Tepat setelah semua orang selesai memanjatkan doa, Reynand dan Erlena baru saja tiba. Azkia yang sangat kesal, ia hanya bisa diam, lebih tepatnya ia sedang menahan diri untuk tidak mengomeli putranya itu di depan semua orang. Sedangkan Deffin, ia juga tampak tenang. Namun, tidak ada yang tahu betapa dinginnya sorot mata Deffin, kecuali Erwin dan Roy yang masih bisa melihatnya."Clarice sayang, ayo kita cari tempat berteduh dulu, Ibu juga sudah lelah karena terlalu lama berdiri," ajak Azkia yang sebenarnya hanya mencari alasan saja, sebab ia ingin menghindari Reynand."Baik, Bu." Clarice dan Azkia berjalan terlebih dahulu menuju kursi yang berada di bawah pohon yang berada di pinggiran area pemakaman, dengan diikuti Deffin yang berada di belakangnya. Sedangkan yang lain, masih tetap berada di tempatnya, sebab tidak akan enak dipandang, jika hanya ada Reynand dan Erlena yang masih berdoa, hanya berdua saja.Sesuai kebiasaan mereka, setelah dari pemakaman, keluarga Deffin akan langsung m
Semua orang memakan makanan mereka dengan cepat, namun juga tampak terlihat tenang secara bersamaan. Mereka makan dengan cepat, bukan karena mereka sudah kelaparan, namun karena mereka tidak ingin berlama-lama dalam ruangan yang terasa mencekam ini.Ting ...Deffin sudah meletakkan sendoknya, padahal ia baru makan setengahnya saja."Kalian lanjutkan saja makannya, aku masih ada urusan yang harus aku selesaikan." Menatap semua orang, lalu kemudian sorot matanya berhenti ketika memandang Azkia."Sayang, maaf. Aku harus pergi dulu," ujar Deffin lembut seraya memegang tangan Azkia.Azkia menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Iya, hati-hati."Setelah kepergian Deffin, tanpa sadar semua orang bisa menghela napas lega, entah mengapa makan bersama kali ini terasa menegangkan bagi semua orang."Kak, apakah paman Deffin sedang marah?" bisik Marcel pelan di telinga Loretta"Ssstt!!! Anak kecil diam saja," sahut Loretta tak kalah pelan. Mendengar jawaban kakaknya, Marcel mengerucutkan bibirn
Semilir angin pantai langsung menerpa wajah Clarice, di saat ia baru saja keluar dari mobil yang ditumpanginya."Clarice, udaranya terasa segar bukan?" tanya Azkia yang baru saja keluar lewat pintu belakang, lalu disusul Deffin yang keluar dari pintu sebelahnya. Sedangkan Clarice, ia duduk di depan, lebih tepatnya di samping sopir."Iya, Bu." Clarice langsung berjalan mendekat ke arah Azkia, lalu mereka berdua berjalan terlebih dahulu untuk menikmati air laut lebih dekat lagi.Sedangkan di belakang, Deffin masih berbicara dengan sopirnya. Sepertinya Tuan Posesif itu sedang memberi beberapa pesan, sebelum akhirnya sang sopir pulang."Mungkinkah dia akan langsung kembali ke Los Angeles?" batin Clarice. Awalnya Clarice mengira ia akan pergi ke pantai yang masih di kawasan California. Namun, ternyata mereka harus naik pesawat dulu sebelum sampai ke pulau ini, pulau yang Clarice tidak tahu entah namanya apa? Namun, sepertinya ini adalah sebuah pulau pribadi."Bu, ini di mana?" Mumpung Deff
Reynand berjalan keluar dari rumah orang tuanya dengan langkah yang gontai. Reynand sama sekali tidak memiliki niatan untuk menginap di rumah orang tuanya sendiri, padahal di situ ada banyak para pelayan yang bersedia melayani segala keperluannya. Tidak seperti di penthouse yang saat ini berubah menjadi sepi karena tidak adanya Clarice, dan juga dapat dipastikan besok tidak ada orang yang bisa diganggunya ketika membersihkan penthouse nya."Sialan! Enak sekali dirimu diajak liburan orang tuaku. Tapi, sekarang mereka pergi ke mana ya?" gumam Reynand seraya membaringkan tubuhnya di sofa ruang tamu.Reynand sedang mencoba menebak, di mana keberadaan orang tuanya dan istrinya saat ini, ia pun juga sudah berusaha bertanya ke semua manager hotel yang kemungkinan besar menjadi tempat penginapan mereka bertiga. Namun, hasilnya tetap nihil, mereka bertiga tidak datang ke sana.Setengah frustasi, Reynand mencoba bertanya kepada Brian, mungkin saja sekretarisnya itu tahu di mana keberadaan oran
Sudah seminggu ini Reynand bekerja keras menyelesaikan semua pekerjaan yang telah dibebankan ayahnya kepadanya. Meski begitu lelah, namun Reynand tetap menyelesaikan semuanya, tujuannya agar ayahnya mau mengajak ibu dan istrinya pulang dari perjalanan liburan mereka.Reynand tengah sibuk dengan semua berkas yang ada di atas meja kerjanya, lalu tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu ruangannya.Setelah mempersilakan masuk, sosok Brian muncul dengan membawa sebuah berkas di tangannya."Masih ada lagi?" keluh Reynand seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kerjanya, ia mendesah lelah ketika melihat masih ada separuh berkas yang belum ia baca sama sekali.Brian tersenyum. "Anda tenang saja, Tuan Muda. Ini hanya surat saham dari KA Group." Meletakkan berkas tersebut di atas meja. "Anda bisa memeriksanya nanti." Lanjutnya.Reynand sebenarnya bisa mengabaikan berkas yang baru datang itu, karena ia yakin Brian sudah memeriksanya dengan teliti. Namun, ada sesuatu yang membuat
Deffin, Azkia dan Clarice tiba di Los Angeles ketika malam tiba. Setelah mengantar Clarice hingga sampai di depan gedung apartemen milik Reynand, sang sopir langsung membawa Deffin dan Azkia pulang ke rumah mereka.Mobil milik mertuanya sudah menjauh. Namun Clarice tidak bergegas masuk, ia tetap berdiri di halaman gedung dan seperti sedang menunggu seseorang.Tidak lama kemudian sebuah taksi datang menghampirinya."Ayo, cepat naik." Suara Alvin terdengar sedikit terburu-buru, ia takut jika mata-matanya Deffin melihatnya, padahal sudah sangat jelas, mau bagaimana pun juga Deffin tetap akan mengetahuinya. Setelah Clarice masuk dan duduk di kursi belakang, Alvin langsung melajukan taksinya menuju apartemennya.Selama di perjalanan, tidak ada pembicaraan di antara Alvin dan Clarice, Alvin hanya fokus mengemudi, sedangkan Clarice sedang duduk bersandar seraya memejamkan matanya, saat ini ia sangat kelelahan fisik maupun psikisnya.Tidak lama kemudian mereka berdua telah sampai di aparteme
Clarice mengernyit ketika tangannya terasa kesemutan, dan juga seperti ada beban berat yang sedang menindih tangannya. Lalu dengan perlahan Clarice mencoba membuka kedua matanya, ia sontak terkejut ketika melihat ada kepala seorang laki-laki yang menindih tangannya.Setelah melihat dengan jelas bahwa itu Reynand, Clarice hendak membangunkan Reynand, namun terdengar suara laki-laki lain yang sedang berjalan masuk ke dalam kamar tersebut."Kamu sudah bangun?" tanya Alvin lembut seraya membawa nampan berisi satu mangkuk bubur dan segelas air putih. Lalu kemudian ia menaruh nampan tersebut di atas nakas.Clarice mengangguk pelan, lalu kemudian ia beralih melirik Reynand, sebagai isyarat 'tolong bangunkan dia'."Oh, dia baru saja bisa tertidur satu jam yang lalu, sepertinya dia begitu khawatir denganmu," ujar Alvin seraya mengangkat kepala Reynand pelan, lalu setelah memindahkan tangan Clarice yang sudah mati rasa, Alvin meletakkan bantal di bawah kepala Reynand."Air," ujar Clarice lemah,
Apa yang diharapkan Alvin, ternyata tidak bisa ia dapatkan. Alvin hanya mendengar jawaban yang kurang memuaskan dari pembicaraan yang ia dengar di antara Reynand dan kedua orang tuanya Reynand.Apalagi ketika Deffin mengatakan, bahwa ia tidak memiliki keuntungan sama sekali jika dirinya meracuni Clarice. Sontak jawaban ini, tentu saja sudah dapat meruntuhkan kecurigaan mereka semua. Iya, memang jika dipikir-pikir lagi, buat apa Deffin menyuruh orang untuk meracuni Clarice? Apa untungnya bagi Deffin?Namun, tanpa Alvin ketahui, Deffin sudah membeberkan kepada Azkia dan Reynand, tentang siapa orang yang sudah meracuni Clarice. Deffin sengaja tidak menangkap orang itu terlebih dahulu, sebab ia membutuhkan banyak informasi tentang siapa dalang di balik insiden tersebut.Deffin memberitahu Azkia dan Reynand, hanya melalui sebuah tulisan di atas kertas saja, sebab Deffin mempunyai insting bahwa Reynand sedang diawasi oleh Alvin, dan mungkin saja Alvin sudah memasang alat penyadap yang tidak
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, kini Reynand dan Clarice langsung pergi menuju ke salah satu pusat perbelanjaan di kota tersebut.Karena ini adalah kali pertama mereka keluar bersama sebagai pasangan suami istri yang sebenarnya, maka mereka akan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.Clarice dan Reynand tidak hanya akan berbelanja saja, mereka berdua juga akan menonton sekaligus makan malam di dalam mall tersebut."Sayang, tolong ambilkan yang itu," ujar Clarice seraya menunjuk botol shampo yang jauh dari jangkauan tangannya."Yang mana? Yang itu, baiklah." Meski setuju untuk membantu Clarice, namun Reynand bukannya mengambil botol shampo tersebut, ia malah dengan santainya mengangkat tubuh Clarice, hingga membuat tinggi Clarice sejajar dengan rak tempat shampo itu berada."Reynand! Apa yang kamu lakukan?" pekik Clarice yang terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. Pipinya pun lantas memerah karena malu sebab orang-orang banyak yang menoleh ke arahnya.Reynand
Beberapa hari kemudian...Setelah luka Reynand benar-benar sembuh, Reynand dan Clarice hari ini akan bekerja kembali. Namun, posisi Clarice bukan lagi sebagai asisten Reynand, akan tetapi ia berstatus sebagai seorang istri yang mengikuti ke mana pun langkah suaminya pergi."Sayang, kenapa kamu tidak pakai ini saja?" Reynand menenteng sebuah rambut palsu dan kacamata yang biasanya Clarice pakai. Melihat istrinya terlihat sangat cantik tanpa memakai kedua benda tersebut, membuat Reynand jadi khawatir jika nanti istrinya akan dilirik laki-laki lain."Tidak mau, lagi pula semua berita tentang diriku sudah mencuat ke publik, jadi untuk apa lagi memakai kedua benda tersebut," sahut Clarice seraya merapikan lagi rambutnya. Setelah dirasa cukup rapi, Clarice langsung berbalik. "Sudah selesai. Ayo, kita berangkat sekarang." Clarice tertawa ketika melihat Reynand memajukan bibirnya, lalu kemudian ia segera menggandeng tangan Reynand dan mengajaknya keluar dari penthouse mereka.Clarice bukanny
Sedangkan di tempat lain, Reynand dan Clarice baru saja tiba di apartemen mereka. Mereka berdua langsung berpisah dari rombongan Deffin setelah sampai di California."Sayang, tolong antar aku ke kamar mandi," pinta Reynand manja, padahal lukanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Clarice mengangguk, lalu kemudian ia membantu Reynand berjalan hingga menuju ke kamar mandi.Reynand sudah mengganti nama panggilan untuk Clarice menjadi 'sayang' sejak di rumah sakit waktu itu. Sedangkan Clarice sendiri masih malu jika harus memanggil dengan sebutan yang sama."Kamu bisa sendiri kan? Kalau begitu aku keluar ya?" Clarice tampak kikuk ketika melihat Reynand menurunkan resleting celananya, ia buru-buru berbalik, namun Reynand mencegahnya."Sayang, jangan pergi dulu, setelah ini tolong bantu aku mengelap tubuhku," ujar Reynand yang sudah merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang terasa lengket, sebab sudah dua hari ia tidak mandi."Hah? Tapi--" Wajah Clarice memerah ketika membayangkan Reyna
Masame terbangun ketika merasakan ada benda jatuh di atas kepalanya, lalu kemudian ia mengucek matanya dan terkejut ketika melihat benda yang menimpa kepalanya itu adalah sebungkus roti.Masame buru-buru mengambil roti tersebut seraya tersenyum senang. Namun, di detik kemudian, wajahnya kembali muram saat melihat roti itu ternyata sudah berjamur."Tuan, apakah Anda tidak salah memberikan saya roti ini? Roti ini sudah berjamur," ujar Masame pelan."Tidak, memang itu. Tapi, kalau kamu tidak mau ya sudah, buang saja. Padahal Bos memberikan roti itu agar bisa menambah sedikit tenagamu di saat masa hukumanmu nanti," sahut penjaga itu dengan santai."Apa? Tapi, bukan dengan roti kedaluwarsa juga kali. Dan, masa hukuman? Memangnya akan ada hukuman apa lagi? Dan bukankah saat ini aku juga sudah dihukum?" batin Masame yang merasa kesal, namun ia tidak berani mengutarakannya.Masame mengira ia hanya akan dipenjara seperti ini saja, dan ia tidak mengindahkan obrolan para anggota Black World di
Sesampainya di Markas Black World, Masame langsung dibawa ke penjara khusus pendosa kelas berat. Meskipun, sebenarnya Masame termasuk melakukan kesalahan kecil, karena sebenarnya ia tidak sengaja melukai Reynand. Namun, tetap saja orang yang akan dicelakainnya adalah menantu Wirata Group.Penjara kelas berat ada di ruangan terbuka, di dalam sebuah lingkaran jeruji besi yang luas dan berukuran tinggi. Lalu kemudian di dalamnya ada bilik penjara yang hanya cukup dimasuki oleh satu orang saja.Sekarang cuaca sangat terik, jadi Masame bisa merasakan panas sinar matahari yang langsung membakar kulitnya. Begitu juga ketika malam nanti, Masame pasti akan merasa sangat kedinginan di dalam bilik penjara itu sendirian. Karena rombongan Deffin belum pulang dari Jepang, maka untuk sementara Masame hanya menerima siksaan yang ringan tersebut."Tu-tuan, apakah saya tidak diberi makan siang?" tanya Masame ketika ada seseorang yang berjalan lewat di sampingnya, seraya membawa seember besar potongan d
"Reynand!!!" Clarice terkejut ketika Reynand memeluknya dan memutar tubuhnya, hingga Reynand malah mengorbankan pinggangnya sendiri untuk menerima tusukan pisau tersebut.Door ....Lalu tidak lama kemudian sebuah tembakan melesat cepat ke arah kaki Masame, hingga kemudian membuat Masame terjatuh di lantai.Deffin sengaja tidak menembak Masame tepat di kepalanya, karena ia ingin menghukum Masame atas perbuatannya yang telah melukai putra semata wayangnya."Brengsek! Bawa dia ke markas Black World!" perintah Deffin dingin. Semua orang sontak bergidik ketika mendengar suara Deffin, sebab sudah sejak lama mereka tidak melihat aura Deffin yang mengerikan seperti ini.Lalu kemudian beberapa orang anggota Black World langsung membawa Masame pergi. Sedangkan Deffin langsung menghampiri anaknya yang masih berada di dalam pelukannya Clarice."Ayah." Suara Reynand terdengar lemah, namun ia masih bisa tersenyum."Kerja bagus," puji Deffin bangga, lalu kemudian ia mengambil alih tubuh Reynand dan
Akihiko terbangun oleh dering ponselnya yang berada di atas meja.Ia terkejut ketika yang menghubunginya adalah salah satu bos yakuza dari tempat lain."Ada apa?" tanya Akihiko setelah sambungan telepon itu sudah terhubung."Brengsek! Gara-gara markasmu hancur, kami juga ikut terkena imbasnya?""Hah, apa?!""Sial! Apakah kamu tidak tahu, jika Arata sudah ditangkap polisi? Dan, kali ini ia tidak akan bisa lolos dari hukuman."Belum sempat Akihiko mencerna semua informasi tersebut, tiba-tiba saja ada orang yang mengetuk pintu kamarnya."Tuan Muda, maaf menganggu. Ada tamu di luar." Suara kepala pelayan sedikit cemas ketika mengatakannya."Brengsek!!!" Tanpa mengulur waktu lagi, Akihiko segera mengakhiri telepon tersebut, lalu kemudian ia berjalan ke arah pintu.Pintu baru saja terbuka. Namun, tiba-tiba saja ada dua orang polisi yang langsung menerobos masuk dan menangkap Akihiko."Hei, sial! Lepaskan aku brengsek!!!" teriak Akihiko seraya meronta. Tapi, itu tidak berarti apa-apa bagi kedu
Sesuai dengan rencana masing-masing, malam ini Akihiko sengaja membuat Clarice menginap di paviliun kakeknya, ia menggunakan alasan bahwa besok akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk memperingati hari kelahiran kakeknya, dan juga syukuran atas membaiknya kondisi kakeknya saat ini.Jika saja bukan karena rencana yang sudah mereka susun, Clarice tentu tidak mau datang. Sebab Clarice merasa jijik ketika mengingat Akihiko besok akan membuatnya terpaksa mau menikah dengannya.Sedangkan saat ini sebelum tidur, Clarice dan Reynand sedang mengobrol dan duduk di atas ranjang."Pokoknya besok kamu tidak boleh keluar dari paviliun ini, apalagi sampai menemui Akihiko!" tegas Reynand.Clarice tersenyum. "Memangnya kenapa? Aku kan ingin lihat bagaimana kedua orang itu ditangkap," sahut Clarice yang hanya berniat menggoda Reynand saja."Tidak! Pokoknya tidak boleh! Clarice, kamu itu istriku, jadi mana mungkin aku membiarkan ada pria lain menikahimu di depan mataku sendiri!" sungut Reynand.Sedang
Dua hari kemudian...Di sebuah bangunan besar khas Jepang, seorang laki-laki sedang mencambuk tubuh seorang wanita cantik yang kedua tangannya diikat ke atas dengan menggunakan rantai besi."Akhh ... ampuni saya, Tuan. Kumohon, tolong ampuni saya ...." jerit wanita itu seraya menangis.Dia adalah Harumi, seorang wanita yang begitu tergila-gila dengan Akihiko. Namun sayangnya, cintanya yang terlalu berlebihan kepada Akihiko, malah membuat nasibnya berakhir seperti ini.Harumi yang sangat mencintai Akihiko, ia tidak rela ketika mendengar Akihiko tidak akan mau menikah dengan wanita manapun, kecuali dengan Ayumi.Harumi yang terbakar cemburu, lalu ia menggunakan kekuasaan kedua orang tuanya untuk mencari tahu tentang keberadaan Ayumi. Hingga suatu hari, ia akhirnya mendengar kabar tentang Ayumi yang menyamar sebagai Clarice, dan dia sudah menikah dengan pewaris tunggal Wirata Group.Meskipun awalnya Harumi sudah merasa lega karena mendengar Ayumi ternyata sudah menikah. Namun, kenyataann