Beranda / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / 208. Prestasimu yang Baru

Share

208. Prestasimu yang Baru

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zoe mencoret tulisan di atas kertas, mengoreksi lirik yang menurutnya belum menarik. Ia lalu menggeser kursi, menghadap piano elektrik yang ada di sebelah meja, dan menekan beberapa tuts untuk mencari nada yang tepat.

Wolf semakin mempercayai Zoe untuk membuat lagunya sendiri sekarang, meski hasilnya masih perlu banyak polesan—dan belum menjadi title track untuk albumnya, Wolf terus mendorong Zoe untuk berkreasi.

Melelahkan karena berarti Zoe harus memakai waktu luangnya untuk belajar dan terus belajar, tapi Zoe tidak keberatan. Ia tidak ingin karir bernyanyinya tidak berkembang. Bakatnya maupun keahliannya dalam menulis lagu mungkin tidak sekuat bakatnya dalam mengolah vokal, tapi Zoe tidak akan diam tanpa belajar.

“Ya?” 

Zoe berpaling dan melihat Darcy yang se

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ISTRI BISU SANG CEO   209. Harus Karena Untukmu

    Beberapa lama, Wolf menatap nomor yang sudah beberapa bulan ini diblokir olehnya. Ragu, tapi harus.Wolf akhirnya membuka blokiran nomor itu dan menekan tombol telepon. Menghubungi. Panggilannya terjawab pada dering kedua.“TOMMY!” Jawaban yang sangat bersemangat sekaligus terkejut. Tidak menyangka Wolf akan menghubungi.“Aku merindukanmu! Kau akhirnya mau bicara lagi denganku!” Emily terdengar terharu."Cukup! Dramamu tidak penting. Aku ingin bicara!” bentak Wolf.“Tentu, datanglah. Aku akan ada di rumah.” Emily menyambut dengan bersemangat.“Tidak per…”

  • ISTRI BISU SANG CEO   210. Rencana Untukmu

    Emily mematut dirinya di cermin berbalik untuk melihat apakah gaunnya cukup pantas. Emily memilih memakai gaun biru tua yang sangat menempel pada tubuh, dengan bagian depan yang sangat rendah, sampai memperlihatkan sebagian besar bahu dan dadanya. Pilihan yang sangat sengaja untuk menggoda, tapi ia belum puas. Emily lalu mengambil gaun lain yang berwarna merah tua. Lebih berani, karena memiliki leher V, lebih seksi karena belahan depan itu sampai tepat di ujung perutnya. Belum lagi tambahan belahan pada bagian paha yang ujungnya berada di paha bagian atas. Setelah mengganti gaun dengan warna merah itu, Emily baru tersenyum puas. Pakaiannya sudah sangat pas dengan tujuannya. Bentuk tubuhnya yang masih indah membentuk dengan sempurna. Biasanya mata para lelaki akan mengikuti kemana kakinya melangkah, terlalu takjub. Dan Wolf adalah lelaki juga, jadi seharusnya sama. “Yang mana ya?” Emily bertanya-tanya sambil menyapukan tangannya di atas koleksi parfum mahal miliknya, lalu memilih war

  • ISTRI BISU SANG CEO   211. Kebodohanmu yang Terlihat

    Tapi tepat sebelum permukaan wine itu menyentuh bibirnya, Wolf menurunkan gelasnya dan memandang Emily sambil menyeringai.“Kau sepertinya tidak sabar melihatku meminumnya. Begitu istimewakah wine ini?” Wolf memutar gelas itu di tangannya, sambil terus tersenyum.Emily panik. “Apa maksudmu? Ada apa dengan winenya?”Emily berpura-pura memeriksa wine di gelasnya dan meminumnya lagi.“Winenya lezat. Tidak ada yang aneh.” Emily masih mencoba untuk mengelak.“Aku rasa kau pasti menganggapku sangat bodoh.” Wolf meletakkan wine itu di meja, dan menatap Emily.“Aku tadi melihatmu menukar posisi wine ini. Kau pikir aku tidak akan melihatnya?” Wolf tertawa.Wolf tentu melihat saat Emily melakukan keanehan tadi. Ia hanya harus mendorong gelas wine itu ke arahnya, tapi justru bersusah payah menukar posisi saat ia berpindah ke tempat duduk yang lain.Emily masih menggeleng, tapi Wolf menyuruhnya diam dengan kibasan tangan.“Tapi tanpa itu pun, aku tidak akan menyentuh apapun yang diulurkan oleh ta

  • ISTRI BISU SANG CEO   212. Pengakuanmu yang Aku Inginkan

    “Silahkan saja. Aku tidak akan menganggapmu ada. Kau boleh mencoba, dan Loria akan kembali mengalahkanmu. Keinginanmu memilikimu tidak akan pernah berakhir indah!” Ini pertama kali Wolf mengatakannya dengan jelas. Selama ini, seluruh sikapnya menunjukkan penolakan, tapi tidak pernah menyebut semuanya dengan jelas. Mungkin itu kesalahan yang membuat Emily bebal dan ngotot untuk terus mencoba. “Tommy, jangan…” “Hentikan panggilan itu!” Wolf berseru jijik. Bahkan ayahnya tidak memanggilnya dengan nama itu. Hanya Thomas biasa. Tommy adalah panggilan manja yang dipaksakan. Panggilan yang dipakai Emily untuk memanipulasinya. “Aku… mencintaimu. Kau tidak bisa meninggalkan…” “Meninggalkan itu kalau aku pernah tinggal. Aku tidak pernah dan tidak akan pernah tinggal di dekatmu, jadi aku tidak meninggalkanmu! Camkan itu! Kita bukan apapun, karena menyandang gelar sebagai ibu tiri pun kau tidak pantas, Setan!” umpat Wolf. Muak dengan rengekan Emily. “Tapi aku melakukannya karena mencintaim

  • ISTRI BISU SANG CEO   213. Rumahmu yang Lebih Lenkap

    Zoe mengernyitkan kening, saat mendengarkan hasil rekaman yang didapat oleh Wolf dari Emily. Mendengar bagaimana Emily berusaha untuk menormalkan apa yang dilakukannya pada Wolf dengan kata cinta tentu terdengar menjijikan.“Tidak perlu mendengarnya lagi.” Wolf menegur sambil berbalik untuk menuangkan hasil masakannya ke atas piring. Sosis dan asparagus.“Aku rasa kau perlu memotong beberapa bagian agar terdengar lebih baik. Kau terdengar terlalu kejam di sana,” kata Zoe sambil menyerahkan ponsel itu kembali pada Wolf dan mengambil bagian piringnya. Bagian dimana Emily menjerit saat Wolf menyiramkan wine, terdengar seperti usaha pembunuhan.“Sepertinya kau punya banyak pengalaman tentang memotong hasil rekaman,” kata Wolf sambil duduk dan mulai makan juga.Zoe tersenyum malu sambil menunduk. Wolf tentu sedang menyindir bagaimana Zoe dulu melakukan balas dendamnya dengan memanipulasi rekaman suara Iris.“Aku tidak akan melakukan apapun pada rekaman itu. Aku khawatir polisi tidak akan m

  • ISTRI BISU SANG CEO   214. Balasanmu Datang Berlebihan

    “Aku saja.” Wolf berdiri mendahului Zoe. Ingin tahu siapa kamu tidak diundang itu.Wolf tidak langsung membuka pintu yang memeriksa dari lubang pengintip dan melihat ada dua orang berdiri menunggu dengan sabar, tidak tampak mengancam. Maka Wolf membuka pintu itu. "Oh?” Pria yang menunggu itu tampak terkejut karena mendapati Wolf yang membuka pintu.“Siapa kalian?” tanya Wolf.“Apa Mrs. Zoe Edison tinggal di sini?” tanya pria yang ada di depan.Wolf mengernyit. Ia belum pernah ada orang yang mendengar ada orang yang menyebut nama Zoe seperti itu. Biasanya kalau tidak Loria, maka Zoe Anderson. Tidak namanya bergabung dengan Zoe.“Siapa kalian” Wolf bertanya lagi. Tentu tidak akan memberi jawaban sebelum mereka memberi keterangan jelas.“Oh, maaf. Kami dari NYPD. Saya Detektif Benson.”Pria yang di depan itu mengangkat lencananya untuk menegaskan identitasnya.“Siapa yang datang?” Belum sempat Wolf bertanya lebih, Zoe yang tentu penasaran menyusul di belakang Wolf untuk melihat siapa y

  • ISTRI BISU SANG CEO   215. Kenyataan Menurutmu

    [Tidak ada kabar yang terdengar oleh siapapun. Aku rasa Billy berusaha keras untuk menutupi skandal ini. Bagaimana? Aku akan mengoreknya kalau memang itu maumu]Pesan dari Sanchez itu membuat Wolf mengernyit. Setelah mendengar penangkapan Max kemarin, Wolf tentu saja bertanya pada Sanchez kenapa tidak ada berita apapun mengenai hal itu. Sanchez mencari informasi dan rupanya memang ada orang yang menutupi—yang mana adalah Billy.[Tidak. Nanti dulu. Tahan dulu. Kalau bisa bayar siapa saja yang mencoba untuk menerbitkan berita ini. Aku tidak ingin ada berita yang beredar. Untuk saat ini belum]Wolf tidak mau keterlibatan Zoe ikut tercium oleh media, karena itu ia tidak mau ada berita apapun sebelum masalahnya jelas.Setelah Sanchez membalas dengan Oke, Wolf berpaling pada Zoe yang ada di sebelahnya terlihat sangat diam sambil memandang ke arah luar jendela.“Apa tidak bisa kalau Zoe tidak datang?” tanya Wolf, kepada Cliff yang ada di kursi depan. Wolf juga membawa Stefan untuk menyetir.

  • ISTRI BISU SANG CEO   216. Kesempatanmu Untuk Mengungkap

    “Berarti Maxwell Taylor adalah Ayah dari anak yang Anda kandung saat itu?” tanya Benson. Zoe mengangguk.“Apakah alasan ini juga yang membuat Maxwell Taylor ingin menyingkirkan Anda?”“Kemungkinan besar begitu. Ia tidak mau karirnya terhambat karena keberadaan anak itu.”Benson kembali mengangguk dan menuliskan fakta itu di kertasnya. Fakta yang dulu tidak bisa dikatakan oleh Zoe karena keadaannya yang koma.“Lalu apa yang sebenarnya terjadi saat itu? Anda bisa menceritakan dengan lebih detail.”Zoe terdiam cukup lama dan tidak ada yang mendesaknya untuk bicara.“Kalau kau memang tidak ingin membicarakannya, aku akan meminta pada polisi untuk menunda…”Zoe menggeleng, lalu berterima kasih pada Cliff dengan anggukan kepalanya. Ia akan bicara. Zoe tidak ingin lagi ada hal yang tertinggal.Zoe menceritakan semuanya. Kejadian hari itu mulai dari awal—bagaimana Max menyuruhnya untuk mengambil kaos kaki yang tertinggal di apartemen dengan tergesa, pertemuannya dengan Iris, lalu apa yang dil

Bab terbaru

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 3 ~ Dunia Kita

    “LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 2 ~ Usai dan Selesai

    “Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 1 ~ Tidak Ada Maaf

    Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber

  • ISTRI BISU SANG CEO   224. Bersamamu

    “Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias

  • ISTRI BISU SANG CEO   223. Kesalahanmu yang Tersimpan

    “Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter

  • ISTRI BISU SANG CEO   222. Masa Lalumu yang Berbeda

    Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da

  • ISTRI BISU SANG CEO   221. Perlindungan Untukmu

    “Itu… Aneh. Kau jangan bercanda!” Iris menggeleng keras sambil menatap Zoe dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berusaha mengenali sosoknya sebagai orang yang sama—dengan yang dilihatnya dulu saat bersama dengan Max.“Apa aku pernah bercanda saat bicara denganmu?”Wolf membalas dengan datar sambil menarik kursi untuk Zoe. Kursi yang paling jauh dari Iris. Ia masih kehilangan kata-kata dan terus memandang Zoe.“Kau benar-benar Zoe Anderson?” Iris masih melotot ke arah Zoe.“Ya, sebelum mengubah nama menjadi Loria Moreau, itu adalah namaku juga.” Zoe membalas dengan tenang. Kegugupan yang tadi menghantui tidak lagi ada.Pertemuan dengan Iris itu mungkin tidak terduga dan nyaris menyebalkan, tapi Zoe merasa mendapat kekuatan, karena sangat sadar kalau ia saat ini berada di atas.Melihat Iris yang terkejut, Zoe merasakan kepuasan. Kemenangan karena berhasil menunjukkan dirinya yang baru kepada Iria. Bukan lagi perempuan kumal yang dulu ditemuinya—dan diabaikan karena dianggap tidak setara

  • ISTRI BISU SANG CEO   220. Masalah Masa Lalumu yang Terakhir

    Zoe mengusap rock dan blazernya yang berwarna cream netral. Pilihan dari Darcy agar Zoe tidak tampak mengintimidasi maupun muram. Ia tengah merasa gugup karena dari kejauhan bisa melihat bagaimana wartawan berkerumun di depan pengadilan. Mreka tentu saja menunggu sosok Zoe Anderson yang sama sekali misterius. Tidak ada yang memuat gambar Zoe dalam berita, karena memang tidak ada dokumentasi apapun dari kasus Zoe. Dulu Zoe terluka dan ada di rumah sakit, jadi sama sekali tidak menghadiri pengadilan sebagai tersangka. Tidak ada yang merekam wajahnya maupun tertarik untuk mencari tahu di rumah sakit karena kasus itu sangat jelas membuatnya menjadi tersangka. Zoe juga mengusap rambutnya yang berwarna kembali pirang. Ia tidak memakai wig hari ini. Pertama kalinya ia akan muncul tanpa rambut hitam—dan sejujurnya membuat Zoe lebih gugup lagi. Seolah melepaskan topeng yang selama ini melindunginya. Zoe akan menjadi Zoe di hadapan orang banyak, bukan lagi Loria. “Mereka akan terpesona pada

  • ISTRI BISU SANG CEO   219. Caramu yang Licik

    “Dia ingin menyelamatkan diri! Licik sekali!” Wolf mendesis kesal.Sudah jelas dari pernyataan Iris itu terlihat kalau ia memang hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dengan menyalahkan Max dan juga Billy.“Ia membuat mereka terkesan menekan dirinya untuk menyembunyikan kenyataan tentang Zoe. Iris lalu memakai alasan tekanan itu dan menjadikannya terlihat sebagai alasan semua perbuatan anehnya kemarin. Ia bersembunyi dari kesalahan dengan memakai alasan kesehatan mental.” Sara menggeleng dan tampak jengkel. Tentulah ia kesal saat ada orang yang menjadikan kesehatan mental sebagai kebohongan.“Dia berhasil keluar memakai sekoci sebelum kapalnya benar-benar karam.” Cliff memandang Iris yang terus terisak dan menangis diantara kata-katanya.“Tidak masalah. Biarkan saja,” kata Zoe sambil bersedekap dan menatap ke arah televiisi tanpa berkedip.“Apa maksudmu biarkan saja? Dia berbohong lagi!” Wolf juga menunjuk ke arah televisi dengan wajah tidak terima.“Setidaknya dia telah jujur, ba

DMCA.com Protection Status