Setelah memakai outer untuk menutupi tubuhku yang hanya memakai lingerie, dengan mengendam-ngendap aku mulai melangkah untuk menuju ruang kerja Mas Bara. Aku merasa harus melakukan misiku untuk kembali menarik perhatian Mas Bara saat ini juga.
Saat mendapatkan ijin untuk masuk ke dalam ruang kerja Mas Bara, aku mulai melangkah dengan percaya diri mendekati Mas Bara yang sekarang bahkan sedang terpana ketika melihat penampilanku yang sangat berbeda.
Sekarang saja aku mulai menggerakkan tubuhku dengan sensual sembari perlahan-lahan membuka outer yang aku pakai.
Kedua mata Mas Bara langsung terbeliak.
“Rindu?!” tanya Mas Bara dengan terperangah. Sekarang Mas Bara sudah menghentikan pekerjaannya dan mengabaikan laptop yang sebelumnya menjadi fokusnya tadi.
“Kamu kenapa?” tanya Mas Bara keheranan.
Tapi aku mengabaikan dengan telak segala ke
Bara POVDengan tiba-tiba istriku yang biasanya lugu dan apa adanya mendadak mengubah penampilannya. Bahkan dia menjadi liar dan terlalu sensual saat ingin menggodaku.Aku tak lagi bisa berkonsentrasi dengan pekerjaanku saat dia mendekat dengan gelagat sensualnya yang terlalu kuat menarikku hingga aku benar-benar tak bisa menampik.Aku benar-benar menyerangnya tanpa ampun karena segala yang ada di dalam diri Rindu terlalu kuat daya tariknya.Meski aku juga suka dengan perubahannya tapi nyatanya rasa khawatir yang lebih mendominasiku saat ini.Aku terus menelisik seluruh diri Rindu yang baru saja aku sesap semua manis dari tubuhnya, yang kemudian malah membuat Rindu bergegas ingin memakai lingerie yang sudah aku singkirkan dengan sembarangan dari tubuhnya.Tapi aku kemudian menghalangi dirinya untuk menutupi tubuh indah itu yang selalu membuatku mabuk kepayang
“Katakan Mi, siapa yang sudah melakukannya?”Aku mendesak kepada mami yang sekarang tubuhnya dipenuhi luka dan memar yang terlihat begitu jelas.Wanita yang sudah menghadirkan aku ke dunia itu memandangku luruh sembari menarik nafas panjang.“Kurasa kamu sudah bisa menebaknya,” gumam mami tertahan dengan wajahnya yang tampak menahan geram.Seketika tanganku mengepal erat, benar-benar tak bisa menerima apa yang sudah dilakukan lelaki itu pada sosok yang aku sayang.“Lelaki itu akan mendapatkan balasannya, Mi,” tukasku emosi.“Aku tahu kamu pasti akan mampu melakukannya untuk menyingkirkan Rommy dari dalam keluarga kita.”Tatapan mami kemudian memindai sangat lugas padaku.“Katakan padaku sampai sejauh mana usaha yang sudah kamu lakukan?”&
Aku berpikir tak ada salahnya meluangkan waktu sebentar untuk berbicara dengan Flo yang malam ini terlihat sangat serius.Dia sepertinya sedang memendam persoalan lain yang ingin diungkapkannya padaku, yang membuatku menurut saat dia meminta untuk berbicara berdua di dalam apartemennya.Aku tahu semua ini terlalu beresiko tapi aku sangat yakin dengan pengendalian diriku lagipula aku sudah memberikan kepercayaanku pada Flo yang aku anggap tak akan bertindak terlalu jauh setelah aku pernah mengungkapkan tentang rumah tanggaku juga rasa cintaku yang besar untuk istriku.“Sekarang katakan padaku apa yang ingin kamu bicarakan?” desakku ketika aku sudah dipersilakan duduk oleh wanita yang sering memakai softlens berwarna biru di iris matanya itu.Flo tak segera menjawab malah memindaiku dengan tatapannya yang lekat.“Aku ingin berterus terang padamu,” ungkap Flo
“Bagaimana apa kamu akan menerima tawaran menarik ini?”Gelenyar itu hadir dengan sangat nyata ketika tanganku menyentuh bongkahan padat yang tegak menantang pandangan.Namun di saat bersamaan momen intimku bersama Rindu juga turut hadir menyeruak yang seketika menegaskan padaku jika istriku sendiri nyatanya jauh lebih menarik dan terlalu gamblang memampang pesonanya tadi malam. Rindu mampu menjadi sangat liar tadi malam dan harusnya memang aku tak memerlukan siapapun lagi untuk meraih fantasiku yang kadang menjadi tak terkendali.Dengan segera aku menarik tanganku setelah menghempaskan segala ajakan Flo yang terlalu seduktif.“Jadi kamu menolakku?!” sergah Flo seakan tak percaya dengan aku yang sudah aku tegaskan baru saja.“Mulai hari ini aku tak akan memberikan kamu kesempatan untuk berbicara hanya berdua.”Aku mulai mem
“Untuk apa kamu datang?!” sergahku dengan sangat tajam.Lelaki itu bergeming memberikan tatapan yang sama tajamnya dengan tetap melangkah pasti yang membuatku langsung menghadangnya.“Aku tak akan membiarkan kamu masuk!” tegasku dengan sengit.Rommy melirikku dengan tatapannya yang masih begitu nyalang.“Kamu tak bisa menghalangi aku untuk menemui wanita yang masih menjadi istriku.”“Mami bahkan sudah mengajukan gugatan cerainya.”“Aku tak pernah menghendaki perceraian.”“Tapi dengan apa yang sudah kamu lakukan pada Mami, membuat kamu semakin sulit untuk mempertahankan pernikahan ini.”Aku kembali bersikeras.“Kamu tidak tahu apa yang kamu katakan!” sergah Rommy menjadi emosi dengan sepasang matanya semakin menatap
Dengan kesepakatan bulat mereka akhirnya mendepak Rommy dari perusahaan dan seperti dugaanku semua kepemimpinan perusahaan dialihkan padaku.Aku menerima semua itu dengan sikap yang wajar tanpa menunjukkan ekspresi kemenangan terlalu mencolok.Meski di dalam hatiku memendam kepuasan yang tak terhingga setelah mampu menyingkirkan Rommy Huang yang selama ini terlalu sombong.Bahkan semua yang sudah aku ungkapkan ini tak seberapa karena masih ada kejutan lain yang aku persiapkan yang aku pastikan dapat menghancurkan segala kebanggaan Rommy bahkan juga hidupnya. Ini imbalan yang sangat setimpal untuk semua yang sudah dilakukannya pada mami.Saat meeting ini akhirnya terselesaikan, dan satu persatu orang mulai beranjak, tapi Nicko Salim kemudian malah berjalan menghampiriku.“Aku sudah bisa menduga kamu memang sangat berbakat dan akhirnya bisa mencapai puncak tertinggi dengan me
“Apa aku bisa meminta agar istri kamu membuatkan aku bekal makan siang lagi?” Jelas permintaan Abe aku anggap sudah sangat berlebihan. Lelaki ini benar-benar sudah menguji kesabaranku. Mendapati Rindu memberikan bekal makan siang untuk lelaki ini sudah sangat melukai harga diriku tapi kini lelaki itu malah meminta untuk dibuatkan lagi benar-benar sudah sangat menyinggung perasaanku. Tapi tentu saja aku tak bisa menampakkan penampikkanku dengan terlalu frontal. “Sepertinya Rindu tidak akan bisa melakukan permintaan kamu, aku juga tidak akan mengijinkannya.” Abe memandangku dengan sorot kecewanya. “Apa kamu memang keberatan karena kamu adalah tipe suami yang pecemburu?” Aku mendesah untuk sesaat. “Iya aku memang pencemburu tapi bukan hanya itu alasanku. Saat ini Rindu sedang disibukkan dengan kedua bayi kembar k
Rindu POVAku terperangah saat Mas Bara mendekat dan langsung memagut bibirku dengan sangat lugas sembari tangannya dengan nakal meremas dadaku yang bahkan sedang menyusui bayi kami. Suamiku benar-benar tak memberiku jeda untuk sekedar melerai kekagetanku, sampai akhirnya bayi kami, Raya, mulai menangis karena merasa terusik.Ketika mendengar tangisan Raya barulah Mas Bara mengurai lumatannya yang sangat dalam pada bibirku yang dengan segera aku gunakan untuk meraup oksigen setelah tadi Mas Bara membuatku menahan nafas karena ciumannya yang begitu dalam dan rakus.“Mas, kamu ini kenapa sih?” tanyaku dengan kesal.Nyatanya suamiku malah memandangku dengan lugas, dengan ekspresinya yang mengingatkan aku pada dirinya di awal pernikahan kami dulu.Mas Bara menjadi sangat tajam memindaiku dengan sikapnya yang terlalu tegas hingga membuat hatiku sedikit masygul.&nbs
“Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut
Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar
“Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber
“Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan
Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat
Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K
“Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.
Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira