Happy new year and happy reading, teman-teman pembaca~ Adam dan Asiyah tampaknya sudah menemukan kebahagiaan mereka, tapi kira-kira bagiamana nasib Exel? Yuk, terus ikuti kisah mereka di buku ini. Sekali lagi, terima kasih, teman-teman
Disebuah tempat terdengar hingar bingar pria-pria berjas kebesaran sedang melakukan sebuah transaksi. Beberapa wanita sengaja dipertontonkan didepan mata mereka lewat kemolekan tubuh masing-masing.Dipersiapkan untuk acara lelang yang dihadiri pebisnis kaya raya untuk dijadikan istri kesekian mereka."Lepas! Mau kalian bawa kemana aku? Hah?" Tidak ada yang berani menjawabnya. Dua pria bertubuh kekar bagai bodyguard menariknya memasuki sebuah tempat dibawah kapal.Gadis itu meronta ingin melepaskan diri dari mereka. Pikirannya sudah sangat kacau. Sebuah keyakinan besar jika akan terjadi sesuatu setelah ini."Kalian mau bawah aku kemana? Aku malu harus mengenakan pakaian minim ini didepan umum! Tolong jangan permalukan aku seperti ini!" pintanya dengan sangat."Jangan banyak bicara! Sesuai dengan surat perjanjian yang di tandatangani oleh ibu mu. Kamu sudah tidak memiliki kepemilikan atas dirimu sendiri. Ibumu sudah menjual-mu!"Tiba-tiba air mata menggenang membasahi bola mata. Salah
"Sebenarnya Anda siapa dan untuk apa Anda membeli saya?" tanya Beyza memberanikan diri.Beyza harus tahu tujuan pria itu memberikan sejumlah uang fantastis pada Bos besar pemilik bisnis ilegal itu atas dirinya. Sepintas dalam pikirannya, bahwa tujuan pria itu hanya untuk memuaskan dirinya. Mengingat pria ini dingin bagai kulkas. Tidak mungkin ia mencicipi wanita sembarangan. Begitu pikirnya. Lama Beyza menunggu mulutnya terbuka, namun tetap saja, ia mempertahankan diri untuk diam. Sama halnya dengan sopir yang tidak ingin ikut campur urusan Tuannya.Pria dengan rahang kokoh itu masih dalam diamnya, menunjukkan keangkuhan. Makin lama Beyza semakin gelisah. Bagaimana pun juga, ia harus pergi dari pria ini—sebelum mahkota berharganya hilang olehnya. 'Tidak!! Itu tidak akan terjadi, sebelum semuanya terlambat, aku harus pergi dari sini!! Tapi, bagaimana caranya?'Ia menoleh ke belakang, mobil hitam yang ia tahu anak buah pria ini pun ikut mengawalnya.Benar-benar Beyza berada pada pos
"Apa kalian tidak bisa berperilaku sopan padaku?? Tidak perlu menarik paksa ku seperti ini!! Aku bisa berjalan sendiri!!" teriak Beyza. "Awal di dalam mobil kamu berniat melarikan diri, jadi kami tidak ingin mengambil resiko. Jika kamu berhasil meloloskan diri, kita tidak akan di ampuni oleh Bos Exel!!" ungkap mereka memberi alasan."Itu derita kalian!! Aku tidak perduli!!" bantah Beyza berusaha berontak. Ia terdiam beberapa saat mengingat mereka menyebut nama Bos Exel. 'Apa Exel adalah nama pria tadi??'"Sudah diam-lah!! Kamu disini tidak akan hidup menderita!! Lihatlah Bos membawa mu ke istananya!! Kamu di jadikan ratu. Mengerti kamu!! Jadi berusahalah untuk patuh!!" jelas mereka tetap memaksa membawa Beyza masuk.'Apa katanya?? Ratu?? Apa pria itu akan menikahi ku??' terka Beyza Sesampainya di pintu utama dari bangunan besar dan tinggi yang dominan berwarna putih itu, sekelas bangunan khas Eropa, ia melihat banyak asisten rumah tangga yang berbaris menyambutnya.Beyza menundukkan
Asisten wanita itu kembali berkata, "Lho, Anda belum tahu rupanya?? Maaf Nona, seharusnya saya tidak lancang mengatakan itu.""Benarkah Tuanmu akan menikahi ku??" Beyza masih tidak percaya."Maaf Nona, saya tidak bisa menjelaskan apapun lagi, tanpa izin dari Tuan Muda." Wanita itu memilih bungkam agar Beyza tidak tanya macam-macam lagi ."Tuanmu tidak mengatakan apapun padaku, pria itu sangat kaku dan kejam, rasanya apa aku bisa hidup berdampingan dengannya? Sebenarnya aku tidak memiliki cita-cita menjadi istri orang yang tidak mencintaiku, tapi ini semua terpaksa ku lakukan." Curhatnya Beyza. Di dengar baik-baik oleh Meyla."Ya, Nona, kadang wanita seperti kita tidak di beri hak untuk memilih siapa yang pantas dan tidak untuk kita. Hanya orang berkuasa saja sepertinya yang pantas menerima kemauan mereka sendiri.""Kata siapa? Jika kita berani melawan, mereka pun tidak akan ada apa-apanya." Tidak ada sambungan Setelah Beyza mengatakan itu.Ia melihat wanita itu penuh kelembutan memain
Setelah itu Beyza mencoba menjabat tangan wanita disamping Gerald. Ia sepertinya tidak menyukai Beyza. Hingga membiarkan tangannya terdiam beberapa menit dalam keadaan seperti mengambang di udara. Malah ia membuang wajahnya kesamping. Cih!!"Jangan harap kamu bisa leluasa tinggal di istana ini, wanita udik!!" ucap sinis Wanita yang sama culasnya dengan Exel. "Biarlah Beyza, tidak perlu kau pedulikan ucapan nenek sihir itu! Dia memang terbiasa berkata buruk. Kalau tidak mengumpat, mungkin lidahnya akan terasa pahit," bela Paman Gerald. "Biar nenek sihir Paman Gerald tetap mencintainya. Hahaha, perkenalkan dia Bibi Marta.Bayza hampir tertawa mendengar kelucuan Paman Gerald. Untung saja, ia lekas memperbaiki sudut bibirnya sebelum wanita yang di bilang nenek sihir itu melihatnya.Setidaknya di sana masih ada yang baik padanya, yaitu Paman Gerald dan Asisten Meyla. Ia melihat kursi kosong yang berjejer rapi di meja makan ini. 'Siapa saja penghuninya?? Belum ada yang menempati tempat i
Acara makan malam yang sama sekali tidak berkesan. Kembali Beyza di antar Meyla menuju ruang kamarnya.Berganti pakaian, setelah itu menyiapkan pakaian santai untuk malamnya. Seperti piyama, namun ini lebih dominan ke pakaian santai kalangan atas.Beyza menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Membalik tubuhnya menjadi posisi tengkurap, meletakkan dagunya di atas bantal berwarna putih. Memikirkan kembali pria yang duduk di atas kursi roda tadi. Beyza mengingat, "Apakah aku salah berkata, saat berhadapan dengannya tadi?? Rasanya tidak, dia saja yang terlalu sensitif. Jadi apapun yang di ucapkan orang lain mengenai sesuatu yang berkenaan dengan dirinya, pasti dia akan tersinggung. Aku sering menemui orang seperti itu."Tubuhnya yang sintal turun dari ranjang berjalan menuju balkon, bersandar di kursi santai sembari memandang langit bertabur bintang.Wajahnya yang semula berseri, mendadak muram. Mengingat kehidupan silam bersama ibunya, tidak adanya kasih sayang darinya, tidak membuat Beyz
Bibirnya yang semula kering, mencoba mengeluarkan suara. "Ya, saya Beyza. Bagaimana Anda mengetahui nama saya??"Wanita itu mendongak melihat lekat wajahnya yang asing. Tidak pernah dilihat sebelumnya. Yang di rasa pasti ada satu hal—hingga pria yang sepertinya orang berkuasa itu menghentikan mobilnya dan menghampirinya disini."Akan saya terangkan nanti. Ikutlah bersama kami! Aku akan memberimu pekerjaan," ucapnya seperti seorang dermawan baik hati. Bagaimana bisa ia mengetahui jika dirinya sedang membutuhkan pekerjaan? Pasti ada seseorang yang telah memberitahukannya. Beyza tidak lekas berdiri. Bagaimana ia bisa mempercayainya begitu saja—sementara dunia ini kejam jika tidak berhati-hati sendiri saat membuat satu keputusan."Percayalah, kami tidak akan menyakitimu." Berulang kali pria yang mengenakan setelan jas navy itu menjelaskan jika dia orang baik.Pada akhirnya, Beyza percaya padanya. Dan mengikuti perintahnya.Beyza masuk mobil—duduk di kursi depan, merasa canggung karena i
Flash Back off ...Mengingat itu hatinya sesak. Rasanya lebih baik tidak memiliki ibu dari pada perasaan dipermainkan seperti manekin hidup.Sungguh harapan memiliki keluarga yang menyayanginya tidak akan terwujudkan. "Ibu ... Saat ini aku tidak berpijak lagi di rumahmu ... Keadaan seperti ini bukan? yang kau inginkan?? Melihat aku pergi dari rumah itu dan meninggalkan satu koper uang, untuk kau nikmati sendiri?? Semua sudah terwujudkan. Dan apakah hutang Budi saat kau melahirkan dan membesarkan ku sudah terbalas lunas??"Hanya dengan ketenangan di malam itu ia dapat mencairkan suasana hatinya sendiri. Tidak ada teman atau siapapun yang bisa dia pakai untuk sandaran berbagi kisah hidupnya yang pelik.Pandangannya mulai buram —tanpa sadar air mata tiba-tiba menggenang di pelupuk mata, sekali berkedip air bening itu berjatuhan.Masih tetap bersyukur, dirinya berada pada orang yang tidak bertanggung jawab. Bagaimana jika ia di beli seorang Mami pemilik hiburan gelap? Menemani setiap pria
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal