Esok hari pun tiba, hari ini tepat di mana aku akan menikah untuk ke dua kalinya. Beberapa pelayan datang lebih pagi dari biasanya dan mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk meriasku dengan mengenakan gaun pengantin yang diberikan Jacob Al Jassem kemarin lewat Debora.Sepanjang waktu itu aku hanya diam dan tak bersuara, karena di sini aku hanyalah seorang tawanan. Apa yang direncanakan Jacob sebenarnya aku juga tak tahu, namun ia sudah berjanji padaku jika akan mengungkap semuanya setelah aku menikah dengannya, dan aku hanya berharap kalau dia tak akan mengingkarinya.“Sudah siap, Nyonya. Setelah ini kami akan mengantarkan Anda ke tempat upacara pernikahan," ucap seseorang yang bertugas meriasku.Aku menghela nafas dalam-dalam dan menatap lekat bayangan diriku sendiri dalam cermin, melihatnya aku bagai merasakan deja-vu karena tentu saja hal ini mengingatkanku pada pernikahanku dengan Daniel Noel beberapa bulan yang lalu.“Miris sekali hidupmu, Lucy Watts. Karena kau selalu menika
"Bekerjalah sekarang! Aku bukan orang sabar yang bisa menahan diriku, Lucy!” tegasnya kembali.Merasa dipojokkan oleh keadaan, dengan keberanian yang kumiliki aku pun mulai mendekatkan wajahku dan mulai memasukkan milik Jacob yang berdiri tegak dan berukuran besar ke dalam mulutku. Sungguh aneh, ini pertama kalinya aku menelan milik pria. Saat aku bersama dengan Willyam, aku tak pernah melakukannya begitu juga saat menjadi istri Daniel Noel, aku tak pernah sekali pun melakukan oral sex dengannya. Jadi ini pengalaman pertamaku melakukannya dan aku hanya melakukannya dengan instingku saja.Milik Jacob yang besar dan panjang tak bisa sepenuhnya masuk ke dalam mulutku, karena itu aku hanya bisa memasukkannya setengahnya saja. Cukup lama aku melakukannya hingga akhirnya aku mendengar Jacob mendesah dan mulai bergerak gelisah. Pinggulnya bergerak naik turun seolah ingin membuat miliknya itu semakin masuk ke dalam mulutku hingga masuk ke dalam kerongkongan! Aku dengan susah payah mencoba me
Tubuhku terasa remuk redam setelah pergulatan semalam. Entah berapa kali Jacob melakukannya padaku, aku tak tahu. Yang kuingat adalah saat aku setengah tersadar, aku merasa Jacob menyentuh tubuhku kembali hingga ia mengerang keras karena berhasil melakukan pelepasan entah yang ke berapa kali. Sekarang saat aku terbangun sepenuhnya, aku merasakan sakit dan nyeri di bagian inti tubuhku, dan aku tak melihat Jacob lagi di kamar ini. Ada di mana dia? Aku mencoba untuk bangun tapi rasanya sakit sekali dan aku merasa tak memiliki tenaga untuk bergerak. Brutal sekali pria itu menyentuhku, jika aku mengingatnya aku tak habis pikir bagaimana bisa seorang lelaki memiliki stamina dan kekuatan yang besar seperti itu? Secara fisik Daniel dan Jacob hampir memiliki persamaan, namun untuk kekuatan fisik aku bisa melihat jika Jacob lebih unggul dalam hal itu. Apalagi jika melihat ada dua tanda bekas luka memanjang di dada sebelah kanan Jacob, seperti bekas sebuah luka dari benda tajam. Aku tak bisa me
"Putraku? Willyam...?” lirihku dengan kedua netra berkaca-kaca.Nafasku sesak seketika melihat pemandangan yang ada di depan mataku sekarang. Bayangan kejadian saat penculikan itu kembali terlintas dalam pikiranku, saat di mana Willyam datang dengan tiba-tiba dan bermaksud menolongku, namun ia harus di bunuh dengan kejam di depan mataku. Dan anakku, apa yang terjadi sehingga ia jika harus meninggal sebelum dilahirkan di dunia ini?Setelah mengumpulkan mentalku akhirnya aku pun turun dari mobil dan berjalan lemah menuju ke dua makam yang memang masih tampak baru. Kedua makam itu berjejer bersebelahan di sebuah tanah lapang yang indah dekat perbukitan. Dan sejauh yang kulihat, hanya ada dua makam.Melihatnya tentu saja membuat kedua netraku berkaca-kaca, menahan tangis yang ingin keluar. “Aku yang memerintah orang-orangku untuk mengubur mereka bersebelahan agar mereka tidak kesepian berada di sini,” tutur Jacob yang berdiri tak jauh di depanku.“Apa yang terjadi sebenarnya saat itu, J
"Ahhggtt!! Sakit Jacob, kumohon sudah, cukup!!” aku memohon dengan suara gemetar saat Jacob bergerak liar di dalam tubuhku. Sudah ke sekian kalinya Jacob menyentuhku, ia memaksaku untuk melayaninya walaupun tubuhku ini merasa belum siap untuk menerima serangannya yang sedikit kasar dan brutal, seakan staminanya begitu besar dan menggebu untuk bercinta.“Kenapa, kau sudah tidak kuat??” sahutnya santai dengan terus memompa miliknya ke dalam inti tubuhku, kali ini dengan posisi berdiri di belakangku. Tubuhku yang menempel menghadap tembok dinding kamar merasa sudah lelah melayani nafsunya yang menyala-nyala selama aku telah resmi menjadi istrinya yang sah.Kedua netraku memejam kuat menerima pergumulan ini yang lebih tepatnya seperti penyiksaan bagiku. Seluruh tubuhku terasa sudah lemah dan tanpa tenaga, tubuh kami berdua dipenuhi oleh peluh, sudah hampir berjam-jam suasana kamar ini dipenuhi suara desahan dan erangan. Aku yakin jika kamar ini tidak kedap suara, orang di luar ruangan aka
"Kenapa bagian bawah tubuhku sakit sekali? Lebih sakit dari semalam yang aku rasakan?” desisku saat aku pertama kali membuka mataku dan seperti biasanya aku tak melihat Jacob ada di kamar ini, entah sejak kapan ia pergi setelah menyentuhku dengan brutal semalam. “Selamat pagi, Nyonya. Biarkan saya membantu Anda untuk bangun," sapa pelayan wanita bernama Debora yang beberapa hari ini mengurusku selama aku menjadi istri atau lebih tepatnya tawanan dari Jacob Hayden. Debora baru saja masuk tidak lama setelah aku bangun, dengan cekatan ia membuka tirai kamar yang ada di ruangan dan memang keadaan di luar sudah terlihat terang dan cerah. Entahlah, sejak aku berada di kastil dan terkurung di sini aku benar-benar tak tahu waktu dan hari.“Pukul berapa sekarang, Debora? Dan di mana tuan Jacob sekarang?” Tanyaku dengan kedua mata menyempit karena merasa sedikit silau dengan cahaya terang dari yang ada di jendela besar kamar yang kini sudah sepenuhnya terbuka.“Sekarang sudah pukul 9 lewat, Ny
"Aah, di mana aku?” gumamku lirih saat aku baru membuka mata. Aku mencoba mengerjapkan kedua mataku dan mengamati, ternyata aku berada di tempat yang familier, yaitu kamar di kastil milik Jacob Hayden, pria yang sekarang resmi menjadi suamiku selama beberapa hari ini, dan kini setelah aku sadar sepenuhnya pria itu, Jacob Hayden Al Jassem tengah duduk di samping tempat aku terbaring sekarang.“Kau sudah sadar?” Masih dengan ekspresi datarnya dia menatapku.“Apa yang terjadi padaku, Jacob?” lirihku masih merasakan lemah di sekujur tubuhku sekarang.“Kau pingsan saat sedang mandi. Apa aku tidak ingat?” pria dingin itu menyahut datar.Kepingan ingatan saat sebelum aku berada berbaring di sini pun kembali terlintas. Ketika aku mandi dan melihat air dalam bathub berubah menjadi merah karena darah!“Darah...? Aku ingat, aku berdarah,” lirihku dengan tatapan lemah sekaligus masih merasa syok jika mengingat kejadian itu.“Kau mengalami pendarahan hebat, karena kau masih dalam masa nifas. Itula
“Sejak kapan Daniel yang hebat dan bersih, mencintai alkohol melebihi istrinya yang bagai dewi itu?” ledek Larry Onselan, melihat teman dekatnya yang sudah beberapa hari dan tiap malam menghabiskan waktunya berada di bar dan klub hanya sekedar minum kemudian berakhir mabuk.Pria berambut coklat itu tampak sedikit prihatin melihat Daniel Noel yang baginya kini tampak begitu menyedihkan. Entah apa yang membuat Daniel tampak berubah seperti ini. Apa karena hubungan Daniel dan Helen yang sedang buruk atau karena sejak menghilangnya istri keduanya yang merupakan mantan sekretaris cantik Daniel sendiri?Larry Onselen cukup tahu banyak segala hal tentang Daniel Noel. Ia juga adalah salah satu saksi dari pernikahan di bawah tangan Daniel dengan Lucy Watts. Skandal teman baiknya bersama dengan sekretarisnya yang berakhir dengan cukup dramatis karena sampai sekarang Lucy Watts belum ditemukan keberadaannya. Mungkinkah karena itu Daniel Noel menjadi frustasi hingga menjadi pemabuk seperti ini?