Bug!! Bug!! Bug!!Adam bertubi-tubi memukul wajah dan perut Heri hingga pria itu mengatakan kemana dia membawa Aisyah.Heri yang tidak tahu apapun, hanya dapat menjawab tidak tahu. Karena memang dia tidak mengetahui apapun tentang pria dalam video yang ditunjukkan Adam padanya.Bahkan Henri membantu memberi alasan, jika tidak hanya ada satu gelang saja, mungkin ini hanya ada faktor kebetulan."Tidak ada kebetulan!! Ini sudah di rencanakan!! Bahkan masker dan topi kau buang di tempat sampah, di ruang Aisyah. Kau melupakan sesuatu, yaitu gelang itu!!" sentak Adam tak kunjung hentinya memukuli Heri. Hingga tubuhnya tak mampu menopang, dan akhirnya terkapar ke tanah.Henri yang berdiri di depan mobil melihatnya dengan tidak tega. 'Maafkan aku Heri. Seharusnya aku tidak melakukan ini. Aku menghancurkan pertemanan kita demi melindungi diriku sendiri,' batin Henri.Di sisi lain ia sedang memikirkan keadaan istrinya. Apa benar Maliana bisa menepati janjinya? Dua hari ini Henri tidak pulang,
"Astaghfirullah ... Apa yang terjadi padaku??" Wajahnya sudah pucat pasi, melihat tubuh polosnya. Kembali ia menarik selimut dengan pelan, untuk menutupi tubuhnya. Pikirannya sudah buruk—tentang sebuah hal. 'Apakah ada seseorang yang sudah menyentuhku? Di saat aku pingsan? Atau jangan-jangan mereka telah melenyapkan bayi dalam kandunganku??'Menutup mata, ingin menghentikan airmata yang mulai tergenang di pelupuk mata. Tidak ingin lagi dan lagi menangis atas semua yang terjadi. Garis takdir yang tak kunjung berujung indah. Semua sudah cukup baginya. "Aku adalah Aisyah, aku hanya wanita biasa. Aku tidak sekuat karang di laut. Tidak sedikitpun keinginan ku untuk melukai atau membuat orang lain tersakiti. Semua aku jalankan dengan penuh hati-hati dan keikhlasan. Aku hanya menginginkan satu. Satu saja pada Rabb-ku——" ucapnya terpotong untuk menghapus kasar air mata yang makin membendung pelupuk mata."Aku hanya ingin kebahagiaan—" lagi, belum melanjutkan ucapnya tangisnya pecah begitu
Aisyah ...coba lihat foto-foto ini!!" titahnya menunjukkan layar dihadapan Aisyah.Sedikit berat, Aisyah pun melihatnya dengan hati berdebar."Astaghfirullah Nyonya ... Anda benar-benar keterlaluan!!!" sentak-nya menahan emosi. Ia masih bisa tahan."Haha .... Sudahlah, kau sudah tahu sendiri kan, wajah asli ku? Tak perlu lagi aku memakai topeng kepalsuan," ucapnya dengan senyum jahatnya. Wajahnya di buat se-netral mungkin berbicara pada Aisyah.Aisyah menarik nafasnya dalam-dalam, "Lalu bagaimana dengan janin ini?? Apa kau membunuhnya selama aku pingsan, Hah!!" Aisyah sampai berbicara dengan menggertakkan gigi-giginya menahan amarah."Aku tidak berbuat apapun pada janin itu, jangan beranggapan aku ini wanita paling keji di muka bumi ini dong! Meski pun kecil, aku juga memiliki perasaan belas kasih, Aisyah," ucap Maliana penuh kemunafikan.Sedikit lega namun Aisyah masih khawatir. "Setelah kamu membuat pengakuan pada Adam, aku akan memperkerjakan dokter spesialis kandungan untuk mema
"Aisyah!! Kau adalah wanita brengs*k!! Kau adalah wanita kejam yang pernah ku kenal. Tidak pernah aku mengenal wanita manapun yang penuh dengan sandiwara sepertimu!! Biad*p!!!" Dengan menyetir mobilnya, ia mengumpat secara terus-menerus untuk menghilangkan rasa sesak dihatinya.Pria yang tidak pernah mengerti tentang cinta. Baru bisa mengetahui jika ia telah mencintai Aisyah. Sama sekali tidak di duganya, pria itu memiliki perasaan terhadapnya. Apa dia saja yang terlalu bodoh untuk menyadarinya?"Aku baru menyadari, aku telah menyukainya ... Tapi, ta—pi wanita itu dengan teganya mempermainkan hatiku!! Kau kejam Aisyah!! Kau Kejam !!!" teriaknya sembari memukul dashboard beberapa kali. Pria yang hampir jarang menangis itu, perlahan menitihkan air mata di pipi. Dia seka berulang kali tetap saja makin menggenang di pelupuk matanya."Shit!! Ngapain aku menangisi wanita jal*ng itu? Bahkan dia pun tidak menghargai perasaanku!!" ucapnya kemudian.Andai ada pilihan, Adam ingin membunuh A
Ia menarik tubuhnya hingga terduduk di pangkuannya."Tetaplah disini, Aisyah ..." ucapnya reflek.'Hah?? Aisyah??—' wanita itu terkejut mendengar lirih suara pria itu menyebut Aisyah.Adam baru menyadari—kenapa ia bisa menyebut nama Aisyah? Di saat ingin melupakan wanita itu? Padahal dirinya masih sadar belum mabuk berat."Siapa itu Aisyah??" Wanita bertubuh seksi itu menaikkan dua alisnya. menatap wajah Adam seakan mengintimidasi.Dua tangannya melingkar di leher Adam. Mencoba meluruhkan sikapnya yang semula membuatnya kesal.Yakin pria itu akan memandikannya dengan uang banyak jika malam ini puas oleh pelayanannya.Terlihat dari gaya dan postur tubuhnya yang rupawan, sudah dipastikan bahwa dia adalah pria kaya raya. Begitu pikirnya."Kau tidak perlu bertanya siapa Aisyah ... Dia adalah wanita murah*n sepertimu!!"Meski ucapan Adam pedas, tidak menutup kemungkinan jika ucapan benar. Hanya keadaan yang membuatnya terdampar di tempat gelap itu.Adam melepaskan tangan yang membelengg
Pandangannya buram, darah bercucuran dari dahi dan pelipis kepalanya. Ia mengalami luka hebat. Tak lama kemudian pria itu tak sadarkan diri.Asap mengepul keluar dari mesin mobil, hingga banyak pengendara saling berteriak. Berteriak untuk segera menolongnya.Beberapa pria dari pengendara mobil lain turun untuk membantu Adam keluar dari mobil. Sedikit kesusahan karena mobil terkunci dari dalam.Salah satu dari mereka terpaksa memecahkan kaca mobilnya, dan membuka handle dari dalam melalui celah kaca yang sudah pecah.Yang mereka takutkan adalah mobil itu akan meledak sesaat lagi—karena tampak asap hitam telah mengepul tinggi.Mereka berhasil membawa Adam menjauh dari sana. Dan untungnya pikiran buruk mereka tidak terjadi. Jika sampai mobil itu meledak maka akan banyak korban di sekitarnya. "Tuan!! Bangun!! Tuan ... Tuan ..." Salah satu dari mereka yang menolong memukul pelan pipi Adam. Namun tidak ada tanda-tanda pria itu membuka kedua matanya.Sesekali memeriksa denyut nadi—sedikit l
Setelah berbincang-bincang sedikit tentang kesehatan Aisyah, Ryan ingin memeriksa kondisi kandungannya saat ini."Bisakah kita mulai sekarang? Karena saya hanya memiliki waktu tidak kurang satu jam saja, setelah itu saya harus kembali ke rumah sakit," jelasnya.Aisyah berpikir kedua kalinya, kenapa Maliana memilihkan dokter pria untuk menanganinya? Apa tidak bisa diganti saj dengan dokter kandungan wanita?Pikirannya mulai macam-macam, sebenarnya ia lelah, tubuhnya sudah remuk redam, rasanya telah melakukan berkali-kali dengan Adam yang selalu meninggalkan bekas luka yang sangat menyakitkan. Hingga menjadi trauma hebat baginya.'Tidak ... Aku tidak boleh berprasangka buruk pada pria ini, terlihat dari nada bicara dan sikapnya, Dokter Ryan ini adalah pria yang baik,' pikirnya kemudian.Aisyah terdiam beberapa saat memikirkan itu, hingga pria itu menanyakan hal yang sama. "Bisa kita mulai, Nyonya? Kata Nyonya Maliana Anda beberapa kali mengalami pendarahan, saya harus cepat mengecek kea
Namun pria itu mengatakan terdapat meeting mendadak dan bersifat penting. Hingga tidak dapat mengantarkannya.Maliana yang mengetahui kebohongan itu mengatur sebuah rencana besar. Yang tidak akan diketahui siapapun.Ia mengambil gawainya dan menelepon Bima.[Mas, apa kau sudah tidak perduli lagi terhadapku? Aku akan melahirkan anakmu, dan kau masih di sibukkan dengan pekerjaanmu?? Bisa tidak kamu membantu membawaku kerumah sakit)] pintanya.Wanita itu hanya mengetes, seberapa pentingkah wanita itu daripada dirinya? Meski dia sudah mendapatkan laporan dari anak buahnya, jika Bima pun berada dirumah sakit menunggu persalinan wanita itu.[Sudah aku kirimkan pesan lewat chat 'kan? Jika aku ada meeting mendadak!! Kau bisa baca itu tidak?] sentak-nya.Rasanya Maliana ingin menjerit dalam hatinya. 'Ternyata wanita itu lebih penting dari dirinya.[Tapi, Mas—][Sudahlah, kau bisa minta tolong anak buah mu untuk mengantarkan mul!! Jangan manja jadi wanita!!] oloknya kemudian lekas mengakhiri pan
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal