Share

Bab 7

Penulis: Fizchanayla
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-29 14:24:59

ISTRI GLOWING SUAMI KELING 7

Deg

Hati Bu Dewi mencelos mendengar penuturan putra keduanya itu. Tiba-tiba matanya berembun, susah payah ia menelan salivanya, kerongkongannya terasa tercekat seketika. Ada rasa marah dan kecewa, tapi apa yang diucapkan Jaka memang ada benarnya. Tapi sejujurnya ia tak ingin pernikahan anak-anaknya mengalami kegagalan.

"Jadi, kamu nggak ikhlas merawat ibu selama ini?" tanya Bu Dewi dengan suara serak. Mati-matian ia menahan tangis.

Jaka memandang wajah ibunya sendu. Sadar sudah mengucapkan kata-kata yang mungkin menyinggung perasaan ibunya, tapi melihat sikap ibunya yang kadang kelewatan, rasa sabar yang ia pupuk mulai terkikis. Melihat istrinya sering dimaki di depan banyak orang juga membuat hati Jaka terusik. Satu sisi ibu kandungnya disisi lain istrinya.

"Jaka dan Risma ikhlas merawat Ibu. Kurang sabar apa Risma selama ini jadi menantu Ibu. Tak pernah mengadukan hal yang aneh-aneh. Dimaki pun cuma diam, menyahut pun masih dalam batas wajar saat sudah benar-benar kesal. Jaka hanya minta, tolong bersikaplah lebih baik. Kalau Risma sampai benar-benar sakit hati dan tidak mau membantu merawat Ibu, siapa yang rugi? Ibu sendiri. Jaka dan Mas Joni tidak akan setelaten dan sesabar Risma." Jaka mencoba menjelaskan apa yang jadi ganjalan hatinya selama ini. Jika sikap ibunya tidak kunjung berubah, bukan tak mungkin nasib pernikahannya juga akan sama seperti kakaknya.

Bu Dewi hanya bisa diam menunduk. Air matanya tak mampu ia bendung. Selama ini dia hanya ingin diperhatikan dan dipahami tanpa mau tau perasaan orang lain.

Jaka menghela napas pelan, jujur hatinya sakit melihat ibunya menangis karna kata-katanya. Jaka tidak ingin keluarga dan rumah tangganya hancur. Sebelum terlambat dia harus lebih tegas. Semua memang tidak mudah, pasti akan ada air mata yang terjatuh. Tapi setidaknya dia punya harapan yang lebih indah dikemudian hari.

"Jaka berangkat kerja dulu, Bu! Ini ada sayur mateng dari Risma, jangan lupa dimakan. Nanti Risma kesini kalau sudah nyuci baju. Ingat, jangan marah-marah terus, kendalikan diri Ibu sebelum semua hancur dan terlambat. Soal Mas Joni, nanti biar Jaka yang bicara!" pamit Jaka sambil mewanti-wanti ibunya. Dia meraih tangan ibunya, mencium punggung tangannya dengan takzim.

"Nanti siang aku ke sini lagi pas istirahat makan. Biar aku cek airnya. Ibu istirahat saja, nggak usah ngapa-ngapain," imbuhnya lagi.

Bu Dewi tak menyahut, pun tak mengangkat wajahnya saat Jaka pamit. Di ambang pintu Jaka menoleh lagi, menghela napas kasar, gamang meninggalkan ibunya sendiri tapi dia juga harus kerja. Ibunya sangat keras kepala, sangat sulit diberi pengertian. Tapi jika tak diingatkan, dia juga yang akan menyesal kedepannya.

***

Jam setengah sembilan Risma baru selesai bebenah rumah karna sekalian jemurin baju. Sebelum pergi selalu memastikan rumah dalam keadaan bersih dan rapi. Jadi selama pergi tidak kepikiran pekerjaan rumah, pulang pun tinggal santai.

"Pegangan ya, Sayang!" titah Risma pada putrinya yang ia bonceng di belakang.

"Iya, Ma!" seru Alika girang karna akan diajak ke rumah neneknya.

Sepeda warna pink itu melaju perlahan di jalanan kampung tempat Risma tinggal. Bocengan belakang sengaja dibuat lebih safety untuk Alika. Dibuat bangku kecil dengan pegangan kanan kiri, juga diberi sabuk pengaman sederhana. Kanan kiri rodanya ditutup dengan kardus agar kaki kecil Alika tidak terjepit roda sepeda.

Rumah ibu mertua Risma memang tidak jauh jaraknya. Namun Risma lebih memilih menggunakan sepeda agar lebih cepat, putrinya pun sangat senang jika diboceng sepeda. Sepanjang jalan tawanya tidak pernah berhenti. Sesederhana itu kebahagiaan Alika.

Sesampainya di depan rumah mertuanya, Risma sedikit heran karna pintu depan terbuka. Risma pikir ada tamu atau mungkin teman Mas Joni karna motor kakak iparnya itu juga terparkir di teras rumah. Tapi tidak ada sendal atau sepatu di depan teras jika memang ada tamu.

Setelah menstandarkan sepedanya, Risma gegas menurunkan Alika dari boncengan belakang.

"Sudah sampai! Ayo, turun!" Risma membuka sabuk pengaman lalu menggendong putrinya perlahan takut kakinya tersangkut sepeda. Lalu menurunkan kembali dan menggandeng tangannya. Keduanya masuk ke dalam rumah.

Di ambang pintu Risma mematung. Heran melihat ibu mertuanya tidur di sofa, dengan keadaan pintu depan terbuka. Tatapannya lalu beralih pada plastik di meja yang belum dibuka. Sudah pasti itu plastik berisi sayur mateng darinya, karna ia sangat hafal plastiknya.

Di kepalanya mulai bersliweran pikiran-pikiran negatif. Risma menggeleng-gelengkan kepala, berharap prasangkanya enyah. Ia lalu menuntun Alika masuk ke dalam, mendudukkan bocah itu pada sofa single di seberang sofa yang ditempati ibu mertuanya.

"Alika, duduk yang anteng, ya! Mama mau bangunin nenek dulu," bisik Risma lalu mengecup pucuk kepala putrinya.

Risma mendekat, lalu berlutut di samping sofa. Punggung tangannya lalu perlahan ia tempelkan pada dahi ibu mertuanya. Tidak panas, batin Risma dengan kening berkerut. Ia lalu mengamati wajah ibu mertuanya itu. Matanya sembab, juga terdapat bekas air mata dipipi.

"Bu!" panggil Risma pelan sambil mengusap pelan lengan tangannya.

Bu Dewi membuka matanya perlahan, matanya sedikit berat, mungkin efek menangis terlalu lama. Ia mengerjap-ngerjapkan mata, menatap Risma lalu tersenyum kecil.

"Ibu kok tidur di sini?" tanya Risma tak mampu menahan rasa penasarannya.

"Iya, ketiduran tadi," jawab Bu Dewi dengan suara sedikit serak sambil perlahan duduk dibantu Risma.

"Ibu belum makan?"

Bu Dewi hanya menggeleng pelan. Risma lalu mengambil kantong plastik di meja, ia langkahkan kakinya ke dapur. Menaruh sayur mateng di piring. Nasi yang tadi ia bungkus dengan kertas nasi ia tuang dalam piring dan menambahkannya dengan urap, dan tempe goreng. Pepes tahu ia pisah di piring lain.

Setelah siap Risma membawanya ke depan. Melewati ruang tengah ia melihat tumpukan baju kotor yang teronggok di bak besar. Risma hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu meneruskan langkahnya.

"Ibu mau makan sendiri apa disuapi?" tanya Risma saat sudah sampai ruang tamu. Rupanya Alika sudah pindah tempat duduk di sisi sang nenek. Mereka sedang asik mengobrol saat ia datang.

"Biar ibu sendiri. Ibu masih kuat bukannya jompo!" Walau nada bicaranya tidak ketus tapi tetap saja sedikit pedas.

Risma tak menanggapi, ia menaruh piring yang dibawanya di meja, lalu duduk di sofa yang tadi diduduki Alika.

"Bu, boleh nyalain tv nggak? Biar Alika nggak bosen," tanya Risma, walau di rumah mertuanya ia selalu bertanya dulu, takut yang punya rumah tidak berkenan.

"Ya!" jawab Bu Dewi singkat sambil mengunyah makanannya.

Risma mengambil remot tv dan menyalakannya, mencari siaran kartun agar Alika betah. Lalu menaruh remot pada tempat semula. Ia ke dapur kembali untuk mengambil sapu, karna melihat rumah masih berantakan.

Bu Dewi memperhatikan menantunya sambil makan. Teringat perkataan Jaka tadi pagi. Dalam hati mengakui jika Resti memang sangat sabar dan telaten mengurusinya yang selama ini lebih banyak rewel. Tanpa disuruh juga membantu pekerjaan rumah jika melihat rumah mertuanya kotor. Entah akan seperti apa jika ia sakit dan tidak ada menantu yang membantunya. Joni yang serumah pun seolah tidak peduli dan abai dengan ibunya, karna rasa marah dan sakit hati yang masih merajai hati hingga kini.

Bab terkait

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 8

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 8"Bang, kayu yang udah nggak dipakai boleh aku minta nggak?" tanya Jaka ragu pada Bang Ari-mandornya saat jam makan siang tiba."Kayu yang mana?" Bang Ari balik bertanya. Tatapannya tak beralih dari ponsel di tangannya."Itu yang di pojok situ!" tunjuk Jaka pada setumpuk kayu yang ada di pojok bangunan bersebelahan dengan karung bekas semen yang masih berserakan.Bang Ari mendongak dan menatap sekilas tumpukan kayu yang dimaksud anak buahnya itu. Lalu fokus pada ponsel lagi. "Ambil saja. Mau buat kayu bakar?" tanyanya tanpa menatap Jaka. Tangannya sibuk menekan-nekan ponsel pintarnya."Mau buat kursi," jawab Jaka enteng.Bang Ari melirik Jaka yang berdiri di sampingnya dengan dahi berkerut. "Kursi mainan?" tanyanya lagi."Buat apaan kursi mainan, Bang. Kursi beneran lah!" sahut Jaka. Sontak Bang Ari tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jaka."Bikin kursi pakai kayu itu mah sekali duduk juga roboh, Jaka!" ucap Bang Ari meremehkan."Ahh, belum dicoba mana

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 9

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 9"Mas, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Risma serius.Jaka meraup udara dengan rakus, lalu membuangnya perlahan. Sebelah tangannya berkacak pinggang, sedangkan yang lain memijit pelan pelipisnya."Ceritanya panjang, Dek!" ucap Jaka lesu."Ya sudah, nanti Mas cerita di rumah, barangkali aku bisa membantu, biar masalah ini nggak berlarut," sahut Risma."Sekarang kita keluar. Bersikap biasa saja. Anggap saja tidak dengar dan tau obrolan mereka. Kendalikan emosi kamu, Mas! Semua ada jalan keluarnya, hanya butuh waktu dan berpikir yang tenang, jangan gegabah," sambungnya.Jaka mengangguk, lalu meraih tangan istrinya. "Terima kasih, buat segalanya!" ucapnya tulus."Haishh, lebay!" kekeh Risma lalu melangkah terlebih dahulu setelah melepaskan tangannya yang digenggam Jaka.Jaka tersenyum, dia merasa beruntung sekali mempunyai istri seperti Risma. Dalam hatinya berjanji akan berusaha lebih keras lagi agar kehidupannya lebih baik, bisa membahagiakan dan menuruti

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 10

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 10Siapa Wulan? Risma bahkan baru tau namanya dari Bu Ida. Ia sangat penasaran, padahal biasanya sangat masa bodo."Emang suami kamu nggak pernah cerita, Ris?" tanya Bu Ida setelah menangkap keterkejutan dari wajah Risma. Risma hanya menggeleng sambil tangan menyuap pepaya mengkal sebagai jawaban.Bu Ida hanya tersenyum mengangguk. "Baiknya, tanyakan pada suamimu. Itu lebih baik. Kalau denger dari ibu, nanti malah takut salah. Takutnya ... apa yang ibu dengar dan sampaikan sama kamu tidak akurat. Kalau Jaka, pasti lebih tau," ujar Bu Ida bijak, ia takut salah bicara, apalagi Risma sama sekali tidak tau apa-apa.Dalam hati Risma menerka-nerka, tentang siapa Wulan. Feelingnya mengatakan Wulan itu mantan istri Mas Joni. Hari ini benar-benar banyak kejutan bagi Risma. Dari mulai sikap ibu mertuanya yang sedikit lebih baik dari pada biasanya. Mata sembabnya yang menunjukan jika dia habis menangis lama. Entah apa yang dikatakan suaminya tadi pagi pada ibu mertuany

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 11

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 11Risma panik mendengar teriakan ibu mertuanya. Dia berdiri, lalu duduk lagi. Tangannya saling meremas. Ia bigung harus berbuat apa. Tidak mungkin meninggalkan Alika seorang diri di teras, sedangkan hari sudah gelap. Membawanya masuk ke dalam juga tak mungkin."Ayo, Risma, berpikir!" monolog Risma sambil berjalan mondar mandir. Tangannya saling meremas satu sama lain. Risma teringat kamar Mas Jaka di rumah ini. Kamar itu berdampingan dengan ruang tamu, ada di sebelah kanan, ukurannya lebih kecil dibanding kamar lain di rumah ini. Sedangkan pintu ke ruang keluarga ada di ujung ruang tamu sebelah kiri. Ia menggendong Alika, dengan hati-hati melangkah memasuki ruang tamu, takut terkena pecahan gelas.Di depan kamar yang di tuju Risma celingak celinguk mencari kunci, karna ternyata kamar itu terkunci. Pandangannya tertuju pada kunci dengan gantungan boneka panda kecil yang tergeletak di meja kecil diujung tembok. Risma lalu mengambilnya, lalu membuka kamar yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 12

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 12Jaka mengantarkan Risma terlebih dahulu. Sampai di rumah ia membantu membukakan pintu dan membawakan martabak yang mereka pesan tadi. Risma sendiri menggendong Alika. Risma langsung merebahkan putrinya di kamar. Lalu menghampiri suaminya yang duduk di karpet ruang tamu."Mas, pergilah! Selesaikan masalah keluargamu dulu, jangan dibiarkan berlarut-larut. Ibu sudah tua, tidak seharusnya dibebani dengan hal-hal yang seharusnya tidak beliau pikirkan," ucap Risma bijak. Walau sering kali dicela dan dimaki, entah mengapa Risma justru iba melihat keadaan ibu mertuanya itu."Tapi, Mas Joni juga keras kepala. Sulit sekali memberi pengertian pada mereka, Dek!" sahut Jaka seperti putus asa.Risma menghela nafas kasar. Ia tau ini sulit, karna mungkin masalahnya sudah terlalu lama dan akan mengorek luka lama."Tenangkan dulu Ibu dan Mas Joni. Selanjutnya kita cari jalan keluarnya bersama. Barangkali aku bisa bantu jika sudah tau semuanya. Jujur, aku mau kasih saran ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 13

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 13"Duduk!" bentak Jaka karna kakaknya masih berdiri bergeming menatap nyalang ibunya, hanya tangannya sudah ia turunkan.Joni melengos, menghembuskan nafas kasar lalu duduk di sofa dengan sedikit kasar."Bu, aku sudah bilang kan, jaga sikap Ibu! Kalau Ibu seperti ini terus, bukan tak mungkin suatu saat bisa kehilangan anak, nggak hanya kehilangan menantu," ucap Jaka tegas."Maaf jika pada akhirnya Jaka harus bicara apa adanya, meskipun itu akan menyakiti hatimu, Bu. Aku hanya ingin keluarga ini rukun dan utuh. Hanya Ibu orang tua kami sekarang. Setelah Bapak wafat, otomatis tanggung jawab menjaga Ibu ada pada kami. Terkadang, sikap Ibulah yang membuat kami jengah. Jika bukan karna Risma pun, mungkin aku juga sudah menyerah menghadapi sikap Ibu. Semua belum terlambat, apa yang tersisa masih bisa diperbaiki agar lebih baik dikemudian hari. Yang sudah, ya sudah, maafkan lupakan," papar Jaka panjang lebar.Bu Dewi menunduk tajam, tak berani menatap anak-anaknya

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-31
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 14

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 14"Bagaimana dengan Ibu, Mas?" tanya Risma sambil merapikan benang yang berantakan akibat ulah ibu mertuanya.Jaka yang menyandar tembok mendesah putus asa. Dia menhendikkan bahu, lalu menggeleng pelan.Risma menatap iba suaminya, kentara sekali jika dia terbebani dengan masalah ini. Rambutnya berantakan, wajahnya kusut. Jaka meremas rambutnya dengan kedua tangan, kepalanya terasa penuh."Masalahnya sudah merembet kemana-mana, Dek!" ucap Jaka pelan.Risma mengerutkan dahi, bingung dengan ucapan suaminya. "Maksudnya?"Jaka menghela nafas kasar, lalu duduk bersila. Mencomot martabak manis yang tadi dibelinya, menguyahnya perlahan."Mas, aku mau tanya, siapa Wulan?" tanya Risma penasaran. Bu Ida hanya menyebutkan namanya saja tanpa ada sedikit pun informasi yang diberikan membuat Risma begitu penasaran.Jaka menghentikan kunyahannya mendengar pertanyaan Risma. Dia mendongak dan menatap w

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 15

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 15"Cemburu, sama Alika? yang benar saja. Ya Allah, apa lagi ini?" pekik Risma. Ia benar-benar dibuat heran dengan tingkah ajaib keluarga suaminya."Anaknya nggak pernah disayang Ibu, ditanyain kabarnya pun nggak pernah," ucap Jaka. Sekarang dia tidur terlentang dengan kedua tangan ditekuk sebagai bantal, sedangkan matanya menatap langi-langit rumah. Risma sendiri duduk selonjor di sampingnya."Ohh ... jadi udah punya anak sama Mbak Wulan. Ya wajar sih kalau belum bisa move on, nggak cuma karna cinta, tapi juga karna anak. Tapi caranya saja mungkin yang kurang tepat buat ambil hati Ibu," ujar Risma."Ayok, Mas. Pindah di kamar tidurnya," ajak Risma menepuk pelan bahu Jaka yang mulai terlelap.Jaka membuka mata, duduk sebentar baru beranjak ke kamar. Risma sendiri membereskan sisa martabak, ia taruh di dapur. Masih sisa setengah, esok bisa buat sarapan. Mengecek pintu juga jendela, memastikan sudah terkunci semua

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01

Bab terbaru

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 30

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 29

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 29"Ini cincin untuk kamu, Jon. Dan ini untuk Jaka." Bu Dewi menyerahkan cicin pernikahannya yang sudah sejak lama dia simpan. Masing-masing satu untuk Joni dan Jaka. Joni mendapatkan cincin Bu Dewi, sedangkan Jaka mendapat cicin mendiang bapaknya.Jaka dan Joni yang duduk bersisian saling pandang. Lalu menatap cicin yang berada di telapak tangan mereka. Belum begitu faham dengan maksud sang ibu memberikan cincin itu kepada mereka."Anggap saja itu bukti rasa tanggung jawabku sebagai ibu pada kalian. Gunakan untuk modal usaha, atau kalian berikan pada istri kalian. Terserah." Bu Dewi menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu sadar selama ini tidak pernah membantu kalian sejak kalian memutuskan menikah, padahal anak lelaki itu milik ibunya. Harusnya ibu juga bertanggung jawab saat kalian dalam kesusahan dan masalah, tapi ibu malah menambah masalah."Bu Dewi menunduk tajam, tak sanggup untuk melihat anak-ana

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 28

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 28"Satu bulan lagi? Yang benar saja," protes Bu Dewi."Ibu ini aneh, kemarin-kemarin susah dimintai restu, marah-marah Mas Joni bawa Mbak Wulan ke rumah takut zina katanya. Giliran udah ngasih restu mau cepet-cepet nikah biar nggak timbul fitnah apalagi sampai zina diprotes juga. Heran deh," sahut Jaka yang duduk di bangku belakang bersama istrinya."Barangkali ada yang buat kamu kepikiran, Wi? Coba ngomong dari sekarang biar nggak jadi masalah nanti," ucap Bude Narti mencoba tak memojokkan adik iparnya itu, walaupun sedari tadi dia sendiri sudah mengelus dada melihat tingkahnya."Semua kan butuh persiapan, butuh biaya," balas Bu Dewi ketus."Nggak perlu khawatir soal uang." Joni yang fokus menyetir akhirnya menyahut."Aku sudah ada. Semua kebutuhan biar aku yang tanggung. Asal nggak menuruti gengsi dan ego Ibu insyaallah cukup. Yang penting sah dan selametan sederhana. Meski sederhana tapi nggak malu-

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 27

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 27Setelah salat magrib semua berkumpul di ruang tamu. Kecuali Bu Dewi yang sedari tadi masih belum keluar kamar. Aneka kue, juga jajanan pasar sudah ditata sedemikian rupa dalam beberapa wadah. Ditambah hiasan pita juga plastik parsel bening menambah cantik kue-kue itu.Risma sengaja mandi juga bersiap dari rumah mertuanya, agar tak bolak balik dan menghemat waktu. Sedangkan baju dan yang lainnya dibawakan Jaka setelah pulang kerja dan mampir kerumah dulu untuk mandi dan bersiap.Joni keluar lebih dulu untuk mengambil mobil yang akan digunakan untuk acara lamarannya. Sedangkan Pakde Burhan juga Bude Narti memilih menunggu di kursi teras. Alika sendiri tak pernah jauh dari kakeknya. Risma dan Jaka lebih memilih menunggu di ruang tamu."Pinjem mobil siapa, Jon?" tanya Pakde Burhan dari kursi teras, setelah Joni keluar dari mobil yang ia kendarai. Alika, duduk anteng dipangkuannya."Mobil temen, Pakde!" sahut Joni

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 26

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 26Akhirnya sepakat, lamaran dilakukan esok hari. Joni langsung menghubungi Wulan agar di sampaikan pada orang tuanya. Buah tangan pun cukup membeli saja di pasar agar tidak ribet. Walau Bu Dewi setengah hati, tapi tetap merestui.Jaka bisa kerja lebih dulu, karna acaranya jam tujuh malam. Risma pun bisa ke pasar dulu, juga menjait furing untuk tas pesanan pelanggannya. Sedangkan Joni memilih mengambil cuti."Wi, itu gula sampai meleleh di lemari, kamu beli dari kapan?" tanya Bude Narti yang tidak sengaja melihat isi lemari dapur adik iparnya, penuh dengan kebutuhan dapur."Ohh ..., itu dari Jaka. Dia kalau gajian suka beliin, katanya kalau ngasih duit nggak seberapa malu, jadi dibeliin keperluan rumah. Kadang sabun mandi, detergent, pasta gigi, kadang juga kue," terang Bu Dewi dari kursi meja makan.Bude Narti lalu melihat lihat aneka perabotan yang dikumpulkan Bu Dewi dari dia masih pengantin baru. Banyak seka

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 25

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 25"Risma, ambil nasi, ikan bakarnya sudah mateng!" titah Pakde Burhan sembari berjalan masuk rumah dengan kedua tangan memegang piring berisi ikan bakar. Alika mengekor di belakangnya."Oalah, Pak ... tadi kan udah sarapan," sergah Bude Narti."Nggak apa, Bude. Kan habis perjalanan jauh, pasti laper lagi," ujar Risma menatap Bude Narti dengan seulas senyum lalu beranjak dari duduknya.Pakde Burhan duduk di tempatnya semula setelah meletakkan piring berisi ikan bakar buatannya. Aromanya memang menggugah selera."Itu, gimana ceritanya, ikan bisa gosong sebelah?" Bude Narti menunjuk ikan yang paling pinggir di piring."Itu bukan gosong, tapi kematengan," bela Pakde Burhan."Nek, aku mau makan lagi, ya, disuapin!" pinta Alika yang duduk dipangkuan Bu Dewi."Iya. Tadi emang belum makan?" tanya Bu Dewi sembari mengecup pucuk kepala cucunya."Udah, tapi laper lagi," jawab Alika, tangannya mengusap-usap perut sambil nyengir menatap neneknya.Bude Narti memperhatika

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 24

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 24"Pakde, silahkan diminum tehnya, mumpung masih hangat," ucap Risma seraya menaruh nampan berisi dua cangkir teh di atas karpet. Bude Narti menyusul membawa gorengan yang tadi dibawanya dari rumah."Nggak di rumah, nggak di sini sama aja, gorengane Bune," cibirnya yang langsung mendapat tatapan tajam dari sang istri.Risma meringis, sedikit sungkan karna tak ada apa-apa untuk disuguhkan saat ada tamu datang. Kebetulan memang hari ini rencananya akan ke pasar. Siapa sangka sudah kedatangan tamu duluan. Alhasil hanya menyuguhkan apa yang ada.Tak mungkin juga meninggalkan tamunya begitu saja di rumah, lalu dia pergi ke pasar. Andai ada suaminya di rumah pun, sungkan jika ingin ke pasar, kecuali hanya ke warung. Sedangkan tukang sayur pasti hanya tinggal sisa-sisa dagangan saja jika sudah jam delapan. Hanya ada sisa ikan kemarin di kulkas."Dari rumah jam berapa tadi, Bude?" tanya Risma mengalihkan bahasan seraya

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 23

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 23CeklekRisma masuk rumah begitu saja tanpa mengucap salam seperti biasa. Padahal dia tau suaminya ada di rumah, terlihat dari motor yang terparkir di samping rumah. Jujur, hatinya masih kesal."Sudah pulang, Dek?" sapa Jaka tersenyum ramah sambil berjalan menghampiri istrinya yang baru saja masuk rumah.Risma yang baru menutup pintu, berbalik dan mendongak, menatap datar suaminya. Tanpa menjawab langsung melenggang masuk begitu saja. Sedangkan Alika tertidur dalam gendongannya.Jaka memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya. Bingung bagaimana cara membujuk istrinya. Dia lalu menghela nafas kasar dan menyusul istrinya ke dalam."Semua gara-gara, Ibu!" lirihnya sambil berjalan.Risma sendiri masuk ke kamar. Perlahan menidurkan putrinya di kasur. Dia meletakkan dengan pelan agar tidur Alika tidak terganggu.Jaka lebih memilih menunggu di ruang tengah. Ingin mengajaknya bicara, tapi

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 22

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 22"Mbak, apa kabar?" sapa Jaka dari ambamg pintu ruang tamu rumah Ibunya.Wulan yang sedang mengobrol dengan sang pujaan hati alias mantan suaminya menoleh, tersenyum mengangguk. Lalu berdiri menyalami Jaka yang sudah mendekat dan mengulurkan tangan."Alhamdulillah, baik. Udah lama ya, nggak ketemu. Lho, istri dan anakmu tak diajak?" tanya Wulan karna tak mendapati istri dan anak Jaka setelah lelaki itu masuk rumah. Justru mantan ibu mertuanya yang melenggang masuk begitu saja dengan wajah ketus, seolah tak ada orang di ruang tamu."Di rumah, Mbak. Alika lagi tidur, jadi Risma nungguin," jawab Jaka tersenyum menutupi apa yang sebenarnya terjadi."Duduk, Mbak!" Jaka mempersilahkan tamu kakaknya itu duduk kembali. Jaka pun ikut duduk di sofa single berhadapan dengan mereka."Ibu, kok nggak keluar-keluar dari tadi," gumam Jaka pelan yang masih bisa didengar Wulan juga Joni.Joni mendengus pelan,

DMCA.com Protection Status