Bryan dan Ayana yang baru saja selesai menikmati makan siang bersama dengan Ibu panti memutuskan untuk kembali ke rumah mereka, Bryan tidak ingin jika Ayana merasa lelah dan memutuskan untuk mengajak Ayana kembali pulang dan beristirahat di kediaman mereka.Setelah berpamitan dengan Ibu panti, Ayana dan juga Bryan melambaikan tangan kepada Ibu panti yang berdiri di depan pintu melihat kepergian mereka, perlahan mobil yang dikemudikan Bryan meninggalkan halaman panti di mana Ayana masih terus menatap Ibu panti yang berdiri melihat kepergian mereka.Melihat itu Bryan tidak tahan untuk Ayana. "Ayana, Jika kamu masih merindukan Ibu panti besok aku bisa membawamu untuk menemuinya, ,namun aku harap kamu juga harus banyak beristirahat mengingatkan pernikahan kita tersisa beberapa hari lagi sebelum kita akan resmi menikah, aku tidak ingin jika di hari pernikahan kita kamu akan merasa lelah dan membuatku merasa khawatir dengan keadaanmu.""Tidak Bryan,lagi pula aku hanya merasa sedih saat melih
Nina kemudian berjalan dengan langkah tegak meninggalkan bandara menuju mobil yang saat ini menunggunya, yang akan mengantarnya ke hotel tempat dia akan berencana menginap malam ini.Brak!!Dengan kesal Nina menunduk melihat ponselnya yang terjatuh di depannya kembali menatap pria itu dengan gigi menggertek, pria yang ada di hadapannya yang tanpa sengaja bertabrakan dengannya, saat dirinya hendak melangkah mendekati mobil yang menunggunya. Terlihat jika pria yang berdiri di hadapannya sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf kepadanya."Tuan Tolong perhatikan mata Anda saat berjalan!" tegur Nina dengan nada marah, yang membuat pria tersebut menundukkan tatapannya melirik ke arah Nina dengan mata yang tajam."Tetapi sepertinya Anda yang salah, Nona. Anda yang jalan dengan terburu-buru sehingga membuat anda menabrak saya, hingga ponsel saya terjatuh," balasnya yang membuat Nina Merasa tidak senang dengan apa yang di ucapkan pria itu.Nina kemudian menunduk mengambil ponselnya dan men
Ayana mengikuti arah pandang semua tamu undangan yang menatap ke arah pintu, di mana seorang pria berjalan memasuki pesta pernikahannya dengan langkah pelan berjalan menuju ke arah Bryan."Hay bro, Aku tidak menyangka Jika kamu akan mengadakan pesta pernikahan kembali," ucapnya dengan menepuk pelan pundak Bryan, yang hanya balas tersenyum mengangguk mendengar ucapan sahabatnya."Ini adalah pernikahan terakhirku, lagi pula saat ini aku menikah dengan wanita yang sangat aku ingin cintai," ucapnya yang membuat Ayana yang berdiri di samping Bryan, seketika tersipu dengan pipi memerah mendengarnya.Ayana merasa terharu mendengar ungkapan perasaan yang di katakan Bryan didepan sahabatnya, yang Ayana tidak tahu entah siapa nama pria tersebut, namun yang Ayana pikirkan hanya ucapan Bryan barusan yang mengakuinya sebagai wanita yang dicintainya, cukup membuat Ayah merasa bahagia.Bryan kemudian menoleh ke arah Ayana dengan mengulurkan tangannya untuk meraih pergelangan tangan Ayana dan mendekat
Nina mengerutkan dahinya saat menyadari ponsel yang sebelumnya berada di dalam tasnya telah tertukar nama, untung saja di nama asli memiliki ponsel lainnya yang selama ini digunakan untuk menghubungi seseorang memata-matai apa saja yang dilakukan Bryan mantan suaminya.Nina yang memerintahkan seseorang untuk mengawasi dan melaporkan pesta pernikahan Ayana bersama dengan Bryan, melihat satu persatu gambar yang diberikan orang suruhannya yang menunjukkan bagaimana meriahnya pesta Ayana bersama dengan Bryan yang dihadiri beberapa keluarga Bryan.Ayana tersenyum mengejek saat kembali mengingat pernikahannya dengan Bryan yang hanya dihadiri oleh beberapa tamu undangan dan satu keluarga dari Bryan tidak ada yang datang menghadirinya, ini membuktikan jika dirinya tidak terlalu penting di mata Bryan sehingga untuk mengundang tamu di hari pernikahan mereka Bryan sama sekali tidak mengundang keluarganya.Setelah melihat semua gambar yang ditunjukkan kepadanya, Nina kemudian memutuskan untuk bera
"Diam Nina! Sekarang lebih baik kamu segera meninggalkan pernikahanku bersama dengan Ayana, aku sama sekali tidak ingin melihat Kehadiranmu di sini," titah Bryan dengan gigi menggertak marah menatap Nina yang sama sekali tidak ingin meninggalkan pesta pernikahannya.Bryan benar-benar marah melihat kehadiran Nina yang membuat Ayana kembali terluka, pasalnya ucapan Nina barusan menyiratkan jika Ayana telah merebutnya dari Nina walaupun saat ini dirinya mengelak dan menjelaskan kepada semua orang yang menghadiri pernikahannya bersama dengan Ayana, tetapi ucapan Nina mungkin saja masih mempengaruhi mereka semua dan akan menilai buruk istrinya Ayana."Bryan, Kenapa kamu kejam sekali. Bukankah wajar jika seorang mantan istri datang menghadiri pesta pernikahan mantan suaminya? Lagi pula saat ini kamu menikah dengan saudari kembarku namun kenapa kamu malah ingin mengusirku," keluh Nina dengan tatapan mendelik kesal menatap Bryan yang mengusirnya tanpa sedikitpun merasa simpati kepadanya."Aku
Nina mengerutkan dahinya menoleh menatap pria yang saat ini berdiri menyapanya, berjalan dengan memasukkan kedua saku celananya menghampiri Nina."Aku tidak menyangka kamu akan tampil secantik ini, sebelumnya saat di bandara tampilanmu memang cukup menawan tetapi saat melihatmu dengan pakaian seperti ini sepertinya membuatku semakin tertarik kepadamu," ucapnya yang membuat Nina memberinya tatapan tidak suka, namun memilih mengabaikannya dengan berjalan ke pinggir jalan menunggu sebuah taksi yang mungkin dapat mengantarnya kembali ke hotel tempatnya menginap.Pria yang tak lain adalah Stefano, melihat itu Nina mengabaikannya, mengukir senyum tipis di wajahnya berjalan mendekat ke arah Nina dan mengikuti ke arah pandang mata saat Nina berdiri di pinggir jalan seolah menunggu kedatangan mobil untuk datang menjemputnya."Ada apa? Apa kau menunggu sebuah taksi untuk datang mengantarmu? Bagaimana jika aku yang mengantarmu," tawar Stefano menatap Nina, di mana Nina sama sekali tidak ingin men
Di dalam mobil duduk bersama dengan Stefano yang tengah sibuk mengemudikan mobilnya, Nina sesekali mencuri pandang ke arah Stefano yang tidak menyadari pandangannya."Nina, jika kamu ingin menanyakan sesuatu kepadaku tanyakanlah kamu tidak perlu mencuri pandang seperti itu dariku, aku dapat melihatnya," Stefano dengan tersenyum tipis menunggu Nina menjawabnya, membuat Nina memerah malu mendengarnya, dengan segera membuang tatapannya keluar menatap ke arah jendela mobil.Nina mengepalkan tangannya marah merasa jika dirinya tengah tertangkap basah sedang melakukan pencurian dengan memandangi Stefano, diam-diam memandang Stefano yang terlihat serius mengemudikan mobilnya.Stefano melihat telinga Nina memerah kembali membuka suara, mengajak Nina untuk berbicara."Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu, tetapi aku tidak tahu apa kamu ingin menjawabnya atau tidak, namun aku berharap kamu tidak keberatan mendengar pertanyaanku," ucap Stefano yang membuat Nina kembali menoleh menatap ke arahnya d
Tiba di depan hotel tempatnya menginap Nina turun dari dalam mobil Stefano dengan mengucapkan terima kasih, atas tumpangan yang diberikan Stefano kepadanya. "Tuan Stefano, terima kasih karena anda meberikan tumpangan kepada saya," Nina kemudian membuka pintu mobil Stefano untuk melangkahkan kakinya turun. Stefano memandang lurus punggung Nina yang akan turun dari dalam mobilnya. "Sama-sama Nona Nina, bagaimana jika kita...""Kalau begitu saya kembali dulu Tuan, kebetulan saya juga saya merasa lelah dan inngin segera beristirahat," Nina dengan senyum tipis, kembali menimpali sebelum mendengar ucapan Stefano selanjutnya.Nina sengaja mengatakannya karena ingin menghindari perbincangannya bersama dengan Stefano, yang pasti akan berlanjut lama, maka dari itu sebelum Stefano memintanya untuk berbincang lebih dengannya, Nina lebih dulu mengatakan jika dirinya merasa lelah dan ingin segera kembali beristirahat.Stefano mengerti jika itu hanyalah alasan yang dibuat oleh Nina agar menghindari
"Angkat tangan, Jangan bergerak. Jika tidak, kami akan menembakmuj ucap pengawal Bryan, yang berdiri dihadapan mereka dengan memberi todongam senjata, keadaan yang mengejutkan Jesslin maupun Brams, yang berdiri membulatkan matanya menatap ke arah beberapa bawahan Bryan yang berdiri di hadapan mereka."Hehehe, Brain benar-benar licik dia ternyata mempermainkanku," mata Brams memerah, saat mengingat keadaannya saat ini.Brams tidak menyangka, jika pernyataan Bryan yang Sebelumnya dia dengar, jika menyetujui untuk menyerahkan seluruh hartanya hanyalah sebuah tipu muslihat untuk melemahkannya.'Benar-benar sial harus berurusan denganmu, Bryan!'Seolah tidak peduli dengan keberadaan bawahan Bryan, yang berdiri menodongkan senjata di deannya, Brams menoleh ke arah belakang memastikan jika mereka tidak melihat keberadaan Ayana. Namun, sepertinya sudah terlambat, beberapa bawahan Bryan berhasil memasuki gudang dan menemukan keberadaan Ayana.Jeselin melihat situasi mereka yang tidak memungkin
Saat Bryan akhirnya menemukan lokasi Ayana. Bryan meminta semua pengawal yang dia miliki untuk mengampuni memastikan jika brams tidak memiliki tempat untuk dapat melarikan diri."Aku tidak peduli cara apa yang akan kalian lakukan, yang aku inginkan, kalian segera mencegah hingga mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri," titah Bryan kepada para bawahannya yang berdiri berbaris di hadapannya."Baik Tuan, kami akan melakukan perintah anda." Para bawahan Bryan kemudian membubarkan diri mengikuti perintah sang atasan yang meminta mereka untuk segera mengepung tempat persembunyian Brams, sebelum Brams mengetahuinya dan kembali bertindak.Bryan memandangi bawahannya, kemudian melirik ke arah Stefano yang berjalan menghampirinya."Bryan, apa kamu akan menemui, Ayana sekarang? Jika Iya, biarkan aku ikut denganmu. Aku ingin memastikan jika Ayana baik-baik saja, sampai saat ini keadaan Ayana masih dipikirkan oleh istriku.""Hm, baiklah."Bryan tidak bisa menolak bantuan Stefano, lagi
Saat jarum suntik hendak disuntik ke dalam cairan infus yang menggantung di lengan asisten Davin, dari luar Stefano yang memasuki ruangan asisten Davin, melirik ke arah Dokter yang nampak mencurigakan. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Stefano, yang membuat Dokter gadungan menghentikan aksinya dan kembali memasukkan jarum suntik yang semula dia keluarkan sebelum keluar dari ruangan menghindari Stefano.Namun, sayangnya Stefano seolah sudah mengetahui niatnya, segera Sterano menghentikan langkah Dokter gadungan yang hendak melarikan diri, dengan menendang perutnya hingga membuat Dokter gadungan yang mencoba melarikan diri terpental dan terjatuh menabrak dinding kamar.Bugh!! Arghht!! "Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini?" tanya Stefano, menuntut jawab dari Dokter gadungan yang merintih kesakitan di depannya.Dari luar beberapa pengawal yang mendengar keributan di dalam kamar segera berjalan membuka pintu kamar asisten Davin, dan melihat pada sosok Dokter yang terduduk lem
Malam hari, Bryan masih belum berhasil menemukan lokasi Ayana, walaupun dia didukung oleh tim polisi dan Stefano yang membantu secara aktif."Bagaimana, apa kalian telah menemukan persembunyian Brams bersama dengan Jesselin, mereka berdua mungkin tidak pergi terlalu jauh melihat mereka tidak memiliki banyak dana dan juga tempat yang bisa mereka tempati persembunyi."Bryan meminta laporan daripada para bawahan yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan Ayana. Namun, mereka sama sekali belum mendapatkan hasil yang diharapkan oleh Bryan.Hendrik, bawahan yang ditugaskan oleh Bryan menunduk kepalanya di depan Bryan."Maaf Tuan, sepertinya kedua orang itu telah mempersiapkan dengan matang persembunyian mereka, melihat hingga sekarang mereka berdua belum dapat untuk bawahan saya menemukannya, Tuan." Bryan tdiam mendengarkan, tangannya ter kepala marah sampai sekarang memikirkan keberadaan Ayana yang masih belum dapat ditemukanBrian memejamkan matanya sembari memijat pelan keningnya. "Ayana
Brams tidak menyangka jika Ayana akan menunjukkan kemarahan seperti ini di hapannya. Tetapi Brams mengerti, ini semua adalah kesalahannya sendiri yang memilih menyakiti Ayana, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Brams tidak perduli dengan penolakan Ayana. "Ayana, biarkan aku melihat wajahmu. Aku hanya ingin memeriksanya," Brams mendekat dengan mengulurkan tangannya. Namun segera ditepis oleh Ayana, yang menghindari uluran tangan Brams dengan membuang muka. Dengan mata yang mau merah marah, Ayana menunjukkan kebenciannya kepada Brams. Ayana tersenyim mencibir "Brams, jangan pernah berpikir untuk menyentuhku, aku jijik dengan orang sepertimu yang bekerja sama dengan wanita busuk untuk mencelakai orang yang selama ini memberinya tumpangan!" Hina Ayana yang membuat Jesslin berdiri dengan melipat kedua tangannya didean dada, merasa kesal mendengar ucapan yang dilontarkan Ayana yang terdengar menghinanya.Brams menoleh melirik ke arah Jesselin, yang terlihat menggertakkan buku-buku j
Bryan menerima pesan dari Stefano yang memberi kabar tentang Ayana, yang kemungkinan diculik dari orang yang Nina curigai. Segera Bryan membalas dengan melakukan panggilan ke ponsel, Stefano."Apa kamu yakin, Stefano? Jika benar kedua orang tersebut yang dicurigai oleh, Nina?" tanya Bryan, memastikan saat melakukan panggilan dengan Stefano, setelab Stefano mengabarkan kepadanya, beberapa orang yang telah dicurigai oleh, Nina. Stefano segera membalas Bryan. "Untuk sekarang itu yang dipikirkan oleh istriku, Bryan. Karena sebelumnya kedua orang itu pernah mengatakan sesuatu kepada Istriku, yang mengatakan jika kedua orang itu ternyata berencana untuk membalasmu dengan menggunakan, Ayana!" jelas Stefano memberitahukan.Bryan mendengar 'kan dengan diam dari balik panggilan, yang tidak Stefano ketahui saat ini Bryan tengah mengepalkan kedua telapak tangannya dengan marah, jika benar kedua orang tersebut ternyata benar membawa pergi istrinya maka Brayan tidak akan diam dan akan membalas de
Bryan merasa khawatir setelh melihat CCTV yang di tunjuk 'kan padanya, sesaat Bryan memutar perhatian kepada mantan istrinya, Nina. Bryan ingin mengelak dan mengatakan jika Nina tidak mungkin terlibat dalam masalah ini, tetapi pemikirannya yang mengingat kembali dimana Nina sangat tidak menyukai Ayana, sehingga membuat Bryan mau tidak mau memiliki pemikirkan, jika mungkin saja Nina terlibat dalam kejadian ini.Bryan masih tetap berada di rumah sakit, memastikan keadaan asisten Davin baik-baik saja sebelum, Bryan kembali meninggalkan ruangannya. Sesaat kemudian beberapa Dokter yang melakukan operasi kepada asisten Davin, mengabarkan kepada Bryan jika kondisi asisten Davin mulai membaik. Bryan mengerti, dan memutuskan meninggalkan Rumah Sakit. Tetapi sebelum itu, Bryan menugaskan kepada beberapa bawahannya untuk tetwp menjaga asisten Davin yang saat ini tengah dirawat. Bryan tidak ingim jika orang yang sebelumnya melakukan penembakan kepada mobil asisten Davin, akan kembali datang da
Setelah tiba di kota A, Bryan turun dari pesawat pribadinya dengan menggandeng tangan Ayana."Ayana, hari ini aku tidak menemanimu untuk pulang bersama, ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan, apa tidak masalah jika aku meninggalkan mu?" ujar Bryan saat berjalan sembari menggandeng tangan Ayana, menuju mobil yang terparkir.Ayana diam mendengar ucapan Bryan, pandangan matanya hanya tertuju ke arah mobil di mana Bryan akan meminta asisten Davin untuk mengantarnya pulang.Di depan sana asisten Davin tengah berdiri di dekat mobil, menunggu kedatangan Bryan yang baru saja kembali dari kota B."Bryan, kenapa kamu tidak kembali pulang dulu bersamaku? Lagi pula kita baru saja tiba bukankah seharusnya kamu kembali beristirahat," ayahnya merasa tidak rela untuk melepaskan Bryan dan kembali bekerja. Entah mengapa, perasaan Ayana mengatakan jika sesuatu hal buruk bisa saja terjadi kepada Bryan, yang membuatnya merasa ketakutan jika harus berpisah daru Bryan.Bryan menghentikan langkah kakinya d
Di tempat berbeda, Nina dan Stefano baru saja terbangun dari tidur lelap mereka yang samar Nina dapat melihat wajah Stefano yang begitu dekat denganya. Nina merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, mengedipkan matanya beberapa kali memandang wajah Stefano yang begitu tampan di hadapannya.Bulu mata Stefano perlahan bergetar yang tak lama matanya terbuka memandang ke arah Nina. Sontak Nina segera membuang muka merasa malu saat Stefano menangkap basah dirinya niat buruknya."Kamu sudah bangun?" tanya Stefano memandang wajah Nina, yang menghindari tatapannya.Nina tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk mengiyakan. Namun, Stefano kemudian kembali berucap yang menyadarkan Nina dengan apa yang terjadi dengan mereka. "Sepertinya kamu sangat suka tidur dengan memelukku.""Apa?" Nilai tertentu mendengar ucapan Stefano kepadanya. Namun, sesaat kemudian Nina sadar dengan apa yang baru saja dikatakan Stefano.Sesungguhnya, Nina merasa malu melihat ia dan Stefano tidur dengan saling