MIB-17
“Yah, habis airnya.”Tanpa merasa kepayahan, Zivanka lekas mengangkat galon isi untuk menggantikan galon yang kosong.“Assalamualaikum.” Tiba-tiba terdengar salam Azkio yang baru pulang kerja.Zivanka langsung menurunkan kembali galon isi dari tangannya.“Waalaikumsalam,” sahutnya riang dan berlari ke depan.Azkio sudah siap dengan kedua tangan yang direntangkan. Karena Zivanka akan melompat ke pangkuan. Tak ubahnya anak kecil yang menyambut sang papa pulang.“Papi selalu sibuk. Mana pernah aku diginiin waktu kecil. Pulangnya larut dan aku pasti sudah tertidur.” Cerita Zivanka pada suatu malam saat melakukan pillow talk bersama suami.“Ya udah, mulai sekarang tulis hal apa saja yang ingin kita lakukan bersama,” usul Azkio.Ternyata salah satunya, ya, seperti ini. Melompat ke pangkuan saat pulang kerja. Awal-awal tubuh Azkio sampai oleng karena tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Namun, sekarangZivanka semangat menggunting. Memisahkan Lily dengan si anak laki-laki yang diprediksi kuat adalah suaminya."Selesai!" soraknya puas.Saat itulah Azkio datang, “lagi ngapain, Sayang?”Tanpa rasa bersalah, Zivanka menjawab lantang, “habis memisahkan suami dari pelakor.”“Maksudnya?”“Zivanka memperlihatkan foto yang diguntingnya.”“Astaghfirullah. Kenapa kamu gunting?”“Heh! Terus kamu mau dekat-dekat sama si Lily?”"Dekat bagaimana, Sayang?""Iya, ini kamu kan waktu kecil?" tunjuk Zivanka."Hem. Kenapa kamu bilang itu saya? Misal, kenapa kamu tidak bilang kalau saya yang ini?"Azkio menunjuk anak laki-laki gendut di foto."Ya, kamu pasti yang ini. Kamu itu tampan dari kecil ternyata. Lihat tuh, sama!" Zivanka mendekatkan potongan foto anak laki-laki tampan ke wajah Azkio, Nggak mungkinlah anak gendut yang jelek ini. Mirip dari mananya coba?" sambung Zivanka."Sayangn
MIB-18Tak ada lem, remahan nasi pun jadi. Begitulah Zivanka dalam bertanggungjawab menyatukan kembali foto yang telah dia paksa berpisah. Apakah Lily sang pemilik menerima? Tentu tidak.“Ih, kamu nyebelin!” Lily hendak memukul istri kakak angkatnya itu dengan tas selempang, tetapi Zivanka selalu berhasil menghindar.Jadilah keduanya saling kejar-kejaran di dalam rumah. Karena lari Zivanka yang begitu cepat, posisi mengejar jadi terbalik.“Astaghfirullah. Ziv, kenapa Lily dikejar-kejar?" Fatimah yang sedang rehat pun terpaksa keluar kamar.Keduanya pun menoleh dan berhenti sejenak. Barulah sadar kalau seharusnya Zivanka yang dikejar, bukan sebaliknya.“Eh, kebalik Umm.”Mereka melanjutkan kembali aksi kejar-kejarannya dengan Lily mengejar kembali Zivanka. Masih dengan sebuah tas di tangan yang ingin dilayangkan.“Stop!” perintah Fatimah seketika jadi rem dadakan bagi mereka.“Iya, Mi.”“Duduk!”
Azkio membuang napas."Kamu sendiri, seandainya Arfan masih ada, lalu papi pilih Arfan, mau juga nikah sama dia?""Ya, mau gimana lagi. Aku sih, iya-iya saja kalau papi yang perintah. Kan anak yang berbakti."Azkio menghela napas berat. Harga dirinya sebagai lelaki merasa terendahkan. Dulu, dia sangat sedih saat Arfan pergi dari panti, karena mereka memang berteman dekat. Sekarang, justru dia merasa bersyukur."Sayangnya sekarang kamu sudah jadi istri saya dan jangan harap bisa lepas," tegas Azkio dengan rahang sedikit mengeras.Zivanka yang biasanya loading kayak jaringan internet di pedalaman kali ini cepat tanggap."Seandainya Arfan masih ada, lalu kamu lebih rela Lily tetap naksir padanya atau papiku yang pilih Arfan untuk mantunya?""Kalau ada Arfan, bersyukur Lily bisa bersamanya, jadi aku tidak perlu merasa bersalah karena lebih memilihmu."Seketika senyum mengembang, membuat hidung Zivanka kembung-kempis
MIB-19Zivanka terus kian mendekat. Rasa penasarannya muncul, tapi mungkin tak bisa mendesak untuk saat ini.“Honey, kamu sedang apa?” tanya Zivanka tahu-tahu sudah berdiri di hadapan suaminya.Azkio yang tengah fokus memandangi layar ponsel terperanjat. Dia terlihat gugup dan terkesan ada yang disembunyikan.“Oh, ini sedang mengecek surel kerja sama.”“Barusan yang telepon siapa?” Zivanka menyelidik.“Bukan siapa-siapa.” Intonasi Azkio terdengar sekali panik, “ayo, kita mandi dulu,” lanjutnya mengalihkan.Selama mandi bersama pun Azkio terasa berbeda. Biasanya dia suka melayangkan candaan kepada istri. Kali ini hanya seperlunya saja. Mandi yang cukup singkat.“Honey, mau kemana?” Zivanka bertanya karena melihat Azkio sudah tampil rapi seperti hendak keluar.“Ada urusan dulu sebentar. Tunggu di rumah, ya!”“Urusan apa?”“Biasa pekerjaan.”Zivanka tidak ada pilihan selain patuh
“Sayang, ini ujian buat rumah tangga kita.” Azkio terus memeluk untuk menenangkan meski berulang kali Zivanka berontak. Saat stok energinya habis, Zivanka terkulai lemas. Namun, saat ditawari minum pun dia menolak. Memilih bungkam dan pergi ke kamar.Lama Azkio menatap wajah kuyu Zivanka. Sedikit pun Azkio tak menyalahkan istrinya itu. Dia terus membelai surai istrinya dan mulai bercerita sebuah kisah Nabi. Meski mata Zivanka terpejam, tetapi yakin dia tidak tidur."Sayang, pernah dengar kisah Nabi Ayub?"Tentu saja Zivanka tak menyahut. Azkio melanjutkan ceritanya. Nabi Ayub dianugerahi harta yang melimpah. Selain kaya, Nabi Ayub juga dikenal sangat dermawan dan suka menolong. Suatu hari Allah mengujinya dengan mengambil kembali semua hartanya. Tak cukup sampai di situ, Allah juga mengujinya dengan suatu penyakit yang sampai membuat semua orang menjauh. Terusirlah Nabi Ayub beserta istri. Saking miskin dan tak memiliki apapun untuk dit
MIB-20Zivanka dan Azkio dipanggil menghadap Baskara. Tentu kabar menggemparkan perihal putrinya yang Badung dinikahi seorang ustaz sudah sampai kepadanya. Bahkan sudah lebih dari itu. Baskara sendiri sudah mulai merasakan dampak negative dari pemberitaan buruk tersebut. Lawan main politiknya memanfaatkan momen untuk menjatuhkan.Namun, Baskara yang sudah benar-benar hijrah tidak terlalu memusingkan karir politik berikut hartanya. Hanya saja pikiran ikut berat saat memikirkan nasib pernikahan Zivanka yang masih seumur jagung.“Bagaimana kabarnya, Ustaz Mantu?” Baskara membuka obrolan.“Alhamdulillah, baik. Maaf kalau saya dan Ziva jarang bersilaturahmi.”“Oh, tak masalah. Oya, jujur … Papi kepikiran terus dengan kalian. Mantu, tidak akan menceraikan Ziva, kan?” tembaknya sampaikan apa yang jadi beban pikiran.“Astaghfirullahaladzim. Tidak, Pi. Insya Allah, saya akan terus membersamainya.”“Alhamdulillah, ya, Rabb.” Baska
“Mami,” sahut Baskara dengan mulut penuh terisi.“Lah, emang si bibi kemana?”"Lagi pulang kampung, anaknya sakit." Mira menjelaskan sambil sibuk membersihkan wajah dengan tisu."Perasaan tuh si bibi sering banget pulangnya. Mami sih, terlalu manjain pembantu.""Bukan manjain, Ziv. Sekarang anaknya memang sakit-sakitan."Sebetulnya dari dulu anak si bibi sudah sakit-sakitan, tetapi jarang sekali pulang karena Zivanka yang melarang. Baskara dan Mira yang sebelumnya jarang di rumah, tidak begitu memerhatikan.Sementara Azkio masih syok dengan pemandangan di depannya. Baik Zivanka atau Mira sama sekali tidak menyinggung perkara semburan barusan. Padahal Azkio anggap itu sangat tidak beradab. Mereka malah terlihat santai seperti sudah biasa.“Ziv, ayo minta maaf sama mami!” perintah Azkio berbisik, tetapi masih terdengar.“Minta maaf apaan?” Zivanka wajah tanpa dosa.“Barusan itu tidak sopan.”“Oh.
MIB-21Dalam keadaan sulit, Zivanka terpaksa harus merelakan lembaran uang merah. Pelanggan yang salah potong rambutnya meminta ganti rugi. Dari satu juta, akhirnya bisa dinego sampai lima ratus ribu. “Sudah untung saya ini baik hati. Tidak memviralkannya di medsos,” gertak si korban.“Sekali lagi saya minta maaf, Mbak. Ini karyawan baru, jadi tolong maklum.” Si pemilik salon merasa sangat bersalah.Kesalahannya itu fatal. Heran, kok ada orang macam dia. Usai menerima ganti rugi untuk rambutnya, pelanggan itu gegas pergi. Zivanka sendiri dipanggil ke ruangan pemilik salon."Begini, dengan sangat menyesal saya harus—""Saya mengundurkan diri. Jadi mohon jangan merayu agar saya tetap kerja di sini." Zivanka menyela menyelamatkan harga diri.Si pemilik salon sampai menganga. Manusia di depannya benar-benar unik bin langka. Padahal dia mau memecat, loh. Kenapa jadi keduluan pengunduran diri?"Maksud saya
Coming soon kisah yang tak kalah menarik dari putranya dengan judul MENOLAK WARISAN.PROLOGAngin berembus kencang menerjang jendela kaca kamar hingga bergetar. Beberapa furniture pun ikut bergeser dari tempatnya. Terdengar suara auman yang sukses membuat Zivanka, wanita berusia 30 tahun itu terjaga.“Honey, bangun!” Ia mengguncang bahu suaminya.Azkio, si suami mengerjap. Kemudian mengucek mata yang masih terasa berat untuk terbuka.“Ada apa, Sayang?”“Suara itu lagi.” Berbisik seolah takut ada yang mendengar.Seketika kesadaran Azkio dikumpul paksa. Meski ia sendiri tak pernah mendengar suara yang dimaksudkan istri, tapi tetap hal ini tak boleh diabaikan. Lalu bergegas untuk memeriksa sang buah hati di kamar sebelah. Setibanya, saklar lampu segera ditekan untuk menerangi ruang yang temaram. Akan tetapi, Ziko--anak mereka justru sudah tidak ada.“Ziko!” Zivanka histeris.Kejadian ini memang bukan kali pertama, tapi tetap saja rasa takut menyergapnya. Tanpa bicara pasangan su
Awalnya Azkio tak yakin akan menjalankan dua bisnis sekaligus. Waralaba papi mertua dan lanjutkan bisnis fashion muslim. Namun, berkat dukungan orang-orang terdekat, terutama istri, ia memutuskan untuk mengurus keduanya. Zivanka dan baby Zi tak pernah absen untuk terus berada di balik kerja keras Azkio. Melangitkan doa menjadi salah satu kekutan Zivanka dalam mendukung suami.Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan. (HR. Tirmidzi). "Sayang, nanti pulang agak telat, ya!""Oh iya, sekarang hari Jumat."Setiap hari Jumat sore, Azkio ada jadwal mengisi pengajian. Mereka menyebutnya 'Liko'. Jadi sebuah pengajian dengan lingkup kecil. Terdiri dari beberapa kelompok. Kebetulan, ia jadi salah satu murobbinya. Murobbi itu adalah guru, tapi lebih spesifik. Mendidik orang sedemikian rupa agar lebih berakhlak dan berilmu. Tentu dalam kajiannya, sebagai besar ilmu agama yang disampaikan."Eh, lupa
Seminggu pasca kepergian Mala, Zivanka janjian dengan Nia. Mau ikut membantu membereskan barang-barang almarhumah di kontrakannya. Baby Zi tak dibawa, sengaja dititipkan kepada Mira."Masya Allah, ini beneran kamu?" Zivanka mengerjapkan bola mata."Iya, ini gue. Gimana cantik nggak?""Masya Allah, Alhamdulillah, Nia!" Zivanka berseru, lalu memeluk teman yang kini jadi sefrekuensi, berhijab."Doakan ya, moga gue Istiqomah.""Amin."Dalam hati Zivanka berdoa panjang sekali buat Nia. Ia berharap Allah menerima taubat juga mempermudah jalan hijrahnya."Ya udah, kita masuk, yuk!"Mereka lekas melangkah ke dalam kontrakan Mala."Ya ampun, ini berantakan banget." Komentar Zivanka."Iya. Padahal si Mala biasanya rapi banget.""Ini kek bekas orang berantem. Bener nggak, sih?""Hu uh, bener. Pasti pacar si Mala marah-marah saat diminta pertanggungjawaban.""Huh, dasar l*knat!"
MIB-42Hari ini dikejutkan dengan pemberitaan viral tentang pasangan Azkio dan Zivanka. Zivanka tentu panik. Sungguh sangat menyesal jika suami kena imbas lagi akibat kehidupan di masa lalunya."Honey, apa netizen menyalahkan kamu? Kasus apa, hah? Kejelekan ku yang mana?" Zivanka mencecar."Tenang, Sayang.""Gimana aku bisa tenang, jika kamu kenapa-kenapa gegara aku." Air mata sudah merebak mendesak ingin keluar.Azkio lekas memerlihatkan pemberitaan yang viral tersebut. Ia mengulas senyum seraya mencubit gemas pipi istri.Zivanka menyeka air mata cepat. Matanya kian melebar tatkala menonton video demi video di sebuah situs.Ternyata teman yang bertabrakan tak sengaja di Mall tempo hari menjadi awal sumber pemberitaan."Gue salut banget sama ratu joget kita yang kini sudah hijrah. Gue lebih salut lagi sama sosok suaminya karena sudah menerima apa adanya. Terlihat suami Ziva sangat menjaga dan sayang. Gue jadi ir
Azkio kemudian berlalu ke kamar mandi untuk mengguyur diri. Berharap suhu panas akibat gejolak tak tuntas bisa mereda. Sebab, sejatinya bukan hanya Zivanka yang sudah sangat terpancing.Zivanka sendiri memberenggut. Ia mencoba mengingat-ingat apa kesalahannya hari ini? Teringatlah saat tadi terciduk sedang mengintip Arfan. "Honey ...," panggil Zivanka begitu Azkio selesai mandi."Apa?" sahutnya ketus."Maafkan aku," sesalnya yang hendak memeluk."Stop! Saya sudah berwudhu." Azkio gegas mengambil pakaian dari lemari.Zivanka pun urung, tetapi masih tetap mengekor."Honey, dimaafkan nggak?""Saya mau sholat dulu. Kamu nggak sholat?""Ya udah, tunggu dulu! Aku mau wudhu."Sepasang suami istri melaksanakan sholat malam bersama. Sekarang, sudah tak pernah lagi ada drama ketiduran saat menunaikannya. Karena Zivanka sudah terbiasa terbangun sendiri di jam-jam sepertiga malam.Usai sholat hat
MIB 41Meski tak melotot, nyatanya tatapan tajam Azkio selalu berhasil membuat Zivanka tak berkutik. Tidak mau terlibat perang dingin rumah tangga, ketiga anak panti lekas pergi.Tanpa bicara, Azkio menyeret Zivanka masuk ke ruang tamu. Wajah kesalnya diseting seramah mungkin."Assalamualaikum " Azkio mengucapkan salam dengan senyum mengembang sebagai tanda menyambut teman lama."Waalaikumsalam. Ya, Allah ... Kio!" Si tamu berseru. Kemudian mereka saling salaman dan pelukan. "Oya, kenalan ini istri saya.""Arfan." Si tamu mengulurkan tangan."Yuki Kato," balas Zivanka hendak menyambut uluran tangan tersebut, tetapi, Azkio lebih dulu menepisnya."Bukan mahram." "Eh, iya." "Istri kamu ternyata senang bercanda, ya?""Iya, Zivanka emang seperti itu.""Oh, namanya Zivanka. Nama yang bagus," puji Arfan basa-basi.Zivanka sendiri malah tersipu dan kecentilan."Iya, ka
Hari ini hari kelahiran Fatimah. Ia tidak pernah mengadakan perayaan karena memang bukan budaya Islam. Namun, sebagai bentuk cinta dan perhatian, anak panti selalu mengadakan syukuran kecil-kecilan. Mereka akan bekerja sama membuat nasi kuning serta siapkan sebuah kado. Kado kali ini khusus disponsori oleh Azkio dan Zivanka.Maka dari itu, Zivanka hari ini diantarkan ke panti asuhan. Sementara Azkio tetap masuk kerja walau katanya hanya akan sampai dzuhur.Fatimah senang sekali dengan kedatangan baby Zi. Bayi gemoy nan menggemaskan tersebut terus digendongnya. Karena anak sangat anteng juga nyaman bersama sang nenek, Zivanka memutuskan untuk bergabung saja dengan anak panti. Kini semua anak panti sudah akrab dengannya. Terlebih setelah mengetahui perbuatan Lily yang sampai kerjasama dengan Putra. Sejak kejadian itu, mereka kecewa berat dan berhenti mengagumi. Kebaikan Lily sekian lama lenypap oleh keburukan yang beberapa saat. Begitulah manusia. Nila seti
MIB-40Otomatis langkah Azkio dan Zivanka terhenti. Mau tidak mau menoleh juga."Nggak salah, lu emang Zivanka!" seru si pria girang.Zivanka cengar-cengir tak tahu harus menanggapi bagaimana. Sementara dalam hati tak berhenti merutuki."Anda kenal dengan istri saya?" "Oh, kenal banget malah."Azkio sampai mengerutkan kedua ujung alis seraya penuh praduga serta selidik. Kira-kira kenal sejauh mana pria di depannya."Honey, udahlah, yuk kita pergi," ajak Zivanka menarik lengan suaminya.Si pria cukup mengerti kenapa wanita yang diidolakannya selama ini sampai berusaha menghindar. Mungkin takut suami mengira yang tidak-tidak. Akan tetapi, karena sudah terlanjur bertemu, ia tetap tak ingin lewatkan kesempatan untuk menyapa. Bertanya kabar juga termasuk yang paling ingin ditanyakan."Wah, keren lu! Nggak nyangka banget gue bisa ketemu. Pangling sumpah! Cakep." Si pria geleng-geleng kepala saking takjub mel
Dari hari ke hari rutinitas masih sama. Selama 24 jam tidak ada kisah baru. Sebagai ibu rumah tangga yang full di rumah, kadang Zivanka berada di titik jenuh. Azkio tidak pernah melarang ia untuk main keluar, jalan-jalan atau berbelanja. Kebetulan keadaan mereka secara finansial sudah jauh lebih baik. Terlebih Baskara membayar gaji lebih dari seharusnya. Zivanka seolah jadi tergantung kepada suami.Kemanapun selalu ingin ditemani. Jika tidak bisa pergi bersama lebih baik ia membatalkan.Semua kebosanan Zivanka pun dibayar lunas oleh kepulangan suami dari kerjanya. Sapaan hangat, belaian mesra, serta perhatian intens tak pernah absen. Meski bukan berarti mereka tidak pernah bertengkar. Sering malahan. Hal-hal sepele yang selalu jadi pencetusnya. Akan tetapi, pertengkaran mereka hanya sebatas Azkio mendiamkan dan Zivanka mengomel.Selang beberapa menit, keadaan akan kembali mencair. Saling memaafkan juga merindu.Seperti pagi ini, aktifitas dimulai oleh Azkio