertinya itu foto tuan Anmar dan putranya beberapa tahun lalu ketika Troy mungkin masih berumur belasan tahun. Mereka sedang tersenyu
Karena semalam Alea tidak juga membuka pesannya, pagi harinya Troy kembali mengirim pesan ke pada Alea yang isinya masih sama saja. [Alea] cuma seperti itu lagi. Seolah Troy hanya sekedar ingin memanggil Alea agar gadis itu mau menoleh dan menghiraukan pesannya, tapi ternyata tidak sama sekali. Alea tetap tidak membuka pesan darinya meskipun Troy melihat jaringannya aktif. Kemarin bibi Rosita juga mengatakan kepada Troy jika Alea pergi dengan teman laki-laki, jadi mau tidak mau Troy mulai berpikir mungkin ia sedang mengganggu Alea. Troy kesal merasa seperti itu, Troy tidak pernah ingin mendekati seorang gadis seperti dirinya ingin mendekati Alea. Tapi jika benar Alea sudah memiliki seseorang, Troy juga tidak ingin menjadi pemuda brengsek yang tiba-tiba mengganggu hubungan mere
"Aku tidak percaya akan melihat hari seperti ini," tuntut Mike ketika harus menelan kekecewaan pada wanita yang ingin dia genggam hatinya. "Kau pilih menikah dengannya pria yang bahkan baru kau kenal setelah lima tahun kita menjalani komitmen." "Ini bukan pilihan tapi keputusanku." "Kau membuat keputusanmu sendiri, kau sangat tidak masuk akal Alea!" tegas Mike "Aku hampir sinting mencarimu, aku tidak menemukanmu di partemen atau di rumah sakit, tidak ada yang memberitahuku dan ponselmu juga tidak pernah bisa dihubungi. Kemudian lihat apa yang kutemukan sekarang!" Mike mulai mengeraskan suaranya dan Troy sudah tidak tahan untuk berdiri menghampiri mereka. "Biarkan Alea meny
Keluarga Alea di panti asuhan benar-benar sangat luar biasa hingga Tuan Herlambang juga tidak bisa berhenti untuk terus bersyukur karena tahu putrinya dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya. Berulang kali manusian tidak akan pernah tahu bagaimana cara Tuhan akan membalas amal dan dosa. Mungkin karena kebaikan nyonya serta tuan Herlambang yang juga sangat dermawan maka di manapun putrinya berada dia tetap terjaga dengan baik, dikelilingi orang-orang baik yang selalu menolongnya, dan dipertemukan dengan jodoh yang baik. Kadang buah dari keikhlasan yang ditabur orang tua juga bisa mengalir sebagai rizki untuk anak-anaknya kelak, karena mereka juga termasuk kebahagiaan dan ladang amal orang tuanya yang tidak akan terputus. Bagi Tuan Herlambang menyaksikan dua anak perempuannya yang tiba-tiba sudah tumbuh dewasa dan saling menyayangi adalah berkah yang luar biasa. Mereka juga a
Anmar menarik Alea lebih merapat untuk dia cium dengan intens dan dia raba perutnya. Dunianya sedang sangat bahagia, Anmar sudah tidak sabar untuk menunggu kehadiran buah cinta mereka. Miliknya yang sedang tumbuh di dalam tubuh Alea, wanita yang rasanya memang sudah dia tunggu untuk kembali menjadi miliknya. Wanita yang selalu ada dalam setiap doa-doanya dan wanita yang telah berjuang menjaga diri untuknya. Kadang rasanya memang seperti ujung dari perjuangan dan perjalanan panjang, perjuangan dari kesabaran dan doa. "Sungguh aku tidak pernah berpikir jika akan ada hari seperti ini." "Jangan gugup, aku yakin mereka juga akan sangat menyukaimu sepertiku." Anmar kembali menciumi Alea, walaupun alasannya untuk menenangkan Alea tapi sebenarnya Anmar memang suka melakukannya, dia suka menciumi Alea seperti itu jika sedang tidak
Kondisi Nyonya Camila sudah jauh membaik dan mulai beraktifitas normal paska serangan terakhirnya kemarin tapi kali ini nyonya Camila mulai rewel untuk makan. Nyonya Camila masih ingat seperti apa rasanya ketika mengira dirinya telah kehilangan seorang putra. Meski sekarang Nyonya Camila menyesal dengan semua sikapnya kemarin tapi sepertinya tidak akan mudah untuk membuat anak-anak kembali terutama Anmar dan keteguhannya. Hidup kesepian di hari tua sepertinya memang akan menjadi hukuman yang layak baginya. Celina akan datang setiap siang untuk mengontrol obatnya yang harus diminum rutin dan membujuk Nyonya Camila agar mau makan. Memiliki dua anak laki-laki ternyata membuatnya kesepian, Troy yang suka bepergian sesuka hati dan Anmar yang pilih menjaga jarak membuatnya semakin sedih sebagai seorang ibu. Walaupun sudah terlalu tua untuk merajuk dan mencari perhatian dari putra-putranya tap
Dokter Alea langsung menunjukkan foto yang kemarin dia ambil bersama saudarinya. "Sepertinya Papa dan Mama memiliki putri yang lain." "Apa maksudmu?" tanya Tuan Herlambang masih bingung ketika memperhatikan foto di layar ponsel putrinya. "Sepertinya ada yang menukar kami saat masih bayi itulah kenapa aku dan Lisa tidak pernah mirip dan justru ada Alea yang lain di luar sana." "Alea!" kutip Nyonya Herlambang dengan manik mata membulat. "Ya, nama panjang kami juga sama persis." "Mustahil." Kali ini kedua orang tua Dokter Alea sama-sama terkejut. "Dia istri dari kakak laki-laki
"Seorang kekasih?" tanya Troy. "Ya, kami sudah bersama selama lima tahun." "Aku bisa melamarmu dan memberi cincin yang lebih pas untuk jari manismu." Dokter Alea langsung berjengit mendengar ucapan Troy yang bisa begitu enteng membicarakan lamaran seperti lelucon. "Kau tidak bia seperti itu." "Aku bisa, aku bisa menikahimu!" "Aku sudah lima tahun menjalin hubungan yang stabil." Dokter Alea ingin Troy berhenti mengajaknya bercanda. "Masih ada banyak tahun lagi ke depan, lima tahun tidak akan ada apa-apanya!" keras Troy. "Aku tidak bisa seperti itu!" tegas Dokter Alea begitu s
"Mustahil!" Anmar juga terkejut ketika mengetahui Alea benar-benar ada dua. Walaupun Anmar langsung bisa membedakan yang mana istrinya tapi memang tetap sangat aneh bisa ada dua orang yang sangat mirip bukan hanya fisiknya tapi juga namanya. "Sepertinya kita memang harus menemui bunda Yuli!" Anmar menoleh pada Alea. "Semoga mereka punya jawaban masuk akal untuk semua ini, karena mustahil jika kalian tidak memiliki kekerabatan sama sekali." Apa lagi Anmar juga ingat jika istrinya sedang mengandung anak kembar. Anmar juga sepakat dengan Troy jika kedua Alea yang ada di hadapan mereka kali ini adalah saudara meskipun tanpa harus melakukan tes DNA sekalipun. Sudah sejak lama Alea ingin mengetahui siapa orang tuanya, sesuatu yang selama ini Alea pikir mustahil dan seperti jalan buntu. Ta
"Sumpah aku baik-baik saja, kau boleh menanyakan tanggal lahirku dan aku bisa menjawab dengan benar!" Troy terus berusaha meyakinkan jika tidak ada masalah di kepalanya. "Keluargaku kenal baik dengan ibumu, ayahku bisa ikut malu jika aku sampai salah diagnosa menanganimu." "Kau masih Dokter muda?" tebak Troy. "Ya." "Tapi kau putri dari pemilik rumah sakit ini?" "Ya, kau pati langsung tahu dari nama belakangku." Dokter Alea terlihat pasrah saat identitasnya bisa begitu mudah untuk ditebak oleh pemuda itu padahal dia sengaja tidak pernah memakai nama panjang di jasnya selama ikut program kerja di rumah sakit milik keluarganya sendiri agar tidak ketahuan.
Jika melihat kondisi mobil yang dikendarai Troy nampaknya memang mustahil siapapun bisa selamat. Nyonya Camila langsung jatuh pingsan begitu mendengar berita kecelakaan yang menimpa putra keduanya. Tadi Troy sudah dia peringatkan agar tidak pergi tapi anak itu tetap bersikeras dan mengabaikan semua peringatan ibunya. Nyonya Camila juga sempat sangat sedih karena kedua putranya jadi tidak ada yang mau perduli mendengarkannya hanya karena seorang wanita. Tidak ada yang bisa dia salahkan selain Alea untuk semua bencana ini. Ketakutan seorang ibu ketika hanya memiliki anak laki-laki adalah saat kelak anak laki-lakinya akan pergi meninggalkannya demi seorang wanita. Walaupun tidak selalu seperti itu tapi nyatanya Anak perempuan tetap lebih dianggap mampu untuk mengurus dan menjaga ibunya. Semuanya sangat kacau karena kondisi nyonya Camila