"Ayana, apa benar yang dikatakan para guru, jika seorang wanita Baru saja datang memarahimu karena mengaku telah suaminya kau rebut," Mita yang juga bekerja di tempat yang sama bersama dengan Ayana, menatap tanya kepada sahabatnya itu.Mita merasa khawatir setelah mendengar beberapa gosip yang beredar di sekolah, yang dikatakan oleh para guru, jika Ayana telah menjadi selingkuhan dari seorang pria beristri, dari seorang wanita yang begitu cantik yang membuatnya segera menemui Ayana. Berdiri di depan Ayana, Mita masih menunggu jawaban dari Ayana untuk menjelaskan berita yang beredar di dalam sekolah, jika berita itu tidaklah benar."Mita, apa kau percaya dengan apa yang mereka katakan? Dan apa kau tahu siapa wanita yang datang dan hampir saja memukulku," tanya Ayana yang berbalik bertanya kepada sahabatnya Mita. Yang selama ini membantunya setiap kali Ayana dalam masalah."Aku tidak tahu Ayana siapa wanita itu Ayana, maka dari itu aku bertanya kepadamu. Siapa wanita yang mengaku suami
"Bryan, Apa yang kau lakukan di sini? bukankah kau seharusnya bekerja, untuk apa kau datang menjemputku! Ayana mengerutkan keningnya. "Dan kenapa kau tidak menyuruh asisten Davin, untuk datang menjemput ku," Ayana yang melihat kedatangan Bryan, yang menjemputnya di depan sekolah tempatnya mengajar, tentu saja merasa terkejut melihat kehadirannya. Ayana tidak ingin jika beberapa rekan guru yang melihat kedatangan Bryan menjemputnya, dapat mengenalinya dan membuatnya kembali menjadi bahan perbincangan di sekolah. Sudah cukup kejadian beberaa saat yang lalu, di mana Nina datang dan memulai pertengkaran dengannya. Jangan sampai dengan kehadiran Bryan yang datang ke tempatnya mengajar, membuatnya kembali mendapat masalah dari kelakuan Bryan. "Kenapa Ayana? Apa kau tidak berharap jika aku yang datang menjemputmu," Bryan terlihat mengerutkan keningnya setelah mendengar jawaban Ayana, yang menatap tidak suka saat melihat kehadirannya, yang sengaja dia luangkan waktu untuk datang menjemput Ay
Didalam restoran Ayana dan juga Bryan yang tengah menikmati makan siang mereka, tiba-tiba saja harus terganggu dengan panggilan telepon, yang berbunyi di ponsel Bryan. Bryan kemudian menatap ke arah Ayana sejenak, meminta izin kepada Ayana untuk mengangkat telepon yang dia tahu, itu adalah panggilan dari asisten Leon.Hari ini Bryan sengaja menemui Ayana, tanpa didampingi oleh asisten Leon, karena ingin memiliki waktu berdua bersama dengan Ayana. "Ayana, aku harus mengangkat panggilan telepon dari Leon, kau lanjutkan saja makanmu," setelah mengatakan itu kepada Ayana, Bryan kemudian beranjak dari duduknya, untuk mendengar apa yang akan disampaikan oleh Leon kepadanya."Ada apa?" suara Bryan yang bertanya kepada asisten Leon, terdengar jelas di telinga Ayana."Ayana kemudian menghentikan makannya, dan meneguk segelas air yang ada di mejanya, sebelum berdiri untuk ke kamar mandi. Ayana tiba-tiba saya merasa ingin ke kamar mandi tanpa memberitahukan kepada Bryan terlebih dahulu. Ayana
"Brams Kau dari mana? Kenapa aku sangat lama sekali, hanya untuk ke kamar mandi!" Nina terlihat menampilkan raut marah diwajahnya, saat melihat Brams yang sedari tadi ditunggunya, terlihat berjalan santai menghampirinya, mengabaikan Nina yang sedari tadi menunggunya."Maaf Nina, aku baru saja bertemu dengan seorang wanita cantik sehingga membuatku lupa jika saat ini kau sedang menungguku," Brams sengaja tidak mengatakan kepada Nina, jika dia baru saja bertemu dengan Ayana, itu karena Brams tidak ingin jika Nina sampai menghampiri Ayana, dan membuat Ayana mengetahui jika dirinya juga mengenal Nina.Brams tidak ingin itu terjadi, yang akan membuat rencananya kedepan, tidak akan bisa untuk mendekati Ayana."Cih..! Secantik apa wanita itu sehingga bisa menarik perhatianmu, selama ini aku melihat kau tidak pernah tertarik dengan wanita manapun, dan tiba-tiba saja saat kau berada di sini seorang wanita dapat menarik perhatianmu, aku sangat penasaran ingin melihat wanita itu."Nina sangat pe
Ayana yang pulang dari restoran bersama dengan Bryan, melirik sekilas ke arah Bryan, yang terlihat lebih diam dari pada sebelumnya. Ayana tidak tau ada apa dengan Bryan yang terlihat mengacuhkannya."Bryan ada apa, kau terlihat marah saat ini," Ayana tidak tahan untuk tidak bertanya kepada Bryan, terutama saat melihat Bryan sedikit pun tidak melirik kearahnya. Mendengar itu, Bryan kemudian melirik ke arah Ayana, menatap dalam Ayana hingga membuat Ayana mengerutkan keningnya. Bryan seketika menepikan mobilnya dan kemudian menjulurkan tangannya, mengusap pelan wajah Ayana, yang masih samar terlihat memerah. "Apa masih sakit?" tanya Bryan yang sebelumnya tidak memperhatikan jelas, wajah Ayana, yang masih memerah.Ayana yang mendengar pertanyaan Bryan kepadanya, hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Bryan. "Sudah tidak sakit," jawab Ayana singkat, Bryan menatap Ayana sesaat, kemudian Bryan menarik kembali tangannya dan kembali menjalankan mobilnya, untuk kembali di rumah y
"Ayana, apa kau ingin makan malam diluar? Aku akan menyuruh Davin, untuk memesan tempat. Katakanlah kau ingin makan di restoran apa?" Bryan yang melangkah masuk ke dalam kamar Ayana, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu berjalan mendekati Ayana, yang saat ini tengah duduk diatas tempat tidur dengan memainkan ponselnya.Ayana tengah mengirim pesan dengan sahabatnya Mita, namun kedatangan Bryan yang masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu, membuat Ayana seketika menghentikan kegiatannya dan mengangkat wajahnya menatap ke arah Bryan."Terserah kamu ingin makan dimana Bryan, aku tidak begitu mengetahui letak restoran yang ada di sini," Ayana sebenarnya tidak ingin keluar makan bersama dengan Bryan, mengingat jika dirinya saat ini masih masih merasa marah kepada Bryan, atas perlakuan yang dia dapat dari Nina. Tetapi Ayana juga tidak ingin terkurung di rumah ini, yang Bryan selalu saja mengawasinya dan melarangnya keluar, tanpa pengawalan mengikut bersamanya."Apa tidak ada re
"Ayana, apa kau sudah siap?" Suara Bryan yang berdiri dari luar kamar Ayana, memanggil Ayana di depan pintu kamar membuat Ayana segera beranjak untuk membuat pintu kamarnya, sebelum Bryan kembali masuk ke dalam kamarnya.Ceklek!"Aku sudah siap, apa kita akan berangkat sekarang?" tanya Ayana, dengan melirik searah Bryan, yang terdiam terpaku menatap ke arahnya.Ayana, nengerutkan keningnya, saat melihat tatapan mata Bryan seolah terkejut melihat penampilannya, entah apa yang salah dengan penampilan Ayana yang membuat Bryan membeeinya tatwpan terkejut seperti itu.Ayana kemudian menelisik penampilannya, yang mungkin ada sesuatu yang salah dengan penampilannya, yang membuat Bryan memberinya tatapan seperti itu membuat Ayana bingung."Bryan ada apa? Apa ada sesuatu yang salah dengan penampilanku?" tanya Ayana, menegur Bryan yang terlihat terdiam didepan Ayana, membuat Bryan sesaat tersadar dari lamunannya.Bryan berbicara dengan dengan terbata membalas perkataan Ayana. "Ti..tidak Ayana,
Nina kemudian menarik sebuah kursi di samping Bryan dan mendudukkan dirinya di samping Bryan, menatap ke arah Ayana dan juga Bryan yang masih terdiam melihat kedatangannya, mengganggu acara makan malam mereka. "Ada apa dengan suamiku? Dan adikku, kenapa kalian terlihat terlejut seolah kalian tidak mengharapkan kehadiranku di sini," Nina kembali membuka suara menyadarkan kedua manusia yang baru saja terdiam melihat kehadirannya.Ayana tidak mengatakan apapun hanya mengambil gelas berisi air di depannya dan meneguknya untuk membasahi tenggorokannya yang saat ini terasa kering.Ayana yang tidak menyangka Jika Nina juga akan hadir, dalam acara makan malam yang dibuat oleh Bryan, yang Ayana pikir hanya akan makan berdua dengan Bryan. Setelah memabasih tenggorokannya, Ayana kemudian menatap ke arah Bryan, yang saat ini juga menetap ke arahnya. Entah apa yang saat ini Bryan pikirkan, Ayana juga tidak bisa membacanya, namun melihat raut wajah yang ditampilkan Bryan saat mentap Nina, seperti
"Angkat tangan, Jangan bergerak. Jika tidak, kami akan menembakmuj ucap pengawal Bryan, yang berdiri dihadapan mereka dengan memberi todongam senjata, keadaan yang mengejutkan Jesslin maupun Brams, yang berdiri membulatkan matanya menatap ke arah beberapa bawahan Bryan yang berdiri di hadapan mereka."Hehehe, Brain benar-benar licik dia ternyata mempermainkanku," mata Brams memerah, saat mengingat keadaannya saat ini.Brams tidak menyangka, jika pernyataan Bryan yang Sebelumnya dia dengar, jika menyetujui untuk menyerahkan seluruh hartanya hanyalah sebuah tipu muslihat untuk melemahkannya.'Benar-benar sial harus berurusan denganmu, Bryan!'Seolah tidak peduli dengan keberadaan bawahan Bryan, yang berdiri menodongkan senjata di deannya, Brams menoleh ke arah belakang memastikan jika mereka tidak melihat keberadaan Ayana. Namun, sepertinya sudah terlambat, beberapa bawahan Bryan berhasil memasuki gudang dan menemukan keberadaan Ayana.Jeselin melihat situasi mereka yang tidak memungkin
Saat Bryan akhirnya menemukan lokasi Ayana. Bryan meminta semua pengawal yang dia miliki untuk mengampuni memastikan jika brams tidak memiliki tempat untuk dapat melarikan diri."Aku tidak peduli cara apa yang akan kalian lakukan, yang aku inginkan, kalian segera mencegah hingga mereka tidak memiliki tempat untuk melarikan diri," titah Bryan kepada para bawahannya yang berdiri berbaris di hadapannya."Baik Tuan, kami akan melakukan perintah anda." Para bawahan Bryan kemudian membubarkan diri mengikuti perintah sang atasan yang meminta mereka untuk segera mengepung tempat persembunyian Brams, sebelum Brams mengetahuinya dan kembali bertindak.Bryan memandangi bawahannya, kemudian melirik ke arah Stefano yang berjalan menghampirinya."Bryan, apa kamu akan menemui, Ayana sekarang? Jika Iya, biarkan aku ikut denganmu. Aku ingin memastikan jika Ayana baik-baik saja, sampai saat ini keadaan Ayana masih dipikirkan oleh istriku.""Hm, baiklah."Bryan tidak bisa menolak bantuan Stefano, lagi
Saat jarum suntik hendak disuntik ke dalam cairan infus yang menggantung di lengan asisten Davin, dari luar Stefano yang memasuki ruangan asisten Davin, melirik ke arah Dokter yang nampak mencurigakan. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Stefano, yang membuat Dokter gadungan menghentikan aksinya dan kembali memasukkan jarum suntik yang semula dia keluarkan sebelum keluar dari ruangan menghindari Stefano.Namun, sayangnya Stefano seolah sudah mengetahui niatnya, segera Sterano menghentikan langkah Dokter gadungan yang hendak melarikan diri, dengan menendang perutnya hingga membuat Dokter gadungan yang mencoba melarikan diri terpental dan terjatuh menabrak dinding kamar.Bugh!! Arghht!! "Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk melakukan ini?" tanya Stefano, menuntut jawab dari Dokter gadungan yang merintih kesakitan di depannya.Dari luar beberapa pengawal yang mendengar keributan di dalam kamar segera berjalan membuka pintu kamar asisten Davin, dan melihat pada sosok Dokter yang terduduk lem
Malam hari, Bryan masih belum berhasil menemukan lokasi Ayana, walaupun dia didukung oleh tim polisi dan Stefano yang membantu secara aktif."Bagaimana, apa kalian telah menemukan persembunyian Brams bersama dengan Jesselin, mereka berdua mungkin tidak pergi terlalu jauh melihat mereka tidak memiliki banyak dana dan juga tempat yang bisa mereka tempati persembunyi."Bryan meminta laporan daripada para bawahan yang dia tugaskan untuk mencari keberadaan Ayana. Namun, mereka sama sekali belum mendapatkan hasil yang diharapkan oleh Bryan.Hendrik, bawahan yang ditugaskan oleh Bryan menunduk kepalanya di depan Bryan."Maaf Tuan, sepertinya kedua orang itu telah mempersiapkan dengan matang persembunyian mereka, melihat hingga sekarang mereka berdua belum dapat untuk bawahan saya menemukannya, Tuan." Bryan tdiam mendengarkan, tangannya ter kepala marah sampai sekarang memikirkan keberadaan Ayana yang masih belum dapat ditemukanBrian memejamkan matanya sembari memijat pelan keningnya. "Ayana
Brams tidak menyangka jika Ayana akan menunjukkan kemarahan seperti ini di hapannya. Tetapi Brams mengerti, ini semua adalah kesalahannya sendiri yang memilih menyakiti Ayana, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.Brams tidak perduli dengan penolakan Ayana. "Ayana, biarkan aku melihat wajahmu. Aku hanya ingin memeriksanya," Brams mendekat dengan mengulurkan tangannya. Namun segera ditepis oleh Ayana, yang menghindari uluran tangan Brams dengan membuang muka. Dengan mata yang mau merah marah, Ayana menunjukkan kebenciannya kepada Brams. Ayana tersenyim mencibir "Brams, jangan pernah berpikir untuk menyentuhku, aku jijik dengan orang sepertimu yang bekerja sama dengan wanita busuk untuk mencelakai orang yang selama ini memberinya tumpangan!" Hina Ayana yang membuat Jesslin berdiri dengan melipat kedua tangannya didean dada, merasa kesal mendengar ucapan yang dilontarkan Ayana yang terdengar menghinanya.Brams menoleh melirik ke arah Jesselin, yang terlihat menggertakkan buku-buku j
Bryan menerima pesan dari Stefano yang memberi kabar tentang Ayana, yang kemungkinan diculik dari orang yang Nina curigai. Segera Bryan membalas dengan melakukan panggilan ke ponsel, Stefano."Apa kamu yakin, Stefano? Jika benar kedua orang tersebut yang dicurigai oleh, Nina?" tanya Bryan, memastikan saat melakukan panggilan dengan Stefano, setelab Stefano mengabarkan kepadanya, beberapa orang yang telah dicurigai oleh, Nina. Stefano segera membalas Bryan. "Untuk sekarang itu yang dipikirkan oleh istriku, Bryan. Karena sebelumnya kedua orang itu pernah mengatakan sesuatu kepada Istriku, yang mengatakan jika kedua orang itu ternyata berencana untuk membalasmu dengan menggunakan, Ayana!" jelas Stefano memberitahukan.Bryan mendengar 'kan dengan diam dari balik panggilan, yang tidak Stefano ketahui saat ini Bryan tengah mengepalkan kedua telapak tangannya dengan marah, jika benar kedua orang tersebut ternyata benar membawa pergi istrinya maka Brayan tidak akan diam dan akan membalas de
Bryan merasa khawatir setelh melihat CCTV yang di tunjuk 'kan padanya, sesaat Bryan memutar perhatian kepada mantan istrinya, Nina. Bryan ingin mengelak dan mengatakan jika Nina tidak mungkin terlibat dalam masalah ini, tetapi pemikirannya yang mengingat kembali dimana Nina sangat tidak menyukai Ayana, sehingga membuat Bryan mau tidak mau memiliki pemikirkan, jika mungkin saja Nina terlibat dalam kejadian ini.Bryan masih tetap berada di rumah sakit, memastikan keadaan asisten Davin baik-baik saja sebelum, Bryan kembali meninggalkan ruangannya. Sesaat kemudian beberapa Dokter yang melakukan operasi kepada asisten Davin, mengabarkan kepada Bryan jika kondisi asisten Davin mulai membaik. Bryan mengerti, dan memutuskan meninggalkan Rumah Sakit. Tetapi sebelum itu, Bryan menugaskan kepada beberapa bawahannya untuk tetwp menjaga asisten Davin yang saat ini tengah dirawat. Bryan tidak ingim jika orang yang sebelumnya melakukan penembakan kepada mobil asisten Davin, akan kembali datang da
Setelah tiba di kota A, Bryan turun dari pesawat pribadinya dengan menggandeng tangan Ayana."Ayana, hari ini aku tidak menemanimu untuk pulang bersama, ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan, apa tidak masalah jika aku meninggalkan mu?" ujar Bryan saat berjalan sembari menggandeng tangan Ayana, menuju mobil yang terparkir.Ayana diam mendengar ucapan Bryan, pandangan matanya hanya tertuju ke arah mobil di mana Bryan akan meminta asisten Davin untuk mengantarnya pulang.Di depan sana asisten Davin tengah berdiri di dekat mobil, menunggu kedatangan Bryan yang baru saja kembali dari kota B."Bryan, kenapa kamu tidak kembali pulang dulu bersamaku? Lagi pula kita baru saja tiba bukankah seharusnya kamu kembali beristirahat," ayahnya merasa tidak rela untuk melepaskan Bryan dan kembali bekerja. Entah mengapa, perasaan Ayana mengatakan jika sesuatu hal buruk bisa saja terjadi kepada Bryan, yang membuatnya merasa ketakutan jika harus berpisah daru Bryan.Bryan menghentikan langkah kakinya d
Di tempat berbeda, Nina dan Stefano baru saja terbangun dari tidur lelap mereka yang samar Nina dapat melihat wajah Stefano yang begitu dekat denganya. Nina merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, mengedipkan matanya beberapa kali memandang wajah Stefano yang begitu tampan di hadapannya.Bulu mata Stefano perlahan bergetar yang tak lama matanya terbuka memandang ke arah Nina. Sontak Nina segera membuang muka merasa malu saat Stefano menangkap basah dirinya niat buruknya."Kamu sudah bangun?" tanya Stefano memandang wajah Nina, yang menghindari tatapannya.Nina tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk mengiyakan. Namun, Stefano kemudian kembali berucap yang menyadarkan Nina dengan apa yang terjadi dengan mereka. "Sepertinya kamu sangat suka tidur dengan memelukku.""Apa?" Nilai tertentu mendengar ucapan Stefano kepadanya. Namun, sesaat kemudian Nina sadar dengan apa yang baru saja dikatakan Stefano.Sesungguhnya, Nina merasa malu melihat ia dan Stefano tidur dengan saling