Aisyah mendengar jatuhnya rangakaian bunga di depan pintu. Wanita itu melihat Adam berdiri disana. Segera ia berdiri dan menyuruhnya masuk.Karena wajah Adam terlihat berbeda, Aisyah berjalan kearahnya. Ia meraih bunga di lantai itu, melihatnya dengan penuh haru.Terbesit dalam hati bunga itu untuk dirinya. Tapi ia tidak yakin, pasti ada orang lain yang akan menerima bunga itu. Bukan Aisyah, pikirnya."Mas, kenapa kamu tidak masuk kedalam??" tanya Aisyah ramah. Tidak pernah sekalipun ia menunjukkan wajahnya yang buruk."Lanjutkan saja, aku akan datang lagi nanti setelah Ryan pulang—" pria itu berniat melangkahkan kaki pergi."Melanjutkan apanya, Mas??!" tanya Aisyah bingung."Aku tidak tahu, pikir saja sendiri." Adam tidak ingin dua tahu. Ada perasaan cemburu dalam hatinya.Exel pun tidak memanggilnya, mungkin dia tidak ada harganya dimata mereka.Aisyah mengejarnya dan menarik pergelangan tangannya, berniat menghentikan. "Tunggu, Mas!! Jangan pergi!!" titahnya memohon."Aku kan suda
Terlihat Heri datang tergesa-gesa menemui Adam. "Tuan maaf menggangu ... Acara pemakaman istri Henri akan dilangsungkan pagi ini. Apakah Anda akan ikut mendampingi Henri untuk mengistirahatkan pada tempat terakhirnya??!" "Ya Her!! Urus semuanya!!""Baik Tuan.""Aku ikut, Mas!!""Ryan, maaf, aku titip Exel dulu, ya?? Bisa 'kan??" Aisyah memohon pada Ryan yang masih duduk santai di kursi tunggu."Baiklah!!"Aisyah sedikit berlari mengejar dua pria yang berjalan cepat di depannya.Terlihat dari kejauhan Henri duduk di kursi roda, tampak ia menunggu mereka, keadaannya belum stabil. Heri membantu mendorongnya menuju lantai bawah.Mereka turun ke lantai dasar menggunakan lift. Tidak perlu menunggu lama, mereka telah sampai disana.Heri mendorong tubuh Adam sedikit menyingkir, dari luar pintu utama rumah sakit yang dijaga ketat oleh security terlihat banyak wartawan, sepertinya menunggu Adam turun."Bos!! Lebih baik Bos tidak keluar!!" saran Heri. Adam pun melihatnya sendiri, mereka berjub
Sebuah rekaman pada malam panas waktu itu, bersama pria yang baru dikenalnya."Astaga!! Siapa yang tega berbuat ini padaku??! Tidak!! Ini jebakan Adam, kau jangan percaya begitu saja!! Please ...""Cihh!! Memuakkan!!" umpat Adam. Adam tidak terlalu peduli sebenarnya pada kelakuan Jenny, malah ia sangat bersyukur karena Jenny membuat dirinya dengan mudah mencari alibi untuk mengakhiri hubungannya dengan Jenny.'Yes!!'"Adam ... Kamu harus percaya padaku. Ini jebakan Adam... Aku tidak ingat apapun tentang malam itu. Pasti mereka menjebak ku!!" ucap Jenny memohon agar Adam percaya padanya.Sampai ia menggoyangkan lengan Adam, agar Adam memperhatikannya. "Adam ... Percayalah padaku!!" mohon Jenny. "Tidak!! Aku bukan pria yang suka memberikan kesempatan kedua pada kesalahan orang, meski istriku sekalipun!! Kau ingat kasus Aisyah dulu?? Sama halnya dengannya, kau akan mengalami nasib yang sama sepertinya!!" bentak Adam tegas. "Maksudmu apa?!! Jangan sampai kau bilang ingin menceraikan ak
"Cih!! Sudah tidak perlu dandan segala macam!! Kalau miskin ya miskin aja!! Meskipun di poles bedak sekarung pun tidak akan berubah jadi Cinderella!" umpat Maliana tanpa perasaan."Setuju, Wanita miskin ini tidak pantas untuk Dewangga!! Semoga saja acara pertunangan itu akan dibatalkan!!" Jenny menyahut.Aisyah yang mendengar itu hanya mampu membaca istiqhfar, tidak ingin beradu mulut, yang akan hanya memperburuk acara nantinya.Ia menghormati Diwan selaku managernya. Begitu pula Diwan, tidak ingin membalas ucapan mereka. Biar saja, itu sudah seperti makanan sehari-hari mereka.Aisyah kembali masuk ke dapur untuk melepaskan celemek nya. Membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang bersih.Sedikit lama, ia memoles wajahnya dengan bedak tipis, dan memberi sedikit warna merah muda di bibirnya. Tak lupa hijab cantik sederhana yang membuat ia makin terlihat cantik di mata pria di kenakan juga, hiasan Bros berbentuk bunga mawar kecil berwarna putih mengaitkan ujung satu d
"Wah ... Mantab, masakan orang Jawa ini. Wajib pake tangan," kata Dewa.Maliana membeliak, "Kotor Dewangga!! Pakai sendok!!" tegasnya. Ia tidak ingin putranya mendadak sakit perut karena makan masakan Aisyah yang di nilai tidak higienis."Ma ... Ini penyet gurame, kurang mantab jika pakai sendok." Dewa menolaknya.Aisyah berbalik lagi mengambil piringnya yang tertinggal. Sesaat kemudian ia kembali lagi membawa piring miliknya.Srett!!Jenny dan Maliana menatap dengan tidak percaya. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Dewangga??Pria itu telah menukar piringnya dengan piring milik Aisyah?? Hampir nafas mereka tercekat di tenggorokan."Sayang ... kita tukeran ya ..." ucap Adam."Mas!! Makanan yang kita ambil sama loh?? Kenapa kau pakai minta tukar dengan milikku??!" Aisyah heran. Merasa tidak enak, Maliana dan Jenny menatap mereka dengan tatapan tidak senang."Ya, makan saja masakan yang sudah kau ambil di piring mu Dewa!!" titah Maliana. Jantungnya berdebar kencang. Ia tidak ingin Dewa
Di dalam ruangan itu hanya ada satu ranjang pasien. Terlihat olehnya, seseorang berbaring di atasnya. Seketika air matanya luruh tak berarti. Seorang perawat menutup seluruh tubuhnya dengan kain berwarna putih."Dewangga!!!!!" teriak Maliana. Ia melangkahkan kaki pelan menuju tempat pembaringan Dewa. Isak tangis pun terdengar dari suara Aisyah, ia tak kuasa melihatnya. Sungguh saat ini seperti sedang berada di alam mimpi. Aisyah berharap semua ini tidak nyata. Dia hanya bermimpi buruk, Aisyah ingin lekas bangun dari tidurnya."Dewangga!!! Dewangga ... Bangun ....!!! Bangun!!" Maliana masih berteriak, dengan menggoyang-goyangkan lengannya, berharap putranya itu dapat segera bangun.Maliana menarik kain kafan itu dari atas lalu mengibaskan ke bawah, lekas kedua tangannya merangkul tubuh pria yang sudah tidak bernafas itu, meletakkan kepalanya di dada Dewa, seraya menangis histeris.Sungguh ruang UGD saat ini menjadi ruang duka bagi keluarga Bima. Sementara Diwan merasa aneh pada res
Polisi pun bertindak cepat, salah satunya berjalan mendekati Aisyah yang masih terduduk di bawah, mereka merampas tas miliknya. "Maaf, Nyonya. Saya izin menggeledah tas Anda!!" ucapnya sembari membuka resleting tas milik Aisyah.Wanita itu pasrah, membiarkan salah satu anggota polisi mengobrak-abrik isi dalam tasnya yang tidak berarti itu.Semua mata terkejut melihat jari tangan polisi yang dibalut sarung tangan menenteng sebuah botol bening dengan serbuk putih di dalamnya."Apa ini, Nyonya Aisyah?? Jelaskan pada kami!!" sergahnya.Aisyah yang tidak tahu apapun tentang barang itu menggeleng kepala, panik. "Itu bukan milik saya pak polisi!! Bagaimana barang itu berada di dalam tas saya??" Maliana berjalan maju dan mendorong kembali tubuh nya, dua kalinya ia terhempas ke lantai. "Wanita pembunuh!! Tangkap wanita ini Pak polisi!! Itu pasti racun yang sengaja dibubuhkan pada makanan itu!!" tuduh Maliana.Tanpa mendengarkan Aisyah yang berusaha membela diri, para anggota polisi memborgo
'Shitt!! Apa benar wanita ini ada simpanan, Papa??!' batin Adam gelisah.Terlihat jari telunjuknya menunjuk tikungan jalan menuju kawasan elite. Setelah ia menunjuk satu rumah megah, baru ia sadar. Jika pikirannya benar. Adam dengan cepat masuk melewati pintu gerbang yang di buka langsung oleh satpam penjaga. Ia tahu itu adalah mobil anak majikannya. Wanita itu hanya terdiam tak mengerti. Tapi dalam hatinya bertanya-tanya, 'Kenapa pria itu masuk secara leluasa ke rumah megah ini? Padahal dia adalah bukan keluarga Bima 'Adam menghentikan mobilnya mendadak. Entah dadanya ikut sakit melihat kenyataan ini. Adam sudah yakin, memang Bima dari dulu bukan type pria yang setia pada satu wanita saja, membuat wanita itu terkejut.Wanita itu mungkin satu dari sekian wanita yang dimilikinya. Dengan tombol otomatis, pintu itu terbuka untuknya. "Silahkan, Anda bisa menemui pria itu sekarang!!"Adam pun ikut turun, tanpa menunggu, ia berjalan cepat sampai lorong utama, di susul wanita yang menen
Beberapa menit mereka habiskan di dalam cafe. Exel mulai suntuk harus berpura-pura menemani wanita itu. 'Sial. Kapan sih orang itu menyelesaikan tugasnya? Aku sudah tidak tahan lagi,' batin Exel. Selesai makan, ia meletakkan sendok dan pisau di atas plate. Mencoba melihat gawainya belum ada tanda pria suru itu menghubunginya. Beberapa saat kemudian terlihat empat pria bersergam lengkap datang bersama orang suruhan Exel. Exel menaikkan dua sudut bibirnya. "Akhirnya, mereka sampai juga."Ivanna menoleh kebelakang, terdengar suara sedikit mengusik telinganya. Saat mengetahui siapa yang datang, Ivanna gegas berdiri dengan perasan panik.Tidak memberi penjelasan, pria tersebut memborgol dua tangan Ivanna. Wanita itu berusaha melepaskan. "Tunggu!! Kalian mau bawa aku kemana? Kenapa kalian tidak memberiku penjelasan?" Ivanna berusaha melepaskan diri dari pria-pria tersebut. "Jelaskan nanti di kantor polisi, Nona!!!" Salah satu di antara mereka menjawab. Gadis itu melihat ke arah
'Aku akan buat perhitungan. Aku akan gagalkan rencana mereka,' batin Ivanna sambil berjalan, sesekali menatap mereka dengan tatapan bengis.Sementara malam itu Exel mengantarkan Anne pulang. Aisyah memaksa Exel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, membawa Anne ke rumah ini. Ia harus bisa bertanggung jawab atas anak orang, katanya.Kurang lebih tiga puluh menit mobil Exel akhirnya sampai pada gang rumahnya."Aku mau mampir, boleh gak?" goda Exel."Kau tahu sekarang uda malam banget, kelamaan di rumah kamu sih. Bukannya gak boleh, tapi tahulah aku tidak enakkan sama papa!""I-iya, aku tahu itu. Tapi kamu kan udah izin malam malam di rumahku. Papamu juga ga keberatan. Hih, gak bisa di ajak bercanda!! Ya sudah kamu cepat pulang. Aku tunggu kamu sampai masuk rumah mu!""Terlalu berlebih-lebihan. Lagi pula tinggal nyebrang aja kan? Sana kamu pergi! Terimakasih, ya sudah di antar!" Anne tersipu malu. Ia tidak bisa berlama-lama melihat wajah Exel."Ok!"Beberapa saat kemudian, pria itu
"Exel terserah Mama dan Papa saja.""Alhamdulillah ..."Sementara Anne, "????"'Benarkah yang aku dengar barusan? Terserah mereka? Dalam artian dia setuju dong?! Ah, kacau. Kenapa aku jadi pengen melepaskan senyuman ya. Tahan. Tahan Anne ... Kamu harus bisa menjaga image.'Terlihat pasangan suami isteri tersebut tersenyum bahagia. 'Wah ... Sepertinya aku akan menjadi menantu paling bahagia di keluarga ini.' Anne masih tidak berhenti bicara dalam batinnya.Ia melirik Exel yang duduk dengan tenangnya. Heran, bagaimana bisa ia setenang itu dalam pembahasan masalah masa depannya. Dasar! Pikir Anne. "Mama Aisyah dan Papa Adam akan datang ke rumah Anne besok malam."????Baik Exel maupun Anne terkejut. Mereka saling melihat satu sama lain. Dengan cepat Exel bertanya. "Ma, apa tidak terlalu terburu-buru? Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan. Bukan begitu, Anne?!" Exel menatap tajam. Ia harus setuju dengan usulannya."Ya, itu benar. Sepertinya itu terlalu terburu-buru." Anne hanya bisa tersen
Sore itu, Aisyah gegas menyiapkan makan malamnya untuk calon menantu yang di damba sepanjang hari itu. Wajahnya yang berhari-hari terlihat sedih karena tidak dapat bertemu dengan Anne kembali, kini terlihat lebih ceria.Kesehatan Aisyah jauh lebih baik sekarang, semua berkat Anne. Assisten dapurnya membantu kesibukan Aisyah di sana.Dari luar terlihat Anne berjalan masuk, ia mengambil celemek yang tergantung di sebelah pintu dan memakainya. Seperti biasa senyum Aisyah mengembang sempurna."Boleh saya bantu??!" Wajah Anne yang ceria menawarkan diri."Kamu nanti lelah, kamu istirahat saja, Sayang. Kan kamu di rumah ini adalah tamu, jadi lebih baik Anne duduk manis sambil di temani secangkir kopi." Anne tersenyum melihat ucapan ibu Exel ini."Tidak boleh menolak pokoknya, heheh.""Ya sudah silahkan. Bisa masak juga memangnya?""Kalau masak yang mudah sih, bisa Nyonya."Aisyah menatap wajah Anne, lalu mengatakan, "Bisakah kamu panggil saya Mama Aisyah. Ibu rindu dengan Beyza, aku harap k
"Hey!! Kamu kenapa bengong? Aku antar kamu pulang. Biar mobilnya di bawa Supir!" Exel tiba-tiba mengagetkan. "Ah!! Tidak perlu. Kamu datang ke sini saja aku sudah berterima kasih banyak. Jika kamu tidak datang, entahlah nasib kami." Anne berusaha merendahkan diri."Eh, tapi. Kamu harus bayar mahal!!" Lanjutnya.Exel mengerutkan keningnya. "Apa yang kudu aku bayar?!""Itu tadi, kamu meluk aku! Memang aku wanita apaan?" "Sudahlah lupakan. Aku hanya ingin wanita gatal itu segera pergi dari kehidupanku. Maaf ya, gara-gara dia kamu hampir celaka."Kedua masuk dalam mobil Exel. Sementara mobil Anne di kemudian supirnya. Selama di dalam mobil..."Xel, selama aku kenal kamu, ternyata kamu tidak seburuk yang aku kira." Anne memulai percakapan setelah kuda bermesin Exel melaju pelan."Memang kaukira aku dulu sangat buruk menurut pandangan mu?!""Ya, saat kamu menabrak ku dulu, terus kau tidak mau tanggung jawab. Rasanya sesak sekali bisa bertemu dengan orang sepertimu, Xel!""Maaf, memang ak
[Halo, Papa!!] [Papa Gundul mu!!] Terdengar suara tidak asing. Bukan suara Abimanyu. Ia menjauhkan ponselnya dan melihat layar. Pikirnya mengarah ke arah sana, pria dingin itu. "ASTAGA!!" Anne segera menutup mulutnya. 'Aku salah telepon. Tapi udah terlanjur. Tidak ada waktu lagi. Ini emergency banget.' [Halo!! Ada apa? Apa tidak bisa sebentar saja kamu melupakanku, Hem?! Padahal jadwalnya nanti malam kau akan datang ke rumahku. Sekarang sudah menelpon saja. Dasar wanita tukang malu-maluin!] umpat Exel tanpa sensor. [Astaga. Sudah aku tidak ada waktu berdebat. Nanti malam kita lanjutkan debatnya. Xel, aku minta tolong. Sekarang aku dalam perjalanan pulang, saat ini aku sampai di jalan Permata Indah ——] [Terus?] [Dengarkan dulu kenapa, sih!! Di belakang mobilku ada mobil hitam yang mengikuti ku dari tadi. Aku takut itu penjahat, Xel. Aku tidak mau mati muda gara-gara preman.] [Kenapa harus takut? Lawan saja. Mereka juga manusia. Sama seperti mu!] [Kalau mereka membawa s
Pria itu bergegas keluar sampai di ambang pintu, ia menoleh kembali. Ternyata wanita itu masih memperhatikannya. 'Dasar!!'Dalam batinnya mengatakan dengan percaya diri, 'Aku tidak mengira jika kau putri dari Tuan Abimanyu, Ann. Ah ... apakah Tuhan ingin mendekatkan kita berdua dalam satu hubungan?!' Exel menggeleng kepala. Dan cepat pergi dari ruangan itu.Sementara Anne bergeming entah dalam berapa waktu lamanya. Menatap kepergian Exel, sampai pria itu tidak terlihat lagi punggungnya, masih saja melihat ke arah pintu.Tanpa sadar, Anne masuk dalam dunia perhaluan. Ia membayangkan pria itu telah menjadi kekasihnya. Mereka memadu kasih, duduk di sebuah taman menatap langit yang biru. Exel memegang tangannya pelan sembari di usap penuh cinta. Keduanya saling bertatap muka. Melihat sepasang manik mata yang memiliki arti yang dalam.Sudut bibir mulai mengembang sempurna. Ah, betapa bahagianya hari ini. Memang benar pepatah mengatakan, jika dua insan manusia sedang di landa cinta, maka
Anne mendadak salah tingkah. Sampai mengumpat pada dirinya sendiri. 'Ish!! Anne!! Lihatlah, tidak ada yang special dari wajah pria dingin ini. Kenapa aku jadi salting gini sih?!"Tanpa sadar, Anne memperhatikan wajahnya beberapa saat. Sampai Exel memergokinya. "Eh, ternyata diam-diam mencuri pandang wajahku, ya!? Benar dan tidak salah sih, karena wajahku ini kegantengannya seperti ombak di laut. Kuat dan dapat menghanyutkan. Banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku, Ann."Cih!!Anne tertawa sinis. "Aduh, sudah buang jauh-jauh pembahasan Anda ini. Sesungguhnya, aku sedikit mual. Dan siapa juga yang sedang antri?? Perasaan sejauh ini cuma si Ivanna." Tetap menjaga konsentrasinya menggarap pekerjaan yang berada di berkas file laptopnya."Halah ... kenapa sih jadi wanita sombong banget. Tinggal mengakui saja, apa salahnya!!" Exel menjulur meletakkan tangannya di atas telapak tangan Anne. Wajah wanita itu makin pucat saja dibuatnya."Kamu itu sedang apa?! Begini yang benar itu
Pagi itu, sesuai dengan kesepakatan, Exel datang ke perusahaan besar Abimanyu. Manager Abi telah menunggu kedatangannya. Setelah Exel datang, ia dan beberapa pegawai lain, mendampingi menuju ruangan Anne."Silahkan, Pak Exel. Kami sudah menantikan kedatangan tamu kehormatan seperti Anda kemari." Ia menyapa dengan senyumnya yang mengembang."Anda terlalu membesar-besarkan, Pak. Terimakasih sambutannya." Exel menunduk kepala sebagai salam hormat.Banyak mata nakal terutama pegawai Abi yang ganjen, memperhatikan Exel berjalan melewatinya. "St St!! Siapa itu yang baru lewat? Tampan banget." Salah satunya nyeletuk. "Jangan bicara macam-macam ya, itu rekan kerja Pak Abimanyu!!" "Oh, aduh. Semoga tidak ada yang melaporkan mulutku yang celamitan ini.""Semoga saja.""Tampan sekali sih, duh. Kok aku jadi membayangkan Ibu Anne dan orang ini berjodoh, ya?!" Salah satu dari mereka nyeletuk.Beberapa saat mereka membenarkan. "Ya, kamu benar. Cocok banget. Tampan rupawan dan cantik. Ah ... apal