Mode sopan :))
Zoe sudah selesai bersiap, tidak ada lagi yang perlu dilakukan, selain menunggu Darcy menjemputnya. Tapi sejak tadi ia tidak bisa duduk tenang. Zoe mondar-mandir memeriksa tas yang seharusnya tidak perlu, lalu pergi ke kamar. Menatap Wolf yang masih nyenyak. Jadwal Zoe hari ini sedikit pagi, sedang Wolf akan pergi ke kantor seperti biasa.Ini adalah pertama kali mereka bekerja setelah kabar menghebohkan yang sengaja disebar Wolf itu. Karenya Zoe panik. Ia bahkan tidak tahu bagaimana cara menghadapi Darcy.Zoe bisa menikmati sisa waktu liburannya dan terkadang melupakan masalah yang ada karena tidak bertemu siapapun. Tapi kini bayangan akan bertemu orang yang tahu tentang masalahnya membuat Zoe resah.Zoe berpaling saat mendengar kunci apartemennya dibuka. Ia meraih tas dan jaketnya seperti biasa, tapi tidak langsung berdiri seperti biasa.Ia menunggu sampai Darcy masuk dan memandangnya. Darcy juga tidak langsung bicara, ia duduk di depan Zoe.“Kau tampak sehat.” Ini karena kulit Zoe s
“Kenapa kau ingin bertemu denganku? Apa sesuatu terjadi pada Zoe? Berita itu membuatnya stress?”Sara memberondong Wolf dengan pertanyaan begitu ia duduk di hadapan wolf, sementara mulai meminum/memakan pesanannya yang mungkin berkadar gula empat belas sendok itu.“Zoe panik dan stress, tapi tidak sampai membuatnya menjadi tidak mampu bicara. Ia baik-baik saja,” jawab Wolf.Ia masih melihat keresahan dan gelisah, tapi tidak ada laporan sampai siang ini tentang keadaan Zoe, maka bisa dipastikan keadaannya baik-baik saja. Zoe juga tidak mengirim pesan apapun.“Syukurlah. Aku kemarin khawatir karena tidak cepat mendapat balasan darinya. Aku pikir terjadi sesuatu.” Sara mengangguk lega.Ia kemarin juga mengirim pesan pada Zoe, tapi karena Wolf melarang Zoe berlama-lama memakai ponsel, ia banyak melewatkan pesan dan panggilan.“Lalu untuk apa kau memanggilku?” tanya Sara. Wolf yang memiliki ide agar mereka bertemu.“Aku ingin tahu apa syarat agar bisa memasukkan orang ke rumah sakit jiwa.”
Zoe baik-baik saja, tapi hanya sampai pada batas dimana ia harus masuk ke gedung Wolf. Tentu memerlukan keberanian yang berbeda untuk bisa memasuki gedung itu.Sejak tadi pekerjaannya berjalan lancar. Ada beberapa orang yang berbisik yang menunjuk ke arahnya, tapi tidak ada yang berani benar-benar mengkonfrontasi seperti Darcy. Tapi gedung Wolf adalah tempat dimana orang seperti Darcy dan akan mempertanyakan semuanya.“Apa kau baik-baik saja? Apa kau memerlukan minuman?”Darcy bertanya saat Zoe menghempaskan diri pada kursi yang ada di studionya. Merasa sangat lelah setelah melintasi gedung yang dengan sial ternyata ramai. Jam kantor belum selesai, dan banyak dari karyawan Wolf yang masih berlalu lalang.Zoe tentu saja mencoba untuk bersikap normal—menyapa Belle di depan, yang untungnya juga bersikap norma, lalu juga beberapa orang yang dikenalnya.Tapi tidak mungkin semua orang bersikap biasa. Saat merasa Zoe tidak lagi memandang, sudut mata Zoe dengan jelas menangkap mereka berbisik
“Darcy, tidak perlu terlalu marah. Kami hanya sedikit bertaruh untuk…”“Aku tidak peduli dengan taruhan itu! Tapi aku tidak akan memaafkan kalau kau berani menyebut Loria sebagai wanita murahan atau lainnya!” Darcy menunjuk salah satu wanita yang tidak dikenal oleh Zoe.“Kau menyebut Loria seperti itu hanya karena kau iri bukan? Kau iri karena bukan kau yang saat ini bersama Wolf,” tuduh Darcy sambil menyeringnya.“Tidak! Astaga! Kau bicara apa? Aku tidak iri.” Wanita yang ditunjuk Darcy itu menggeleng, sambil menghidari pandangan mata Darcy.“Kalau begitu tutup mulutmu! Tidak usah berkomentar tentang apa yang kalian tidak tahu. Loria dan Wolf adalah dua orang dewasa yang tentu saja boleh melakukan apapun yang diinginkan. Kalian tidak perlu ikut campur maupun menilai!”Darcy kembali berkacak pinggang setelah itu, menantang mereka untuk berdebat. Resepsionis yang dikenali Zoe itu mengangkat tangannya.“Tenang dulu, Darcy. Kami tidak bermaksud untuk menyebut hal buruk tentang Loria. Kam
‘Kau kluar saja. Aku akan menjemputmu.’Zoe tertawa sambil keluar dari lift, saat membaca pesan dari Wolf itu. Tertawa bukan karena typo, tapi karena typo dari pesan itu hanya satu huruf. Itu sudah termasuk luar biasa mengingat Wolf yang mengirimnya.Zoe sudah lama tidak mendapat kiriman pesan dari Wolf, dan merasa sedikit bernostalgia. Mengingatkannya pada saat-saat di mana ia masih mengikuti kompetisi itu. Ia selalu menunggu pesan Wolf yang menyemangatinya.Zoe menuruni tangga di depan gedung kantor Wolf selalu berdiri di samping jalan raya, sambil menatap sekitar untuk melihat apakah mobil Wolf sudah terlihat. Zoe lega Wolf tidak nekat dan mendampininya turun. Dengan menunggu diluar seperti ini, mereka bisa pulang tanpa ada yang melihat.“Loria!” Zoe berpaling dan langsung ingin lari, karena yang datang adalah pria yang sama sekali tidak diharapkannya. Tampak Max berlari menyeberang jalan ramai, dan menghampirinya.Zoe ingin kembali masuk, tapi teringat kalau ia harus menunggu Wol
Wolf menjalankan mobil agar mereka bisa lebih cepat menjauh dari Max, lalu mengintip dari spion, Melihat kalau pecundang itu tampak masih Berdiri diam membatu di tempatnya. Terlalu shock mungkin. Wolf menggelengkan kepalanya. Sempat terpikir untuk menyuruh seseorang mengusir, tapi kemudian memilih tidak peduli, dan kembali beralih pada Zoe. “Tenang saja. Pecundang itu tidak akan mengganggumu atau yang lainnya. Pria itu sangat sinting! Dan kenapa banyak sekali orang sinting di dunia ini?” Wolf mengeluh sambil kembali mencoba untuk menenangkan Zoe. Teringat siang tadi ia baru saja mengurus wanita sinting juga. Tapi saat akan kembali menepuk punggung Zoe, Wolf mendapati kalau perkiraannya itu sangat salah. Saat Zoe mengangkat kepala dan melepaskan tangan dari wajahnya, yang terdengar adalah suara tawa terbahak yang keras. Wolf dengan heran berpaling dan melihat bagaimana Zoe tertawa geli, sampai air matanya keluar. “Kau tertawa? Kau sejak tadi tertawa?!” Wolf menggelengkan kepala,
Zoe mencoret tulisan di atas kertas, mengoreksi lirik yang menurutnya belum menarik. Ia lalu menggeser kursi, menghadap piano elektrik yang ada di sebelah meja, dan menekan beberapa tuts untuk mencari nada yang tepat. Wolf semakin mempercayai Zoe untuk membuat lagunya sendiri sekarang, meski hasilnya masih perlu banyak polesan—dan belum menjadi title track untuk albumnya, Wolf terus mendorong Zoe untuk berkreasi. Melelahkan karena berarti Zoe harus memakai waktu luangnya untuk belajar dan terus belajar, tapi Zoe tidak keberatan. Ia tidak ingin karir bernyanyinya tidak berkembang. Bakatnya maupun keahliannya dalam menulis lagu mungkin tidak sekuat bakatnya dalam mengolah vokal, tapi Zoe tidak akan diam tanpa belajar. “Ya?” Zoe berpaling dan melihat Darcy yang se
Beberapa lama, Wolf menatap nomor yang sudah beberapa bulan ini diblokir olehnya. Ragu, tapi harus.Wolf akhirnya membuka blokiran nomor itu dan menekan tombol telepon. Menghubungi. Panggilannya terjawab pada dering kedua.“TOMMY!” Jawaban yang sangat bersemangat sekaligus terkejut. Tidak menyangka Wolf akan menghubungi.“Aku merindukanmu! Kau akhirnya mau bicara lagi denganku!” Emily terdengar terharu."Cukup! Dramamu tidak penting. Aku ingin bicara!” bentak Wolf.“Tentu, datanglah. Aku akan ada di rumah.” Emily menyambut dengan bersemangat.“Tidak per…”
“LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi
“Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga
Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber
“Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias
“Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter
Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da
“Itu… Aneh. Kau jangan bercanda!” Iris menggeleng keras sambil menatap Zoe dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berusaha mengenali sosoknya sebagai orang yang sama—dengan yang dilihatnya dulu saat bersama dengan Max.“Apa aku pernah bercanda saat bicara denganmu?”Wolf membalas dengan datar sambil menarik kursi untuk Zoe. Kursi yang paling jauh dari Iris. Ia masih kehilangan kata-kata dan terus memandang Zoe.“Kau benar-benar Zoe Anderson?” Iris masih melotot ke arah Zoe.“Ya, sebelum mengubah nama menjadi Loria Moreau, itu adalah namaku juga.” Zoe membalas dengan tenang. Kegugupan yang tadi menghantui tidak lagi ada.Pertemuan dengan Iris itu mungkin tidak terduga dan nyaris menyebalkan, tapi Zoe merasa mendapat kekuatan, karena sangat sadar kalau ia saat ini berada di atas.Melihat Iris yang terkejut, Zoe merasakan kepuasan. Kemenangan karena berhasil menunjukkan dirinya yang baru kepada Iria. Bukan lagi perempuan kumal yang dulu ditemuinya—dan diabaikan karena dianggap tidak setara
Zoe mengusap rock dan blazernya yang berwarna cream netral. Pilihan dari Darcy agar Zoe tidak tampak mengintimidasi maupun muram. Ia tengah merasa gugup karena dari kejauhan bisa melihat bagaimana wartawan berkerumun di depan pengadilan. Mreka tentu saja menunggu sosok Zoe Anderson yang sama sekali misterius. Tidak ada yang memuat gambar Zoe dalam berita, karena memang tidak ada dokumentasi apapun dari kasus Zoe. Dulu Zoe terluka dan ada di rumah sakit, jadi sama sekali tidak menghadiri pengadilan sebagai tersangka. Tidak ada yang merekam wajahnya maupun tertarik untuk mencari tahu di rumah sakit karena kasus itu sangat jelas membuatnya menjadi tersangka. Zoe juga mengusap rambutnya yang berwarna kembali pirang. Ia tidak memakai wig hari ini. Pertama kalinya ia akan muncul tanpa rambut hitam—dan sejujurnya membuat Zoe lebih gugup lagi. Seolah melepaskan topeng yang selama ini melindunginya. Zoe akan menjadi Zoe di hadapan orang banyak, bukan lagi Loria. “Mereka akan terpesona pada
“Dia ingin menyelamatkan diri! Licik sekali!” Wolf mendesis kesal.Sudah jelas dari pernyataan Iris itu terlihat kalau ia memang hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dengan menyalahkan Max dan juga Billy.“Ia membuat mereka terkesan menekan dirinya untuk menyembunyikan kenyataan tentang Zoe. Iris lalu memakai alasan tekanan itu dan menjadikannya terlihat sebagai alasan semua perbuatan anehnya kemarin. Ia bersembunyi dari kesalahan dengan memakai alasan kesehatan mental.” Sara menggeleng dan tampak jengkel. Tentulah ia kesal saat ada orang yang menjadikan kesehatan mental sebagai kebohongan.“Dia berhasil keluar memakai sekoci sebelum kapalnya benar-benar karam.” Cliff memandang Iris yang terus terisak dan menangis diantara kata-katanya.“Tidak masalah. Biarkan saja,” kata Zoe sambil bersedekap dan menatap ke arah televiisi tanpa berkedip.“Apa maksudmu biarkan saja? Dia berbohong lagi!” Wolf juga menunjuk ke arah televisi dengan wajah tidak terima.“Setidaknya dia telah jujur, ba